29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:23 AM WIB

Bangli Butuh Pemimpin yang Memiliki Leadership, Visioner dan Jujur

TERLAHIR sebagai putra Bali. Nama I Ketut Mardjana (IKM) berkibar dan sangat dikenal ketika putra asli Bangli ini memimpin Pos Indonesia.

Melalui kepiawaian dan tangan dinginnya, pria yang sempat meraih penghargaan sebagai People Of The Year 2011 ini mampu membangkitkan kembali perusahaan raksasa BUMN dari tidur panjangnya.

Saat menjabat sebagai Direktur PT Pos Indonesia , dialah tokoh penting yang saat itu memodernisasi Pos Indonesia sekaligus sosok yang mampu  membangkitkan  dan menyelamatkan kembali  perusahaan plat merah dari  keterpurukan. Di bawah kepemimpinan Mardjana, PT Pos Indonesia berubah dari yang merugi berubah menjadi perusahaan yang berhasil mencetak laba.

Kini  dia sudah purna tugas. Melalui segudang pengalaman dan sepak terjangnya di kancah nasional dan internasional,  pria berjuluk sang transformer  kembali ke kampung halamannya di Bangli. Seperti tak mau berhenti, Mardjana  pun mendirikan Toya Devasya di Toya Bungkah, Batur, Kintamani.

Ada cita-cita besar dari mantan pejabat BUMN  yang juga alumni dari Monash University Australia ini untuk merubah kampung halamannya dari ketertinggalan.  Seperti apa?

Berikut bincang eksklusif dengan DR I Ketut Mardjana

Bagaimana pendapat anda tentang potensi dan kondisi Bangli saat ini?

Jika dilihat potensi, rasanya Bangli punya potensi besar dan kaya dibandingkan kabupaten lain. Tapi meskipun punya potensi tidak kalah dengan daerah (kabupaten) lain, namun posisi Bangli sekarang ini masih tertinggal dari kabupaten lain. Misalnya klungkung yang wilayah, penduduknya, APBD-nya hampir sama kecilnya dengan Bangli. Namun klungkung sekarang berkembang pesat.

Menurut anda, kenapa bisa demikian?

Ya inilah yang harusnya jadi konsen dari pada pemimpin Bangli saat ini dan ke depan.  Kenapa Bangli bisa tertinggal. Jadi harus bertanya. Apakah kebijakan-kebijakan selama ini sudah terarah sesuai dengan yang seharusnya yakni mensejahterakan rakyat atau belum

Menurut anda apakah kebijakan pemimpinan (Bangli) saat ini sudah dirasakan sudah terarah dan mensejahterakan rakyat?

Kalau kondisinya demikian berarti enggak (terarah). Buktinya jadi kabupaten tertinggal dari kabupaten lain. Contohnya tertinggal dari kabupaten Klungkung

Lalu apa yang seharusnya dilakukan pemimpin di Bangli?

Jadi yang harus dilakukan oleh pemimpin Bangli itu adalah yang betul-betul melakukan inventarisasi peluang dan tantangan. Inventarisasi harus dilakukan per kecamatan. Apa sih keunggulan-keunggulan per kecamatan ini

Kenapa harus ada inventarisasi keunggulan per kecamatan?

Karena setiap potensi di kecamatan itu berbeda. Misalnya saja Kintamani timur ada tourism. Kalau Kintamani barat agrikulturnya. Kalau Bangli barat disitu ada sawah, ada sungai,  air terjun. Ini juga potensi alam dan agrikulturnya terkait dengan tourism.

Bangli timur ada industri kecilnya seperti kerajinan bambu, ada juga alamnya. Nah ini potensi-potensi yang ada yang setiap kecamatan berbeda.

Memang secara umum, Bangli ini agrotourism. Nah jadi boleh dikatakan kalau tourismn-ya menonjol Kintamani timur. Ada Geopark. Geopark itu ada danau, ada gunung, ada bebatuan, ada air terjun, hutan lindung. Ini tourism. Sedangkan yang lainnya spoting.

Spotingnya apa?

Kalau dilihat di daerah sini adalah pertanian. Pertanian  ini bisa kita buat sebagai agrotourism. Nah itu.

Agrotourism kita kaji lagi. Yang sekarang trennya adalah organik. Nah kalau itu kita jadikan organik, itu akan kita jadikan tourism lagi. Orang akan datang.

Selain inventarisasi, apa yang semestinya dilakukan pemimpin di Bangli?

Selain melakukan inventarisasi, pembangunannya itu jangan tanpa arah. Tapi per  segmen dan per zona. Zona di sini apa sih keunggulannya? Ya itu yang dibangun. Jadi dengan demikian nanti tidak ada satu ketimpangan antar sektor. Tapi betul-betul sesuai potensi sector itu.

Bisa anda contohkan?

Contoh Kintamani barat ada kopi. Kopi itu sudah tidak ada duanya ini. Kopi Kintamani sangat terkenal, kenapa itu tidak dibudidayakan yang secara intens? SDM-nya dibina sehingga menghasilkan hasil roasting yang benar dan jangan sembarangan menjemur. Jadi antara potensi yang ada dengan pengelolaannya harus baik.

Lalu jika demikian keadaannya, apa yang menyebabkan Bangli yang memiliki potensi besar justru menjadi kabupaten tertinggal dari kabupaten lain? misnya dimana?

Misnya tergantung siapa pemimpinnya. Pemimpinya mumpuni nggak? Punya wawasan nggak? Mempunyai visi nggak? Kan gitu. Ada punya keberanian gak untuk mengambil decision (keputusan)?

Ada pikiran-pikiran memang untuk pengembangan secara keseluruhan gak? Jangan sampai ada pemimpin yang hanya ingin jadi penguasa. Penguasa ini dengan penguasa ini. Ikutannya banyaknya ini. Saya jadi makmur atau apa?

Kalau begitu kondisinya, bagiamana yang akan kita harapkan? Sekarang tergantung pemimpin

Disinilah kunci leadership. Apa pentingnya leadership? Satu adalah kepemimpinannya berani dalam mengambil keputusan. Kalau mengambil keputusan dia takut2 gimana? Takut dikritik ini, takut nanti kena masalah hukum, dan sebagainya. Sepanjang kita jujur tulus bekerja ngapain takut? Yang penting bahwa betul-betul melakukan pekerjaan itu berlandaskan good governance. Kenapa harus takut? (didik dwi praptono/bersambung)

 

 

TERLAHIR sebagai putra Bali. Nama I Ketut Mardjana (IKM) berkibar dan sangat dikenal ketika putra asli Bangli ini memimpin Pos Indonesia.

Melalui kepiawaian dan tangan dinginnya, pria yang sempat meraih penghargaan sebagai People Of The Year 2011 ini mampu membangkitkan kembali perusahaan raksasa BUMN dari tidur panjangnya.

Saat menjabat sebagai Direktur PT Pos Indonesia , dialah tokoh penting yang saat itu memodernisasi Pos Indonesia sekaligus sosok yang mampu  membangkitkan  dan menyelamatkan kembali  perusahaan plat merah dari  keterpurukan. Di bawah kepemimpinan Mardjana, PT Pos Indonesia berubah dari yang merugi berubah menjadi perusahaan yang berhasil mencetak laba.

Kini  dia sudah purna tugas. Melalui segudang pengalaman dan sepak terjangnya di kancah nasional dan internasional,  pria berjuluk sang transformer  kembali ke kampung halamannya di Bangli. Seperti tak mau berhenti, Mardjana  pun mendirikan Toya Devasya di Toya Bungkah, Batur, Kintamani.

Ada cita-cita besar dari mantan pejabat BUMN  yang juga alumni dari Monash University Australia ini untuk merubah kampung halamannya dari ketertinggalan.  Seperti apa?

Berikut bincang eksklusif dengan DR I Ketut Mardjana

Bagaimana pendapat anda tentang potensi dan kondisi Bangli saat ini?

Jika dilihat potensi, rasanya Bangli punya potensi besar dan kaya dibandingkan kabupaten lain. Tapi meskipun punya potensi tidak kalah dengan daerah (kabupaten) lain, namun posisi Bangli sekarang ini masih tertinggal dari kabupaten lain. Misalnya klungkung yang wilayah, penduduknya, APBD-nya hampir sama kecilnya dengan Bangli. Namun klungkung sekarang berkembang pesat.

Menurut anda, kenapa bisa demikian?

Ya inilah yang harusnya jadi konsen dari pada pemimpin Bangli saat ini dan ke depan.  Kenapa Bangli bisa tertinggal. Jadi harus bertanya. Apakah kebijakan-kebijakan selama ini sudah terarah sesuai dengan yang seharusnya yakni mensejahterakan rakyat atau belum

Menurut anda apakah kebijakan pemimpinan (Bangli) saat ini sudah dirasakan sudah terarah dan mensejahterakan rakyat?

Kalau kondisinya demikian berarti enggak (terarah). Buktinya jadi kabupaten tertinggal dari kabupaten lain. Contohnya tertinggal dari kabupaten Klungkung

Lalu apa yang seharusnya dilakukan pemimpin di Bangli?

Jadi yang harus dilakukan oleh pemimpin Bangli itu adalah yang betul-betul melakukan inventarisasi peluang dan tantangan. Inventarisasi harus dilakukan per kecamatan. Apa sih keunggulan-keunggulan per kecamatan ini

Kenapa harus ada inventarisasi keunggulan per kecamatan?

Karena setiap potensi di kecamatan itu berbeda. Misalnya saja Kintamani timur ada tourism. Kalau Kintamani barat agrikulturnya. Kalau Bangli barat disitu ada sawah, ada sungai,  air terjun. Ini juga potensi alam dan agrikulturnya terkait dengan tourism.

Bangli timur ada industri kecilnya seperti kerajinan bambu, ada juga alamnya. Nah ini potensi-potensi yang ada yang setiap kecamatan berbeda.

Memang secara umum, Bangli ini agrotourism. Nah jadi boleh dikatakan kalau tourismn-ya menonjol Kintamani timur. Ada Geopark. Geopark itu ada danau, ada gunung, ada bebatuan, ada air terjun, hutan lindung. Ini tourism. Sedangkan yang lainnya spoting.

Spotingnya apa?

Kalau dilihat di daerah sini adalah pertanian. Pertanian  ini bisa kita buat sebagai agrotourism. Nah itu.

Agrotourism kita kaji lagi. Yang sekarang trennya adalah organik. Nah kalau itu kita jadikan organik, itu akan kita jadikan tourism lagi. Orang akan datang.

Selain inventarisasi, apa yang semestinya dilakukan pemimpin di Bangli?

Selain melakukan inventarisasi, pembangunannya itu jangan tanpa arah. Tapi per  segmen dan per zona. Zona di sini apa sih keunggulannya? Ya itu yang dibangun. Jadi dengan demikian nanti tidak ada satu ketimpangan antar sektor. Tapi betul-betul sesuai potensi sector itu.

Bisa anda contohkan?

Contoh Kintamani barat ada kopi. Kopi itu sudah tidak ada duanya ini. Kopi Kintamani sangat terkenal, kenapa itu tidak dibudidayakan yang secara intens? SDM-nya dibina sehingga menghasilkan hasil roasting yang benar dan jangan sembarangan menjemur. Jadi antara potensi yang ada dengan pengelolaannya harus baik.

Lalu jika demikian keadaannya, apa yang menyebabkan Bangli yang memiliki potensi besar justru menjadi kabupaten tertinggal dari kabupaten lain? misnya dimana?

Misnya tergantung siapa pemimpinnya. Pemimpinya mumpuni nggak? Punya wawasan nggak? Mempunyai visi nggak? Kan gitu. Ada punya keberanian gak untuk mengambil decision (keputusan)?

Ada pikiran-pikiran memang untuk pengembangan secara keseluruhan gak? Jangan sampai ada pemimpin yang hanya ingin jadi penguasa. Penguasa ini dengan penguasa ini. Ikutannya banyaknya ini. Saya jadi makmur atau apa?

Kalau begitu kondisinya, bagiamana yang akan kita harapkan? Sekarang tergantung pemimpin

Disinilah kunci leadership. Apa pentingnya leadership? Satu adalah kepemimpinannya berani dalam mengambil keputusan. Kalau mengambil keputusan dia takut2 gimana? Takut dikritik ini, takut nanti kena masalah hukum, dan sebagainya. Sepanjang kita jujur tulus bekerja ngapain takut? Yang penting bahwa betul-betul melakukan pekerjaan itu berlandaskan good governance. Kenapa harus takut? (didik dwi praptono/bersambung)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/