25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:25 AM WIB

Erupsi Mereda, Eks Pengungsi Gunung Agung Banyak yang Terlantar

AMLAPURA – Lambat laun erupsi Gunung Agung mereda. Dilaporkan, aktivitas gunung tertinggi di Pulau Bali ini tak lagi aktif seperti sebelumnya.

Kondisi ini disyukuri warga Karangasem. Terutama yang menetap di lereng Gunung Agung, di radius di bawah 6 km.

Namun, warga setempat banyak yang mengeluh. Keluhan ini bahkan sampai terdengar hingga ke Pesebaya Gunung Agung.

Ketua Pesebaya Gede Pawana mengaku mendapat keluhan warga Badeg Tengah I Wayan Subur. Dia mengaku begitu pulang dari pengungsian seperti di telantarkan pemerintah.

Infrastruktur yang rusak tidak diperhatikan. Sementara warga masyarakat eks pengungsi yang dalam kondisi kesulitan juga tidak ada penanganan.

Mereka pun sangat sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Karena untuk beternak belum berani dengan kondisi seperti ini. Lagi pula mereka juga mengaku tidak punya modal lagi untuk membeli bibit ternak.

Sementara untuk untuk bertani mereka juga masih waswas. Sebab gunung juga hampir setiap kali mengeluarkan hembusan asap.

Selain bantuan berupa bibit dan juga yang lainnya tidak ada. Modal untuk bercocok tanam seperti beli bibit dan juga pupuk sudah tidak punya.

Subur sendiri mengakui kalau saat ini beberapa warga mengantungkan hidupnya dari galian C Sebudi, Selat.

Hanya saja karena warga cukup banyak mereka untuk bekerja di kawasan tersebut di gilir. Dia mengaku bisa bekerja seminggu sekali. Sekali kerja mendapat upah Rp 60 ribu.

Dengan pengasilan seminggu 60 ribu tersebut jelas tidak layak untuk hidup. Bahkan secara ekstrim mereka mengatakan kalau makan pun hanya sehari.

Warga ini mengeluh ke Pesebaya dan minta menyampaikan ke pemkab Karangasem dan Pemerintah Bali.

Keluhan tersebut disampaikan ke pihak Pesebaya Agung dan agar disampaikan ke Pemkab Karangasem.

 “Ya ada keluhan seperti itu kita akan cek dulu, apa benar mereka kondisinya sampai separah itu,” ujar Pawana yang mengatakan akan menyampaikan ke Pemkab Karangasem. 

AMLAPURA – Lambat laun erupsi Gunung Agung mereda. Dilaporkan, aktivitas gunung tertinggi di Pulau Bali ini tak lagi aktif seperti sebelumnya.

Kondisi ini disyukuri warga Karangasem. Terutama yang menetap di lereng Gunung Agung, di radius di bawah 6 km.

Namun, warga setempat banyak yang mengeluh. Keluhan ini bahkan sampai terdengar hingga ke Pesebaya Gunung Agung.

Ketua Pesebaya Gede Pawana mengaku mendapat keluhan warga Badeg Tengah I Wayan Subur. Dia mengaku begitu pulang dari pengungsian seperti di telantarkan pemerintah.

Infrastruktur yang rusak tidak diperhatikan. Sementara warga masyarakat eks pengungsi yang dalam kondisi kesulitan juga tidak ada penanganan.

Mereka pun sangat sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Karena untuk beternak belum berani dengan kondisi seperti ini. Lagi pula mereka juga mengaku tidak punya modal lagi untuk membeli bibit ternak.

Sementara untuk untuk bertani mereka juga masih waswas. Sebab gunung juga hampir setiap kali mengeluarkan hembusan asap.

Selain bantuan berupa bibit dan juga yang lainnya tidak ada. Modal untuk bercocok tanam seperti beli bibit dan juga pupuk sudah tidak punya.

Subur sendiri mengakui kalau saat ini beberapa warga mengantungkan hidupnya dari galian C Sebudi, Selat.

Hanya saja karena warga cukup banyak mereka untuk bekerja di kawasan tersebut di gilir. Dia mengaku bisa bekerja seminggu sekali. Sekali kerja mendapat upah Rp 60 ribu.

Dengan pengasilan seminggu 60 ribu tersebut jelas tidak layak untuk hidup. Bahkan secara ekstrim mereka mengatakan kalau makan pun hanya sehari.

Warga ini mengeluh ke Pesebaya dan minta menyampaikan ke pemkab Karangasem dan Pemerintah Bali.

Keluhan tersebut disampaikan ke pihak Pesebaya Agung dan agar disampaikan ke Pemkab Karangasem.

 “Ya ada keluhan seperti itu kita akan cek dulu, apa benar mereka kondisinya sampai separah itu,” ujar Pawana yang mengatakan akan menyampaikan ke Pemkab Karangasem. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/