SEMARAPURA – Perkembangan industri kain tenun di Kabupaten Klungkung tidak luput dari dampak wabah virus korona. Pasalnya permintaan kain tenun endek pada utamanya menurun drastis sejak adanya wabah itu.
Perajin yang membantu dalam memenuhi pesanan pun kini telah banyak dikurangi. Begitu pula dengan alat tenun mulai rusak pada bagian yang terbuat dari besi karena mulai berkarat setelah berbulan-bulan tidak dioperasikan.
Pemilik Pertenunan Astiti, Desa Gelgel, Klungkung, I Nyoman Sudira belum lama ini mengungkapkan, pesanan kain tenun di tempatnya menurun drastis. Bahkan salah satu toko kerajinan di Jakarta yang biasanya memesan kain tenun setiap tiga hari sekali, sejak adanya wabah virus korona sudah tidak pernah melakukan pesanan.
“Bahkan kain tenun saya masih ada yang belum laku di sana,” bebernya.
Akibat menurunnya permintaan kain tenun, ia mengaku tidak bisa lagi mempekerjakan para perajin yang biasanya membantunya memenuhi permintaan kain tenun di rumah produksinya. Dari 25 perajin yang biasanya membantunya memenuhi pesanan kain tenun, kini hanya 7 perajin saja yang bisa dipekerjakannya.
“Para perajin menyadari kondisi saya sehingga mundur sendiri. Hanya ibu-ibu yang tidak memiliki pekerjaan sampingan lain yang tetap bertahan,” ujarnya.
Karena hanya sedikit perajin yang tersisa untuk membantunya memenuhi pesanan kain tenun, hal ini berdampak alat tenun yang ada. Akibat lama tidak dioperasikan, menurutnya bagian alat tenun yang terbuat dari besi sudah berkarat.
“Agar tidak berkarat, harus dipakai terus. Kalau sudah rusak kayak begitu, kalau dijual hanya laku Rp 500 ribu,” katanya.
Lebih lanjut besar harapannya wabah virus korona ini segera berakhir sehingga permintaan kain tenun produksinya kembali normal. Para perajin di Desa Gelgel pada khususnya bisa kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.