28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:50 AM WIB

Banser NU dan Pecalang Saling Sinergi, Tumbuh Karena Menyama Braya

BANJAR – Hubungan keberagaman anggota PAC Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Banjar Buleleng

dengan pecalang Desa Adat Temukus saat perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan ditengah pandemi Covid-19 masih kental terasa.

Anggota Banser NU memang setiap momentum perayaan Galungan dan Kuningan tanpa diminta selalu turut menjaga ketertiban dan pengamanan

bagi umat Hindu (pemedek) yang akan melaksanakan persembahyangan di Pura Labuan Aji, Desa Temukus.

Seperti itulah yang terlihat ketika terpotret Jawa Pos Radar Bali kemarin di lokasi Pura Labuan Aji yang berada tepat di Jalan Singaraja-Seririt Desa Temukus, Kecamatan Banjar.

Anggota Banser NU, Pecalang adat desa setempat bersama aparat Kepolisian mengatur jalan lalu lintas serta mengamankan prosesi persembahyangan.

Mulai dari menyeberangkan pemedek, memarkir kendaraan dan mengurai lalu lintas agar tidak kemacetan.

Kendati dari anggota Banser NU, pecalang adat desa setempat bersama aparat Kepolisian beraktivitas diluar, namun mereka tetap memperhatikan protokol kesehatan (Prokes).

Dengan menggunakan masker dan mengingatkan warga agar tak lengah mengikuti anjuran pemerintah menerapkan protokol kesehatan.

Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul Ulama Kabupaten Buleleng Abdul Karim Abraham mengatakan, kondisi dari anggota PAC Banser Kecamatan Banjar

bersama para pecalang desa adat setempat mengamankan setiap pelaksanaan upacara keagamaan Umat Hindu memang sudah lama terjalin dan rutin dilakukan.

Begitu pula sebaliknya ketika umat Islam di Desa Temukan ada kegiatan keagaman rekan-rekan pecalang desa adat setempat ikut berjaga dan melakukan pengamanan.

“Disana selain komunikasi antar pecalang adat dan Pemuda Ansor sudah lama terjalin harmonis dan begitu erat. Juga karena tumbuhnya kesadaran hubungan menyama braye satu sama lainnya.

Jadi tanpa diminta mereka sudah sama-sama menyadari bahwa menjaga keamanan tanggung jawab bersama,” ungkap pria asal Desa Pejarakan, Gerokgak.

Dia melanjutkan ditengah mewabah pandemi Covid-19 di Buleleng kekhawatiran dan rentan tertular Covid-19 jelas ada ketika beraktivitas di luar.

Namun tidak menyurutkan niat dari teman-teman Banser untuk membantu para pecalang. Anggota Banser yang bertugas menjaga keamanan bagi para pemedek tetap memegang prinsip mentaati protokol kesehatan.

“Selain itu kami harus pastikan bahwa anggota banser yang terlibat pengamanan persembahyangan dalam kondisi fit. Artinya tidak dalam kondisi sakit,” tutur pria yang akrab disapa Karim.

Sementara itu, salah seorang anggota pecalang Desa Pakraman Temukus Made astika mengaku mengapresiasi semangat pemuda Banser NU dari umat Islam dalam memaknai kebersamaan.

Hal itu, menurutnya, akan terus dilanjutkan hingga menjadi sebuah keberagaman yang indah. Pengamanan dilakukan anggota Banser NU Kecamatan Banjar bukan hanya saat Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Melainkan momen hari raya dan upacara keagamaan umat Hindu lainnya di Desa. “Kami berharap hubungan menyama braye yang sudah tumbuh dan memiliki kesadaran sangat ini.

Untuk tetap dipertahankan. Ini modal besar dalam mewujudkan kerukunan umat beragama bukan hanya di Buleleng. melainkan di Indonesia secara umum,” pungkasnya. 

BANJAR – Hubungan keberagaman anggota PAC Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Banjar Buleleng

dengan pecalang Desa Adat Temukus saat perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan ditengah pandemi Covid-19 masih kental terasa.

Anggota Banser NU memang setiap momentum perayaan Galungan dan Kuningan tanpa diminta selalu turut menjaga ketertiban dan pengamanan

bagi umat Hindu (pemedek) yang akan melaksanakan persembahyangan di Pura Labuan Aji, Desa Temukus.

Seperti itulah yang terlihat ketika terpotret Jawa Pos Radar Bali kemarin di lokasi Pura Labuan Aji yang berada tepat di Jalan Singaraja-Seririt Desa Temukus, Kecamatan Banjar.

Anggota Banser NU, Pecalang adat desa setempat bersama aparat Kepolisian mengatur jalan lalu lintas serta mengamankan prosesi persembahyangan.

Mulai dari menyeberangkan pemedek, memarkir kendaraan dan mengurai lalu lintas agar tidak kemacetan.

Kendati dari anggota Banser NU, pecalang adat desa setempat bersama aparat Kepolisian beraktivitas diluar, namun mereka tetap memperhatikan protokol kesehatan (Prokes).

Dengan menggunakan masker dan mengingatkan warga agar tak lengah mengikuti anjuran pemerintah menerapkan protokol kesehatan.

Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul Ulama Kabupaten Buleleng Abdul Karim Abraham mengatakan, kondisi dari anggota PAC Banser Kecamatan Banjar

bersama para pecalang desa adat setempat mengamankan setiap pelaksanaan upacara keagamaan Umat Hindu memang sudah lama terjalin dan rutin dilakukan.

Begitu pula sebaliknya ketika umat Islam di Desa Temukan ada kegiatan keagaman rekan-rekan pecalang desa adat setempat ikut berjaga dan melakukan pengamanan.

“Disana selain komunikasi antar pecalang adat dan Pemuda Ansor sudah lama terjalin harmonis dan begitu erat. Juga karena tumbuhnya kesadaran hubungan menyama braye satu sama lainnya.

Jadi tanpa diminta mereka sudah sama-sama menyadari bahwa menjaga keamanan tanggung jawab bersama,” ungkap pria asal Desa Pejarakan, Gerokgak.

Dia melanjutkan ditengah mewabah pandemi Covid-19 di Buleleng kekhawatiran dan rentan tertular Covid-19 jelas ada ketika beraktivitas di luar.

Namun tidak menyurutkan niat dari teman-teman Banser untuk membantu para pecalang. Anggota Banser yang bertugas menjaga keamanan bagi para pemedek tetap memegang prinsip mentaati protokol kesehatan.

“Selain itu kami harus pastikan bahwa anggota banser yang terlibat pengamanan persembahyangan dalam kondisi fit. Artinya tidak dalam kondisi sakit,” tutur pria yang akrab disapa Karim.

Sementara itu, salah seorang anggota pecalang Desa Pakraman Temukus Made astika mengaku mengapresiasi semangat pemuda Banser NU dari umat Islam dalam memaknai kebersamaan.

Hal itu, menurutnya, akan terus dilanjutkan hingga menjadi sebuah keberagaman yang indah. Pengamanan dilakukan anggota Banser NU Kecamatan Banjar bukan hanya saat Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Melainkan momen hari raya dan upacara keagamaan umat Hindu lainnya di Desa. “Kami berharap hubungan menyama braye yang sudah tumbuh dan memiliki kesadaran sangat ini.

Untuk tetap dipertahankan. Ini modal besar dalam mewujudkan kerukunan umat beragama bukan hanya di Buleleng. melainkan di Indonesia secara umum,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/