RadarBali.com – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar, Made Suradnya, menyatakan tim Disdik telah mendata pengungsi remaja yang masih sekolah.
“Jumlahnya terus bertambah, pengungsi SMA ada enam orang,” jelasnya. Suradnya sendiri telah berkoordinasi dengan SMAN 1 Sukawati terkait adanya pengungsi itu.
“Dari lapangan ini ke SMAN 1 Sukawati cuma jalan kaki ke barat sudah SMAN 1 itu. Mulai Senin, mereka bisa langsung bisa belajar di sana, dari pada diam di pengungsian,” terangnya.
Pengungsi pelajar ini akan disesuaikan sesuai jurusan mereka. “Kami rasa tidak ada perbedaan pembelajaran, karena kurikulum sama seluruh Indonesia,” terangnya.
Untuk pengungsi SMP, juga diarahkan ke SMPN 1 Sukawati. Dan, untuk pengungsi yang duduk di bangku SD, ada tiga SD yang ada di seputaran desa Batuan.
Tiga SD itu pun sudah siap menerima keberadaaan pengungsi. Sedangkan untuk PAUD maupun TK, di kamp Dinas Pendidikan menyediakan taman bermain dan gurunya.
“Untuk PAUD mulai besok kami adakan di sini saja,” terangnya. “Mereka (pengungsi pelajar, red) bisa pakai seragam sendiri dan buku sendiri. Kalau tidak ada, kami (pemerintah, red) adakan,” jelasnya.
Akan tetapi, berkaca dari ritme pengungsian Sabtu lalu, kondisi di kamp sepi pada siang hari. “Karena siang, mereka ikut orang tua mereka. Mereka kan ada yang bawa motor, mereka kembali ke kampung ngecek rumah mereka. Jadi, untuk sekolah tidak bisa kami paksakan, kalau mau sekolah silakan,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu pengungsi, asal Banjar Ban, Desa Kubu, Kecamatan Karangasem, Ni Komang Narsi, mengaku mengungsi karena takut dengan gempa yang berlangsung.
“Kami sekeluarga ke sini,” ujarnya. Narsi sambil menggendong bayi mengaku pasrah dengan kondisi yang ada.
“Saya punya tiga ekor sapi, sudah saya jual murah,” keluhnya. Dia berharap situasi ini bisa cepat berlalu dan pulang ke rumah dengan tenang.