NEGARA – Hujan deras dan angin kencang tidak saja memicu datangnya bencana, tapi juga mengganggu
penyeberangan di Selat Bali.
Akibat guyuran hujan deras dan angin kencang sejak Selasa (23/1) hingga Rabu (24/1) memaksa penyeberangan di Selat Bali diberlakukan buka tutup.
Penutupan dilakukan karena jarak pandang nakoda atau juru mudi kapal sangat terbatas dan beresiko bisa mengakibatkan terjadi tabrakan antar kapal.
Saat penyeberangan tutup tidak terjadi antrean kendaraan karena yang akan menyeberang tidak banyak. Cuaca buruk tersebut tidak lama terjadi dan pukul 18. 10 Selasa malam penyeberangan dibuka kembali.
Kemudian hujan deras disertai petir yang terjadi Rabu sore, kembali memaksa penyeberangan lintas Jawa – Bali terganggu.
Kabut tebal yang turun membuat Selat Bali gelap dan membuat jarak pandang nakoda terbatas. Penyeberangan pun kembali ditutup mulai pukul 15.00.
“Penyeberangan di selat Bali di dihentikan sementara mengingat cuaca buruk terutama di pelabuhan Ketapang hujan deras dan berkabut,” ujar seorang petugas Syahbandar, Gilimanuk.
Sama seperti penutupan sebelumnya, cuaca buruk yang terjadi dan pukul 15.25 penyeberangan dibuka kembali.
“Yang minta penundaan Syahbandar Ketapang karena kabut tebal membuat jarak pandang terbatas dan itu membahayakan,” ujar Manajer Operasional PT ASDP Indonesia Ferry Pelabuhan Gilimanuk Heru Wahyono kemarin.
Selama penundaan, kata Heru, 32 kapal yang dioperasikan ASDP mencari posisi yang aman. Jumlah pengguna jasa juga tidak banyak sehingga tidak ada antrean.
“Setelah penyeberangan buka, semuanya bisa langsung diseberangkan. Penundaan juga tidak lama, sama seperti penundaan pada Selasa hanya sekitar setengah jam,” paparnya.