29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:07 AM WIB

Tinggalkan Tanah Kelahiran untuk Mengungsi, Nenek Satu Abad Ditandu

RadarBali.com – Guncangan gempa yang cukup signifikan membuat warga di area terdampak letusan Gunung Api mengungsi.

Jumlahnya terus naik dari waktu ke waktu. Jika awal pekan lalu hanya 32 orang yang bersedia mengungsi, pantauan Jawa Pos Radar Bali, pengungsi di GOR Swecapura, Klungkung mulai membeludak.

Truk-truk dari arah Karangsem berdatangan ke Lapangan Swecapura Gelgel. Truk-truk tersebut membawa ratusan warga pengungsi beserta barang-barang mereka yang didominasi pakaian.

Tampak raut wajah para pengungsi yang didominasi lansia, ibu beserta balitanya itu kelelahan setelah turun dari truk yang mengakutnya.

Saking kelelahannya, salah seorang nenek akhirnya merebahkan diri di lantai depan GOR SwecaPura. Yang karena tidak berdaya untuk berjalan masuk ke GOR, nenek itu kemudian dibopong masuk ke GOR oleh pihak BPBD dan TNI.

Selain itu, ada pula sejumlah nenek-nenek yang akhirnya menangis. Menangisnya mereka bukan karena harus meninggalkan harta dan binatang peliharaannya yang masih tertinggal di rumah, namun karena merasa berat harus meninggalkan tanah kelahirannya.

“Iya, nangis karena harus meninggalkan tanah kelahiran,” saht seorang warga. Ikut diungsikan seorang nenek, Ni Ketut Kenyeg yang usianya hampir satu abad atau sekitar 95 tahun.

Karena lumpuh akibat rematik yang diderita, oleh tim, sang nenek akhirnya dievakuasi ke dalam GOR Swecapura menggunakan tandu.

Menurut salah seorang keponakan Kenyeg, I Wayan Dharma Yasa menuturkan, dia dan sejumlah keluarganya termasuk Kenyeg tinggal di Desa Sebudi tepatnya di kaki Gunung Agung.

Meski sudah berstatus Siaga dan diwajibkan untuk mengungsi, pada saat itu dia dan keluarganya masih tetap bertahan karena situasi pada saat itu dirasanya masih aman.

“Gempa-gempanya sih tidak terlau membuat was-was. Tapi karena ada awan yang katanya mengandung racun, akhirnya saya memutuskan untuk mengungsi. Anak saya juga hidungnya mampat-mampat, selain itu suhunya sangat panas,” katanya.

Dengan memutuskan untuk mengungsi, dia mengaku meninggalkan puluhan binatang peliharaannya. Seperti tiga ekor sapi dan 50 ekor ayam.

RadarBali.com – Guncangan gempa yang cukup signifikan membuat warga di area terdampak letusan Gunung Api mengungsi.

Jumlahnya terus naik dari waktu ke waktu. Jika awal pekan lalu hanya 32 orang yang bersedia mengungsi, pantauan Jawa Pos Radar Bali, pengungsi di GOR Swecapura, Klungkung mulai membeludak.

Truk-truk dari arah Karangsem berdatangan ke Lapangan Swecapura Gelgel. Truk-truk tersebut membawa ratusan warga pengungsi beserta barang-barang mereka yang didominasi pakaian.

Tampak raut wajah para pengungsi yang didominasi lansia, ibu beserta balitanya itu kelelahan setelah turun dari truk yang mengakutnya.

Saking kelelahannya, salah seorang nenek akhirnya merebahkan diri di lantai depan GOR SwecaPura. Yang karena tidak berdaya untuk berjalan masuk ke GOR, nenek itu kemudian dibopong masuk ke GOR oleh pihak BPBD dan TNI.

Selain itu, ada pula sejumlah nenek-nenek yang akhirnya menangis. Menangisnya mereka bukan karena harus meninggalkan harta dan binatang peliharaannya yang masih tertinggal di rumah, namun karena merasa berat harus meninggalkan tanah kelahirannya.

“Iya, nangis karena harus meninggalkan tanah kelahiran,” saht seorang warga. Ikut diungsikan seorang nenek, Ni Ketut Kenyeg yang usianya hampir satu abad atau sekitar 95 tahun.

Karena lumpuh akibat rematik yang diderita, oleh tim, sang nenek akhirnya dievakuasi ke dalam GOR Swecapura menggunakan tandu.

Menurut salah seorang keponakan Kenyeg, I Wayan Dharma Yasa menuturkan, dia dan sejumlah keluarganya termasuk Kenyeg tinggal di Desa Sebudi tepatnya di kaki Gunung Agung.

Meski sudah berstatus Siaga dan diwajibkan untuk mengungsi, pada saat itu dia dan keluarganya masih tetap bertahan karena situasi pada saat itu dirasanya masih aman.

“Gempa-gempanya sih tidak terlau membuat was-was. Tapi karena ada awan yang katanya mengandung racun, akhirnya saya memutuskan untuk mengungsi. Anak saya juga hidungnya mampat-mampat, selain itu suhunya sangat panas,” katanya.

Dengan memutuskan untuk mengungsi, dia mengaku meninggalkan puluhan binatang peliharaannya. Seperti tiga ekor sapi dan 50 ekor ayam.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/