SINGARAJA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mendapat bantuan mesin pengolah sampah. Keberadaan mesin itu akan membantu proses pengolahan sampah plastik, yang selama ini belum tertangani maksimal.
Bantuan itu digelontorkan PLN Area Bali Utara. Total ada dua unit mesin pengolahan sampah yang diberikan.
Salah satu mesin dapat digunakan untuk mengolah sampah plastik menjadi batu bata. Sementara mesin lainnya berupa mesin pirolisis yang dapat digunakan untuk mengolah sampah menjadi minyak.
Bantuan yang paling menarik perhatian, tentu saja mesin pirolisis. Mesin dengan kapasitas 10 kilogram sampah plastik itu,
bisa digunakan untuk menghasilkan beragam jenis bahan bakar minyak. Mulai dari minyak tanah, solar, hingga bensin dengan kadar oktan 88.
Untuk menggunakan mesin tersebut, sampah plastik yang hendak diolah harus dicacah lebih dulu. Kemudian sampah itu dipanaskan menggunakan gas elpiji atau oli bekas.
Sampah kemudian dipanaskan hingga suhu tertentu, sehingga menghasilkan bahan bakar yang diinginkan.
Terdapat tiga jenis bahan bakar yang dapat dihasilkan. Bahan pertama yakni bensin oktan 88. Untuk jenis ini, suhu pemanasan harus berkisar antara 50-150 derajat celcius.
Sementara untuk solar berkisar antara 150-200 derajat celcius. Sedangkan minyak tanah lebih dari 200 derajat celcius.
Khusus untuk bensin oktan 88, disebut sudah layak digunakan untuk mesin potong rumput atau mesin kendaraan 2-tak.
Manajer PLN Area Bali Utara I Gusti Made Aditya mengatakan pihaknya sengaja memberikan bantuan tersebut untuk memberikan solusi penanganan sampah plastik.
Sebab selama ini penanganan plastik terbatas untuk daur ulang. “Sekarang ada alternatif lain. Bisa didaur ulang, dijadikan bahan bakar, atau mau diproses menjadi batu bata.
Kami harap teknologi ini bisa digunakan untuk mengurangi timbunan sampah plastik di tempat pembuangan,” kata Aditya kemarin.
Untuk tahap awal, ia mengaku hanya menggelontokan masing-masing satu unit mesin saja. “Kami akan lihat kedepannya seperti apa. Kalau efektif, tentu kami akan tambah lagi sesuai kebutuhan,” imbuhnya.
Sementara itu Kepala DLH Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, selama ini pihaknya belum memiliki teknologi tepat guna untuk penanganan sampah plastik.
Biasanya sampah yang masuk ke TPA Bengkala akan dipisahkan antara organik dan non organik. Khusus sampah organik digunakan untuk kompos, sementara sisanya ditangani dengan prosedur sanitary landfill.
Setelah mendapat bantuan mesin itu, pihaknya akan mencoba melakukan penanganan sampah plastik secara tepat guna.
“Kalau ini bagus dan efektif, kami akan undang desa-desa di Buleleng melihat efektifitas mesin ini. Sehingga pengolahan sampah plastik bisa dilakukan sejak di tingkat desa. Tidak harus ditangani di TPA Bengkala,” kata Ariadi.