29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:18 AM WIB

Sekaa Teruna & Yowana di Badung Kompak Tak Bikin Ogoh-ogoh

 

MANGUPURA-  Menjelang perayaan Hari Raya Nyepi Majelis Desa Adat (MDA) Bali dan juga Pemprov Bali mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang pembuatan dan pawai ogoh-ogoh. Begitu juga di Badung disambut baik perihal kelonggaran pembuatan dan pawai ogoh-ogoh.

 

Namun, belakangan banyak sekaa teruna dan yowana di Badung memilih untuk tidak membuat ogoh-ogoh. Dinas Kebudayaan (Disbud) Badung juga menghargai keputusan tersebut dan juga tetap memberikan bantuan dana kreativitas tersebut yang nantinya bisa dipergunakan untuk kegiatan lainnya yang berhubungan dengan Seni, Adat dan Budaya. Hal itu dilontarkan oleh Kadisbud Badung, I Gde Eka Sudarwitha, Sabtu (22/1).

 

Menurutnya secara detail jumlah Sekaa Teruna dan Yowana yang tidak membuat ogoh-ogoh belum ada datanya, karena masih bergerak secara dinamis. Sebab kewenangannya bukan di Disbud, melainkan ini diputuskan oleh Desa adat.

 

“Memang perlu disadari ketika membuat ogoh-ogoh itu juga melihat perkembangan angka kasus Covid-19 di wilayah desa setempat,” jelas mantan Camat Petang ini.

 

Lebih lanjut, ia juga sudah mendapat laporan untuk di wilayah Kuta Selatan sebagian besar merencanakan untuk tidak membuat ogoh-ogoh. Begitu juga di Kuta masih ada beberapa yang memutuskan untuk tidak membuat.

 

Di Kuta Utara, khusus di wilayah Desa Kerobokan juga ada menyatakan tidak membuat ogoh-ogoh. Di Kecamatan Abiansemal juga telah ada paruman (rapat) yang sudah menyatakan tidak membuat ogoh-ogoh. Di Kecamatan Mengwi juga Sabha Yowananya juga sepakat untuk tidak membuat ogoh-ogoh, kecepatan ini juga telah diunggah di media sosial. Sementara untuk di Kecamatan Petang masih dinamis. “Keputusannya ada di desa adat dan itu juga harus ada izin dari bendesa ada setempat, jadi bukan dari kami yang memutuskan,” bebernya.

 

Pihaknya selaku pemerintah juga menghormati Sekaa Teruna dan Yowana yang tidak membuat ogoh-ogoh.  Namun bagi yang membuat dan tidaknya ogoh-ogoh Disbud tetap memberikan dana kreativitas. “Untuk bantuan tetap dapat tapi sesuai proposal yang diajukan. Kita masih usahakan, karena di awal tahun masih proses administrasi.  Tahun ini  dapat bantuan Rp 10 juta, artinya menurun daripada sebelumnya dapat Rp 40 juta. Kalau yang tidak bikin ogoh-ogoh mereka bisa membuat kegiatan berkaitan Seni, Adat dan Budaya yang berlandaskan Agama Hindu, ” pungkasnya.

 

MANGUPURA-  Menjelang perayaan Hari Raya Nyepi Majelis Desa Adat (MDA) Bali dan juga Pemprov Bali mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang pembuatan dan pawai ogoh-ogoh. Begitu juga di Badung disambut baik perihal kelonggaran pembuatan dan pawai ogoh-ogoh.

 

Namun, belakangan banyak sekaa teruna dan yowana di Badung memilih untuk tidak membuat ogoh-ogoh. Dinas Kebudayaan (Disbud) Badung juga menghargai keputusan tersebut dan juga tetap memberikan bantuan dana kreativitas tersebut yang nantinya bisa dipergunakan untuk kegiatan lainnya yang berhubungan dengan Seni, Adat dan Budaya. Hal itu dilontarkan oleh Kadisbud Badung, I Gde Eka Sudarwitha, Sabtu (22/1).

 

Menurutnya secara detail jumlah Sekaa Teruna dan Yowana yang tidak membuat ogoh-ogoh belum ada datanya, karena masih bergerak secara dinamis. Sebab kewenangannya bukan di Disbud, melainkan ini diputuskan oleh Desa adat.

 

“Memang perlu disadari ketika membuat ogoh-ogoh itu juga melihat perkembangan angka kasus Covid-19 di wilayah desa setempat,” jelas mantan Camat Petang ini.

 

Lebih lanjut, ia juga sudah mendapat laporan untuk di wilayah Kuta Selatan sebagian besar merencanakan untuk tidak membuat ogoh-ogoh. Begitu juga di Kuta masih ada beberapa yang memutuskan untuk tidak membuat.

 

Di Kuta Utara, khusus di wilayah Desa Kerobokan juga ada menyatakan tidak membuat ogoh-ogoh. Di Kecamatan Abiansemal juga telah ada paruman (rapat) yang sudah menyatakan tidak membuat ogoh-ogoh. Di Kecamatan Mengwi juga Sabha Yowananya juga sepakat untuk tidak membuat ogoh-ogoh, kecepatan ini juga telah diunggah di media sosial. Sementara untuk di Kecamatan Petang masih dinamis. “Keputusannya ada di desa adat dan itu juga harus ada izin dari bendesa ada setempat, jadi bukan dari kami yang memutuskan,” bebernya.

 

Pihaknya selaku pemerintah juga menghormati Sekaa Teruna dan Yowana yang tidak membuat ogoh-ogoh.  Namun bagi yang membuat dan tidaknya ogoh-ogoh Disbud tetap memberikan dana kreativitas. “Untuk bantuan tetap dapat tapi sesuai proposal yang diajukan. Kita masih usahakan, karena di awal tahun masih proses administrasi.  Tahun ini  dapat bantuan Rp 10 juta, artinya menurun daripada sebelumnya dapat Rp 40 juta. Kalau yang tidak bikin ogoh-ogoh mereka bisa membuat kegiatan berkaitan Seni, Adat dan Budaya yang berlandaskan Agama Hindu, ” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/