DENPASAR, radarbali.id- Akademisi Unhi Denpasar, I Kadek Satria mengungkapkan seluruh masyarakat Bali merayakan Rahina Tumpek Krulut secara niskala dan sakala pada Sabtu (Saniscara Kliwon, Krulut), (23/7).
Pasalnya, Gubernur Bali, Wayan Koster meresmikan Rahina Tumpek Krulut sebagai perayaan Hari Tresna Asih atau Hari Kasih Sayang seusai Surat Edaran Gubernur Bali No. 04 Tahun 2022 tentang Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan Nilai-nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru.
Hal itu ungkapnya merupakan upaya nyata dari ritual tumpek. Tak hanya beritual, tetapi ada tindakan nyata melalui saling kasih dan menyayangi dengan segala makhluk kehidupan.
“Inilah pemaknaan Tumpek Krulut, bahwa rasa-rasa yang ada mesti dimuliakan dengan upacara dan aksi nyata. Upacaranya adalah dengan ritual pada gamelan dan aksi nyatanya adalah cinta kasih terhadap diri, sesama, dan lingkungan yang akan menghasilkan cinta kasih utama, yaitu kepada Sang Pencipta. Bahwa Beliau penganugerah segala yang mesti disyukuri. Cinta bukan hanya persoalan ikatan laki perempuan atau bahkan libido seks semata. Lebih dari itu, cinta kasih adalah ungkapan kesadaran rasa syukur manusia atas hidup ini,” tandas Kadek Satria, Selasa (26/7).
Dijadikannya Rahina Tumpek Krulut sebagai Hari Tresna Asih atau Kasih Sayang Dresta Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Koster dan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati juga mendapat apresiasi dan dukungan penuh dari Ida Rsi Agung Pinatih Kusuma Yoga dari Griya Tulikup, Gianyar.
Ida Rsi Agung Pinatih Kusuma Yoga mengatakan itu merupakan bentuk komitmen nyata dari Gubernur Bali dalam upaya pelestarian kebudayaan atau kearifan lokal Bali.
Rahina Tumpek Krulut yang merupakan tumpek yang keempat dari enam tumpek yang ada dalam siklus kalender Bali secara filosofis bertujuan untuk menstanakan Dewa Keindahan dalam diri manusia agar manusia senantiasa diberikan kesenangan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.
Keindahan (lango) banyak terdapat dalam karya seni, seperti gamelan atau musik. Secara psikologis musik memiliki kedayaan estetik untuk mempengaruhi suasana hati menjadi lebih senang.
“Pada Rahina Tumpek Krulut kita memuja Dewa Iswara sebagai Dewa Keindahan, memohon waranugraha agar manusia terus menerus diberi kesenangan dan kebahagiaan Niskala–Sakala,” ungkapnya, Selasa (Anggara, Pon Merakih), Selasa (26/7).
“Selain dengan cara mendengarkan dan memainkan gamelan rasa senang dan kebahagiaan dalam diri manusia juga dapat dicapai dengan membangun tresna asih atau kasih sayang terhadap sesama manusia dan melakukan aktivitas kebersamaan. Dalam kaitan inilah Tumpek Krulut juga identik dengan Rahina Tresna Asih atau Hari Kasih Sayang. Tresna Asih berarti kasih sayang, berarti pula penyucian dan pemuliaan manusia, sebagaimana ajaran kearifan lokal Jana Kerthi,” imbuhnya.
Generasi muda juga memuji terobosan Gubernur Koster. Mahasiswa Undiknas Denpasar, Putu Angel Purnamayanti menegaskan ia sangat mendukung kebijakan Gubernur Bali, Wayan Koster yang telah menguatkan Perayaan Tumpek Krulut sebagai harinya Tresna Asih atau kasih sayang dengan tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi di Bali.
“Ini upaya nyata untuk membentengi warisan budaya leluhur Bali yang kita rasakan bersama sungguh luar biasa. Karena dalam dekade belakangan ini, perlahan-lahan budaya Bali yang diagungkan oleh negara luar malah ada yang sudah terkikis. Untuk itu, saya berharap agar generasi muda dapat menerapkan Perayaan Tumpek Krulut, tidak hanya saat peringatannya saja, tapi dapat diimplementasikan lebih sering dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Senada, I Kadek Divayana, siswa SMK Negeri 1 Denpasar juga menyambut bahagia dicetuskannya hari kasih sayang khas Bali di era kepemimpinan Gubernur Koster. Ungkapnya, Tumpek Krulut ingatkan semua umat memuja Dewa Iswara dan saling mengasihi sesama.
“Gamelan memiliki berbagai instrumen berbeda, namun menghasilkan suatu kesatuan melodi yang indah. Tentu gamelan inilah yang harus kita jadikan pedoman hidup, ketika banyak perbedaan, tetapi kita harus saling menghargai, memberikan kasih sayang yang sama,” ujar I Kadek Divayana, Selasa (26/7).
Divayana menyebutkan dewasa ini masyarakat mulai terpengaruh akan kebudayaan luar yang menyebabkan kecenderungan masyarakat akan kurangnya bersosialisasi, dikarenakan teknologi sudah maju, semua bisa dilakukan sendiri, hingga mampu mengikis rasa kepedulian akan sesama umat manusia.
Oleh karenanya, Tumpek Krulut yang digelorakan Gubernur Bali, Wayan Koster melalui Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2022 tentang Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru ini perlu dilaksanakan sebagai pengingat bahwa manusia seharusnya memiliki rasa empati, tidak hanya kepada orang lain, melainkan juga kepada alam, dan Hyang Widhi Wasa. (ken)