28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:31 AM WIB

PARAH! Setahun Daratan di Pesisir Jembrana Bali Berkurang 3 Meter

NEGARA – Kondisi pesisir pantai Jembrana yang mengalami abrasi semakin parah, sejak beberapa tahun terakhir mulai dikeluhkan masyarakat.

Pasalnya, jika tidak segera ditangani pemukiman warga bisa hilang. Kondisi itu sudah mulai terjadi di Banjar Pebuahan, di mana puluhan rumah warga hilang karena daratan digerus abrasi.

Padahal warga sudah menyampaikan aspirasi pada pemerintah kabupaten. Bahkan, anggota dewan baik tingkat daerah dan pusat minta agar pembangunan senderan untuk penahan abrasi segera direalisasikan.

Komisi IV DPR RI pernah meninjau dan melihat secara langsung permasalahan abrasi pantai di Pebuahan, pada bulan September 2018, namun sampai saat belum ada realisasi.

Pada saat kunjungan DPR RI waktu itu, pihak Kementerian Pekerjaan Umum menyampaikan bahwa Pantai Pebuahan, salah satu pantai yang mengalami abrasi paling parah di Jembrana.

Panjang pantai sekitar 2,2 kilometer. Sementara kajian pengurangan daratan karena abrasi di Pantai Pebuahan sekitar 3 meter setiap tahun.

Meski sudah sering dikunjungi pejabat dan diteliti, sampai saat ini belum ada realisasi pembuatan senderan pantai untuk menahan abrasi pantai. 

Warga berharap, abrasi pantai segera ditangani karena mengancam pemukiman nelayan. “Abrasi di sini dikunjungi terus, pejabat banyak datang. Tapi tidak pernah dibangun senderan,” kata sejumlah warga Banjar Pebuahan.

Selain di Banjar Pebuahan, kondisi yang sama terjadi di pantai Lingkungan Jineng Agung, Kelurahan Gilimanuk.

Pemukiman warga yang berdiri di pantai sekitar 500 meter, setiap tahun selalu dibuat khawatir rumahnya bakal ambruk diterjang gelombang.

Pasalnya, antara garis pantai dan pemukiman warga sudah cukup dekat. “Kalau ombak besar sampai ke rumah warga,” kata Kepala Lingkungan Jineng Agung I Gede Yasa.

Menurutnya, kondisi pantai di wilayahnya sudah kritis. Pemukiman warga yang berada di pinggir pantai terancam hilang jika tidak segera dibangun senderan penahan abrasi.

Setiap tahun, daratan berkurang antar 1 hingga 2 meter karena abrasi. Kondisi tersebut membuat pemukiman warga semakin dekat dengan bibir pantai.

Pemasangan buis untuk menahan abrasi dan terjangan ombak sudah dilakukan. Namun, karena kondisi ombak yang cukup besar, buis bantuan tersebut belum mampu berfungsi maksimal menahan abrasi.

“Kalau bisa secepatnya dibangun senderan permanen, karena sudah mengancam pemukiman warga,” terangnya.

NEGARA – Kondisi pesisir pantai Jembrana yang mengalami abrasi semakin parah, sejak beberapa tahun terakhir mulai dikeluhkan masyarakat.

Pasalnya, jika tidak segera ditangani pemukiman warga bisa hilang. Kondisi itu sudah mulai terjadi di Banjar Pebuahan, di mana puluhan rumah warga hilang karena daratan digerus abrasi.

Padahal warga sudah menyampaikan aspirasi pada pemerintah kabupaten. Bahkan, anggota dewan baik tingkat daerah dan pusat minta agar pembangunan senderan untuk penahan abrasi segera direalisasikan.

Komisi IV DPR RI pernah meninjau dan melihat secara langsung permasalahan abrasi pantai di Pebuahan, pada bulan September 2018, namun sampai saat belum ada realisasi.

Pada saat kunjungan DPR RI waktu itu, pihak Kementerian Pekerjaan Umum menyampaikan bahwa Pantai Pebuahan, salah satu pantai yang mengalami abrasi paling parah di Jembrana.

Panjang pantai sekitar 2,2 kilometer. Sementara kajian pengurangan daratan karena abrasi di Pantai Pebuahan sekitar 3 meter setiap tahun.

Meski sudah sering dikunjungi pejabat dan diteliti, sampai saat ini belum ada realisasi pembuatan senderan pantai untuk menahan abrasi pantai. 

Warga berharap, abrasi pantai segera ditangani karena mengancam pemukiman nelayan. “Abrasi di sini dikunjungi terus, pejabat banyak datang. Tapi tidak pernah dibangun senderan,” kata sejumlah warga Banjar Pebuahan.

Selain di Banjar Pebuahan, kondisi yang sama terjadi di pantai Lingkungan Jineng Agung, Kelurahan Gilimanuk.

Pemukiman warga yang berdiri di pantai sekitar 500 meter, setiap tahun selalu dibuat khawatir rumahnya bakal ambruk diterjang gelombang.

Pasalnya, antara garis pantai dan pemukiman warga sudah cukup dekat. “Kalau ombak besar sampai ke rumah warga,” kata Kepala Lingkungan Jineng Agung I Gede Yasa.

Menurutnya, kondisi pantai di wilayahnya sudah kritis. Pemukiman warga yang berada di pinggir pantai terancam hilang jika tidak segera dibangun senderan penahan abrasi.

Setiap tahun, daratan berkurang antar 1 hingga 2 meter karena abrasi. Kondisi tersebut membuat pemukiman warga semakin dekat dengan bibir pantai.

Pemasangan buis untuk menahan abrasi dan terjangan ombak sudah dilakukan. Namun, karena kondisi ombak yang cukup besar, buis bantuan tersebut belum mampu berfungsi maksimal menahan abrasi.

“Kalau bisa secepatnya dibangun senderan permanen, karena sudah mengancam pemukiman warga,” terangnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/