TABANAN – Kasus kematian babi di Tabanan meluas. Setelah sebelumnya puluhan babi mati di tujuh desa beberapa di antaranya Desa Jegu, Rejasa, dan Desa Buahan, kematian babi mendadak terjadi di desa-desa kecamatan Marga.
Berdasar data terakhir yang diterima Jawa Pos Radar Bali, ada kurang lebih 119 ekor babi mati baik indukan maupun babi penggemukan.
Kabid Peternakan Dinas Pertanian Tabanan I Wayan Suamba menuturkan, pihaknya tengah melakukan pendataan kematian babi mendadak tersebut.
Termasuk melakukan sosialisasi antisipasi penyebaran virus African Swine Fiver (AFC) di Kecamatan Marga, Tabanan.
Dari hasil pendataan yang dilakukan Bidang Peternakan Dinas Pertanian Tabanan, ditemukan sejumlah babi mati di beberapa desa.
Di antaranya di Desa Selanbawak babi mati mencapai 79 ekor. Di Desa Kukuh tercatat 37 ekor, di Desa Beringkit 1 dan 2 ekor karena penyakin lain, dan Desa Cau Belayu ditemukan 2 ekor.
“Pendataan itu kami lakukan di tempat-tempat yang babinya mati,” tutur Wayan Suamba kemarin. Selain di Marga, pihaknya juga menerjunkan personel untuk melalukan pendataan babi mati di wilayah lainnya seperti Kerambitan dan Selemadeg Timur.
“Cuma belum kami rekap hasilnya dari dua kecamata itu,” imbuhnya. Meski kematian babi-babi yang ada di Tabanan itu sudah sangat banyak,
namun Suamba masih keukeuh membantah, kematian babi-babi tersebut tidak sepenuhnya disebabkan virus ASF. “Bisa penyebab lain yang bukan ASF,” katanya.
Perbekel Buahan I Gede Ari Waskita membenarkan pihaknya menerima 10 laporan dari masyarakat desa Buahan selaku pemilik babi yang mati.
Paling parah terjadi di Banjar Buahan Selatan. “Ada sekitar 20 babi yang mati di desa kami. Itu berdasar laporan masyarakat.
Anggaplah, per pemilik babinya mati dua ekor. Tapi, masih banyak yang tidak melapor. Banyak babi dijual,” jelasnya ditemui di Kantor Desa Buahan.
Dinas Pertanian dari Bidang Peternakan telah mengambil tiga sampel di desa tersebut. Saat disinggung hasil, Wastika mengatakan belum menerima hasil dari dokter hewan Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Tabanan.
“Kami hanya sebatas menerima laporan dan memfasiltasi serta membantu sosialisasi untuk menjaga kebersihan kandang.
Kalau mau lebih lengkap langsung ke dokter hewannya di Dinas Pertanian Tabanan, karena sampelnya masih dibawa ke Medan untuk di uji lab,” pintanya.