26.1 C
Jakarta
26 April 2024, 5:03 AM WIB

Lima Korban Gigitan Anjing Rabies Terpaksa Dirawat di RSUD Klungkung

SEMARAPURA-Meski telah mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR) dan ada juga yang mendapat Serum Anti Rabies (SAR), lima dari 11 orang tersebut terpaksa harus dirawat di RSUD Klungkung, Jumat (24/1).

Alasan dirujuknya lima pasien asal NTT tersebut, karena kelimanya mengalami panas tinggi, kejang, bahkan ada pula yang menunjukkan gejala rabies seperti rasa tidak nyaman dengan cahaya hingga menutup wajah dengan bantal

Seperti dibenarkan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, I Wayan Karyana.

Dijelaskan, ketakutan terhadap cahaya merupakan gejala terserang rabies.

“Mereka awalnya datang ke Puskesma untuk mendapat VAR kedua kalinya. Namun karena tanda-tanda tersebut, akhirnya kelimanya dirujuk ke RSUD Klungkung,” terangnya.

Adapun lima warga NTT yang dirawat di RSUD Klungkung lantaran panas tinggi pasca digigit anjing positif rabies tersebut, yakni Herman Yulianto Neno, 28, Wanri Christian A. Nen, 20, Ensi Maugana, 22, Paskalis Bau, 19, dan Rivan Taneo, 23.

Setelah dia melihat kondisi kelimanya di ruang Apel RSUD Klungkung, Sabtu (25/1), menurutnya kelimanya menunjukkan kondisi yang lebih baik.

Demikian juga kondisi Paskalis Bau, 19 yang sempat mengalami ketakutan dengan cahaya sudah berani melihat cahaya.

“Dia juga bisa minum. Kalau orang yang positif rabies, biasanya takut cahaya, takut air dan takut minum. Tadi sudah saya suruh minum dan dia minum,” jelasnya.

Menurutnya sampai saat ini kelimanya masih dalam masa observasi dan belum diketahui apakah kelimanya negatif atau positif rabies. “Kami masih menunggu hasilnya. Semoga saja hasilnya negatif. Biasanya 1-2 bulan setelah digigit anjing terinfeksi virus rabies, orang yang tidak mendapat VAR maupun SAR berpotensi terserang virus rabies,” tandasnya.

Sementara itu salah seorang pasien gigitan anjing rabies di Desa Sangkan Buana, Herman Yulianto Neno, 28 asal NTT menuturkan, anjing yang menggigit 11 warga termasuk dirinya itu adalah anjing yang dibawa rekan kerjanya dari Kintamani, Kabupaten Bangli sekitar bulan November. Anjing tersebut masih kecil dan diperkirakan berusia tiga bulan. “Teman saya yang bawa. Diberikan oleh nasabahnya. Kami ini bekerja di koperasi,” terangnya.

Karena kurang paham akan pentingnya memberi vaksin kepada anjing, menurutnya anjing tersebut tidak pernah diberikan vaksin. Bahkan anjing tersebut tidak diikat dan dibiarkan berkeliaran di luar rumah. “Mulai tiga hari lalu menunjukkan gelagat yang aneh. Anjing ini lebih pendiam dan pernah mencoba memakan ayam pemilik kontrakan saya. Kemudian saat kami bermain dengan anjing itu, kami digigitnya. Ada yang bagian kaki dan ada juga di bagian tangan. Ada yang berupa goresan dan ada pula yang gigitan cukup dalam,” tuturnya.

Baru pada Jumat (17/1), dia dan rekannya yang lain jika anjing tersebut positif rabies setelah petugas datang menemui mereka. Barulah pada hari itu mereka mencari CAR dan juga SAR. “Itu ketahuan setelah tuan rumahnya berobat,” tandasnya. 

SEMARAPURA-Meski telah mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR) dan ada juga yang mendapat Serum Anti Rabies (SAR), lima dari 11 orang tersebut terpaksa harus dirawat di RSUD Klungkung, Jumat (24/1).

Alasan dirujuknya lima pasien asal NTT tersebut, karena kelimanya mengalami panas tinggi, kejang, bahkan ada pula yang menunjukkan gejala rabies seperti rasa tidak nyaman dengan cahaya hingga menutup wajah dengan bantal

Seperti dibenarkan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, I Wayan Karyana.

Dijelaskan, ketakutan terhadap cahaya merupakan gejala terserang rabies.

“Mereka awalnya datang ke Puskesma untuk mendapat VAR kedua kalinya. Namun karena tanda-tanda tersebut, akhirnya kelimanya dirujuk ke RSUD Klungkung,” terangnya.

Adapun lima warga NTT yang dirawat di RSUD Klungkung lantaran panas tinggi pasca digigit anjing positif rabies tersebut, yakni Herman Yulianto Neno, 28, Wanri Christian A. Nen, 20, Ensi Maugana, 22, Paskalis Bau, 19, dan Rivan Taneo, 23.

Setelah dia melihat kondisi kelimanya di ruang Apel RSUD Klungkung, Sabtu (25/1), menurutnya kelimanya menunjukkan kondisi yang lebih baik.

Demikian juga kondisi Paskalis Bau, 19 yang sempat mengalami ketakutan dengan cahaya sudah berani melihat cahaya.

“Dia juga bisa minum. Kalau orang yang positif rabies, biasanya takut cahaya, takut air dan takut minum. Tadi sudah saya suruh minum dan dia minum,” jelasnya.

Menurutnya sampai saat ini kelimanya masih dalam masa observasi dan belum diketahui apakah kelimanya negatif atau positif rabies. “Kami masih menunggu hasilnya. Semoga saja hasilnya negatif. Biasanya 1-2 bulan setelah digigit anjing terinfeksi virus rabies, orang yang tidak mendapat VAR maupun SAR berpotensi terserang virus rabies,” tandasnya.

Sementara itu salah seorang pasien gigitan anjing rabies di Desa Sangkan Buana, Herman Yulianto Neno, 28 asal NTT menuturkan, anjing yang menggigit 11 warga termasuk dirinya itu adalah anjing yang dibawa rekan kerjanya dari Kintamani, Kabupaten Bangli sekitar bulan November. Anjing tersebut masih kecil dan diperkirakan berusia tiga bulan. “Teman saya yang bawa. Diberikan oleh nasabahnya. Kami ini bekerja di koperasi,” terangnya.

Karena kurang paham akan pentingnya memberi vaksin kepada anjing, menurutnya anjing tersebut tidak pernah diberikan vaksin. Bahkan anjing tersebut tidak diikat dan dibiarkan berkeliaran di luar rumah. “Mulai tiga hari lalu menunjukkan gelagat yang aneh. Anjing ini lebih pendiam dan pernah mencoba memakan ayam pemilik kontrakan saya. Kemudian saat kami bermain dengan anjing itu, kami digigitnya. Ada yang bagian kaki dan ada juga di bagian tangan. Ada yang berupa goresan dan ada pula yang gigitan cukup dalam,” tuturnya.

Baru pada Jumat (17/1), dia dan rekannya yang lain jika anjing tersebut positif rabies setelah petugas datang menemui mereka. Barulah pada hari itu mereka mencari CAR dan juga SAR. “Itu ketahuan setelah tuan rumahnya berobat,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/