33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:01 PM WIB

15.142 Pengungsi di 125 Titik Pengungsian Butuh Bantuan

RadarBali.com – Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB‎, Sutopo Purwo Nugroho‎, menjelaskan jumlah pengungsi saat ini mencapai 15.142 jiwa, tersebar di 125 titik pengungsian. 

Pengungsi berada di GOR, balai desa  banjar, rumah penduduk dan kerabatnya. Banyak titik pengungsian menyebabkan distribusi logistik dan bantuan terkendala karena petugas harus menyalurkan ke lokasi pengungsian yang terpencar. 

‎Beruntung rasa solidaritas yang tinggi sesama masyarakat, banyak yang menawarkan rumah dan bangunannya untuk digunakan sebagai tempat pengungsian. 

Pengungsi tersebar di tujuh kabupaten, yakni di Kabupaten Badung sebanyak lima titik (35 jiwa), Kabupaten Bangli sebanyak 17 titik (465 jiwa),

Kabupaten Buleleng sebanyak 10 titik (2.423 jiwa), Kabupaten Denpasar sebanyak 6 titik (343 jiwa), Kabupaten Giayar sebanyak 9 titik (182 jiwa) dan Kabupaten Tabanan 3 titik (252 jiwa). 

Pengungsi terbanyak berada di Kabupaten Karangasem sebanyak 54 titik (7.852 jiwa) dan Kabupaten Klungkung sebanyak 21 titik (3.590 jiwa).  

“Pendataan masih dilakukan oleh BPBD. Diperkirakan jumlah pengungsi masih bertambah,” ujar Sutopo Purwo Nugroho.

‎Pantauan Jawa Pos Radar Bali, ratusan orang yang tinggal di radius 12 kilometer dari puncak kaldera Gunung Agung, terus berduyun-duyun menuju sejumlah tempat pengungsian.

GOR Swecapura, Klungkung, menjadi tempat pengungsian terbesar. Catatan terakhir ada 3.300 pengungsi. 

‎Kondisi GOR yang penuh sesak membuat para pengungsi terutama bayi dan lansia gelagapan. ‎Suhu udara yang panas membuat pengap membuat sejumlah pengungsi lansia harus dirawat karena mengalami sesak napas.

Sementara pengungsi bayi berusia dua hingga empat bulan juga tampak rewel. Kebutuhan untuk bayi yang paling mendesak adalah popok dan susu formula. 

“Lama antrenya kalau mau mandi dan bersihkan anak-anak. Airnya hangat tidak segar, bayinya rewel,” ujar Ni Komang Santi, 28, pengungsi dari Desa Sebudi.

 Ketut susun, 35, pengungsi dari Desa Sebudi, ibu dari bayi dua bulan, berharap dapat bantuan susu formula dan pampers. 

Hal senada disampaikan Ni Komang Santi. Menurut Santi, dia dan bayinya kesulitan mandi karena harus lama antre. Santi harus berjalan ke sungai yang jaraknya sekitar 1 km.  

“Anak saya malam nangis terus minta pulang. Anak kecil juga lainnya sama nangis,” tutur Santi. 

RadarBali.com – Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB‎, Sutopo Purwo Nugroho‎, menjelaskan jumlah pengungsi saat ini mencapai 15.142 jiwa, tersebar di 125 titik pengungsian. 

Pengungsi berada di GOR, balai desa  banjar, rumah penduduk dan kerabatnya. Banyak titik pengungsian menyebabkan distribusi logistik dan bantuan terkendala karena petugas harus menyalurkan ke lokasi pengungsian yang terpencar. 

‎Beruntung rasa solidaritas yang tinggi sesama masyarakat, banyak yang menawarkan rumah dan bangunannya untuk digunakan sebagai tempat pengungsian. 

Pengungsi tersebar di tujuh kabupaten, yakni di Kabupaten Badung sebanyak lima titik (35 jiwa), Kabupaten Bangli sebanyak 17 titik (465 jiwa),

Kabupaten Buleleng sebanyak 10 titik (2.423 jiwa), Kabupaten Denpasar sebanyak 6 titik (343 jiwa), Kabupaten Giayar sebanyak 9 titik (182 jiwa) dan Kabupaten Tabanan 3 titik (252 jiwa). 

Pengungsi terbanyak berada di Kabupaten Karangasem sebanyak 54 titik (7.852 jiwa) dan Kabupaten Klungkung sebanyak 21 titik (3.590 jiwa).  

“Pendataan masih dilakukan oleh BPBD. Diperkirakan jumlah pengungsi masih bertambah,” ujar Sutopo Purwo Nugroho.

‎Pantauan Jawa Pos Radar Bali, ratusan orang yang tinggal di radius 12 kilometer dari puncak kaldera Gunung Agung, terus berduyun-duyun menuju sejumlah tempat pengungsian.

GOR Swecapura, Klungkung, menjadi tempat pengungsian terbesar. Catatan terakhir ada 3.300 pengungsi. 

‎Kondisi GOR yang penuh sesak membuat para pengungsi terutama bayi dan lansia gelagapan. ‎Suhu udara yang panas membuat pengap membuat sejumlah pengungsi lansia harus dirawat karena mengalami sesak napas.

Sementara pengungsi bayi berusia dua hingga empat bulan juga tampak rewel. Kebutuhan untuk bayi yang paling mendesak adalah popok dan susu formula. 

“Lama antrenya kalau mau mandi dan bersihkan anak-anak. Airnya hangat tidak segar, bayinya rewel,” ujar Ni Komang Santi, 28, pengungsi dari Desa Sebudi.

 Ketut susun, 35, pengungsi dari Desa Sebudi, ibu dari bayi dua bulan, berharap dapat bantuan susu formula dan pampers. 

Hal senada disampaikan Ni Komang Santi. Menurut Santi, dia dan bayinya kesulitan mandi karena harus lama antre. Santi harus berjalan ke sungai yang jaraknya sekitar 1 km.  

“Anak saya malam nangis terus minta pulang. Anak kecil juga lainnya sama nangis,” tutur Santi. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/