32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 16:36 PM WIB

Lahir Kembar Siap Dempet Dada dan Perut, Duga Karena Kelainan Genetik

RadarBali.com – Wakil Direktur Pelayanan Medik RSUD Buleleng dr. Putu Sudarsana SpOG mengatakan, pasien Asyini, 38, warga Banjar Dinas Alassari, Desa Pacung, Tejakula, adalah pasiennya.

Ayini sempat memeriksakan kehamilan pada dirinya. Pada pemeriksaan kedua, dr. Sudarsana mengaku sudah curiga dengan kondisi kehamilan itu.

“Badan bayi sangat menyatu, tapi kepala dan kaki terlihat terpisah. Sehingga sejak awal kami rencanakan dilakukan operasi,” jelas dr. Sudarsana.

Sebelum persalinan dilakukan, ternyata sang ibu sudah lebih dulu menunjukkan tanda-tanda persalinan. Pasien datang dengan kondisi pecah ketuban, sehingga tim medis segera melakukan operasi persalinan.

Terkait kondisi bayi, tim medis sementara hanya melakukan perawatan untuk menghindarkan bayi dari kondisi kedinginan dan infeksi.

Bayi harus dijaga dalam kondisi tetap hangat. Tim medis belum mengetahui secara pasti kondisi organ dalam bayi. Apakah menyatu atau tidak.

“Kami belum tahu pasti apa organ dalamnya jadi satu atau tidak. Apakah masing-masing punya organ, atau satu untuk berdua.

Kami sudah lakukan rontgen, tapi belum bisa kami pastikan. Sementara perkiraan kami hanya ada penyatuan pada dada sampai dinding perut,” jelas Sudarsana.

Sudarsana menduga kelahiran kembar siam itu terjadi karena faktor genetik. Sesuai teori, terjadi gagal pemisahan 13 hari setelah ovulasi.

Pada masa yang disebut metafase, diduga pemisahan gagal terjadi. Namun bayi terus berkembang, sehingga terjadi kasus kembar siam.

Selanjutnya pihak RSUD Buleleng berencana merujuk kedua bayi itu ke RS Sanglah Denpasar. Mengingat pihak RSUD Buleleng belum mampu menangani kasus seperti itu.

Pihak RSUD Buleleng menyatakan telah berkoordinasi dengan dokter spesialis bedah anak di RS Sanglah untuk penanganan lebih lanjut.

Kini untuk merujuk bayi, tim medis masih menunggu kondisi bayi agar benar-benar siap. Mengingat bayi harus benar-benar steril dari potensi infeksi dan harus berada di dalam inkubator, guna menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat.

 “Kalau sudah bisa memungkinkan untuk dipindahkan, kami segera rujuk,” tandas dr. Sudarsana. 

RadarBali.com – Wakil Direktur Pelayanan Medik RSUD Buleleng dr. Putu Sudarsana SpOG mengatakan, pasien Asyini, 38, warga Banjar Dinas Alassari, Desa Pacung, Tejakula, adalah pasiennya.

Ayini sempat memeriksakan kehamilan pada dirinya. Pada pemeriksaan kedua, dr. Sudarsana mengaku sudah curiga dengan kondisi kehamilan itu.

“Badan bayi sangat menyatu, tapi kepala dan kaki terlihat terpisah. Sehingga sejak awal kami rencanakan dilakukan operasi,” jelas dr. Sudarsana.

Sebelum persalinan dilakukan, ternyata sang ibu sudah lebih dulu menunjukkan tanda-tanda persalinan. Pasien datang dengan kondisi pecah ketuban, sehingga tim medis segera melakukan operasi persalinan.

Terkait kondisi bayi, tim medis sementara hanya melakukan perawatan untuk menghindarkan bayi dari kondisi kedinginan dan infeksi.

Bayi harus dijaga dalam kondisi tetap hangat. Tim medis belum mengetahui secara pasti kondisi organ dalam bayi. Apakah menyatu atau tidak.

“Kami belum tahu pasti apa organ dalamnya jadi satu atau tidak. Apakah masing-masing punya organ, atau satu untuk berdua.

Kami sudah lakukan rontgen, tapi belum bisa kami pastikan. Sementara perkiraan kami hanya ada penyatuan pada dada sampai dinding perut,” jelas Sudarsana.

Sudarsana menduga kelahiran kembar siam itu terjadi karena faktor genetik. Sesuai teori, terjadi gagal pemisahan 13 hari setelah ovulasi.

Pada masa yang disebut metafase, diduga pemisahan gagal terjadi. Namun bayi terus berkembang, sehingga terjadi kasus kembar siam.

Selanjutnya pihak RSUD Buleleng berencana merujuk kedua bayi itu ke RS Sanglah Denpasar. Mengingat pihak RSUD Buleleng belum mampu menangani kasus seperti itu.

Pihak RSUD Buleleng menyatakan telah berkoordinasi dengan dokter spesialis bedah anak di RS Sanglah untuk penanganan lebih lanjut.

Kini untuk merujuk bayi, tim medis masih menunggu kondisi bayi agar benar-benar siap. Mengingat bayi harus benar-benar steril dari potensi infeksi dan harus berada di dalam inkubator, guna menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat.

 “Kalau sudah bisa memungkinkan untuk dipindahkan, kami segera rujuk,” tandas dr. Sudarsana. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/