27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 8:48 AM WIB

HIV di Buleleng Kian Mengkhawatirkan,Total Penderita Tembus 3.142 Jiwa

SINGARAJA – Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng kian memprihatinkan. Pemkab Buleleng menyatakan angka kasus HIV kini sudah masuk garis kuning, atau dengan kata lain sudah mengkhawatirkan.

Untuk menekan angka penularan HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng, para pihak diharapkan bisa terlibat secara aktif dalam upaya edukasi, pencegahan, hingga pendampingan apabila ditemukan penderita baru.

Hingga Agustus 2019, tercatat ada 3.142 orang penderita HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng. Angka itu merupakan angka kumulatif sejak tahun 1999 silam.

Sementara data terakhir pada Desember 2018 menunjukkan ada 3.019 orang yang tertular HIV/AIDS.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Buleleng Ni Made Rousmini mengatakan, pemerintah sengaja melibatkan seluruh pihak, sehingga edukasi terkait HIV/AIDS bisa tepat sasaran.

Harapannya, edukasi itu tak hanya mampu mencegah penularan HIV/AIDS. Namun juga mengurangi stigma masyarakat terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

“Penting kami libatkan tokoh masyarakat di desa dinas maupun adat. Sehingga paradigma masyarakat itu makin terbuka.

Kami juga berharap peran keluarga, lingkungan, dan sekolah, untuk mencegah penularan HIV/AIDS di kalangan remaja,” kata Rousmini.

Lebih lanjut Rousmini mengatakan, peran Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) akan dioptimalkan kembali.

Kelompok kerja (pokja) yang kini mulai kendor kinerjanya, akan kembali digencarkan. Sehingga upaya pencegahan dan edukasi bisa maksimal.

Selain itu pemerintah akan menginstruksikan desa menyisahkan anggaran desa untuk langkah edukasi. “Desa juga harus terlibat. Setidaknya bisa melakukan edukasi,” ujarnya.

Sementara itu, Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Buleleng Putu Indrawan mengatakan, pemerintah akan mengoptimalkan peran puskesmas dalam pendampingan.

Para ODHA nantinya akan didampingi oleh petugas dari Puskesmas Gerokgak II, Puskesmas Seririt I, Puskesmas Busungbiu I, Puskesmas Banjar I, dan Puskesmas Tejakula I.

“Sehingga tidak ada lagi lost follow up karena alasan RSUD jauh. Mereka bisa dapat ARV atau pendampingan kesehatan di puskesmas-puskesmas itu,” kata Indrawan.

SINGARAJA – Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng kian memprihatinkan. Pemkab Buleleng menyatakan angka kasus HIV kini sudah masuk garis kuning, atau dengan kata lain sudah mengkhawatirkan.

Untuk menekan angka penularan HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng, para pihak diharapkan bisa terlibat secara aktif dalam upaya edukasi, pencegahan, hingga pendampingan apabila ditemukan penderita baru.

Hingga Agustus 2019, tercatat ada 3.142 orang penderita HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng. Angka itu merupakan angka kumulatif sejak tahun 1999 silam.

Sementara data terakhir pada Desember 2018 menunjukkan ada 3.019 orang yang tertular HIV/AIDS.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Buleleng Ni Made Rousmini mengatakan, pemerintah sengaja melibatkan seluruh pihak, sehingga edukasi terkait HIV/AIDS bisa tepat sasaran.

Harapannya, edukasi itu tak hanya mampu mencegah penularan HIV/AIDS. Namun juga mengurangi stigma masyarakat terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

“Penting kami libatkan tokoh masyarakat di desa dinas maupun adat. Sehingga paradigma masyarakat itu makin terbuka.

Kami juga berharap peran keluarga, lingkungan, dan sekolah, untuk mencegah penularan HIV/AIDS di kalangan remaja,” kata Rousmini.

Lebih lanjut Rousmini mengatakan, peran Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) akan dioptimalkan kembali.

Kelompok kerja (pokja) yang kini mulai kendor kinerjanya, akan kembali digencarkan. Sehingga upaya pencegahan dan edukasi bisa maksimal.

Selain itu pemerintah akan menginstruksikan desa menyisahkan anggaran desa untuk langkah edukasi. “Desa juga harus terlibat. Setidaknya bisa melakukan edukasi,” ujarnya.

Sementara itu, Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Buleleng Putu Indrawan mengatakan, pemerintah akan mengoptimalkan peran puskesmas dalam pendampingan.

Para ODHA nantinya akan didampingi oleh petugas dari Puskesmas Gerokgak II, Puskesmas Seririt I, Puskesmas Busungbiu I, Puskesmas Banjar I, dan Puskesmas Tejakula I.

“Sehingga tidak ada lagi lost follow up karena alasan RSUD jauh. Mereka bisa dapat ARV atau pendampingan kesehatan di puskesmas-puskesmas itu,” kata Indrawan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/