SINGARAJA – Program Bali Smart Island yang digagas Gubernur Bali Wayan Koster, belum sepenuhnya lancar.
Terbukti di Kabupaten Buleleng, belum semua titik berhasil terkoneksi. Ketersediaan jaringan dan topografi wilayah, menjadi masalah utama dalam program ini.
Kabupaten Buleleng sebenarnya mendapat jatah 215 titik jaringan wifi gratis. Dari ratusan titik itu, baru 143 titik saja yang berhasil terkoneksi oleh jaringan fiber optic. Sementara 72 titik lainnya, belum mampu dihubungkan.
Sebut saja di Kecamatan Tejakula, ada lima titik yang belum berhasil dijangkau. Masing-masing Desa Adat Pacung, Desa Adat Bangkah, Desa Adat Sangambu, Desa Adat Gentuh, dan Desa Adat Keduran.
Kondisi terparah terjadi di Kecamatan Busungbiu. Dari 16 titik yang direncanakan, baru dua titik saja yang berhasil terpasang. Masing-masing di Desa Busungbiu dan Desa Kekeran.
Sementara di desa lainnya belum terpasang, karena jaringan fiber optic memang belum masuk ke desa-desa tersebut.
Kepala Dinas Komunikasi Informasi Persandian dan Statistik (Kominfo Santi) Buleleng Ketut Suweca mengaku program smart island di Buleleng sangat terkendala dengan jaringan dan topografi.
Dirinya sudah menjalin komunikasi secara berkala dengan pihak penyedia, agar seluruh titik bisa diselesaikan pada tahun ini.
Menurutnya ada beberapa alternatif yang ditawarkan penyedia jasa. Diantaranya menggunakan jaringan wireless yang ditembakkan ke lokasi penerima.
Hal ini tentu saja membutuhkan tiang pemancar. Selain itu keamanan serta gangguan cuaca juga harus dipertimbangkan.
“Faktor yang paling pengaruh itu kan topografi. Terutama di wilayah atas. Kami sudah koordinasi secara intens. Memang ada usulan menggunakan teknologi wireless. Tapi belum bisa kami setujui,” kata Suweca.
Suweca mengatakan, dirinya masih mempelajari petunjuk teknis layanan internet tersebut. Selain itu ia juga akan berkoordinasi dengan Dinas Kominfo Bali terkait layanan internet dalam program Bali Smart Island itu.