32.6 C
Jakarta
25 November 2024, 12:06 PM WIB

Dari 149 Desa di Buleleng, Cuma 13 Desa Aktif Kelola Sampah Mandiri

SUKASADA – Idealnya setiap desa dan kelurahan punya satu TPST (tempat pengelolaan sampah terpadu. Di Buleleng sendiri dari 149 desa yang ada baru terbangun 40 TPST. Dengan jumlah yang aktif hanya baru 13 TPST.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng Putu Ariadi Pribadi tak menampik jika di Buleleng banyak TPST yang tidak aktif. Akar masalahnya pada pengelolaan saja. Di antaranya tenaga pemilahan yang sulit dan biaya operasional. 

Dengan pengaktifkan TPST Kayuputih Asri pihaknya sangat mengapresiasi dan mensupport. Ini sejalan dengan pengelolaan sampah berbasis sumber. Di mana Desa Kayu Putih merupakan daerah pariwisata bisa untuk mewujudkan wilayahnya yang bersih.

“Kami di dinas terus memberikan pendampingan bagaimana upaya TPST yang dimiliki di desa bisa beroperasi kembali secara optimal. Kemudian mendorong pembentukan bank sampah unit. Selain itu siap memberikan fasilitas penanganan sampah,” ujar Putu Ariadi, ketika di TPST Kayu Putih, Kamis (27/8).

Dengan aktifnya TPST Kayu Putih maka dapat menampung sampah organik dan pemilihan. Juga mengurangi beban kerja di TPA Bengkala.

“Sehingga yang kami angkut hanya sampah residu saja ke TPA. Mudah-mudahan dengan sistem ini berjalan sampah yang dimiliki volumenya sedikit dan ini merupakan indikator dalam mengelola sampah,” tandasnya.

Perbekel Desa Kayu Putih Gede Gelgel Ariawan mengatakan TPST di desanya tidak aktif akar masalahnya pada pengelolaan saja. Maka tak heran menyebabkan TPST tersebut yang lama berdiri tak beroperasi. Sehingga sampah harus dialihkan ke TPA Bengkala.

Dulunya TPST Kayu Putih Asri yang berdiri sejak tahun 2012 lalu mengelola sampah yang berasal dari 70 villa yang ada di Desa Kayu Putih, Sukasada. Selain itu mengelola sampah rumah tangga.

“Nah ini yang coba pihaknya cari solusi. Agar TPST kembali aktif.  Kami sudah sepakat membenahi dan bangkitkan kembali TPST desa Kayu Putih tahun ini. Baik mencakup soal anggaran, peralatan termasuk edukasi pengelolaan sampah agar mampu bernilai ekonomi. Kemudian bagaimana menghasilkan pupuk yang berkualitas, tidak bercampur dengan sampah plastik,” ungkapnya.

Selanjutnya untuk mendukung pengolahan pupuk kompos pada TPST. Pihaknya akan mendorong pengolahan sampah yang nantinya langsung dilakukan pemilahan sampah berbasis pada sumber sampah. Mulai dari unit-unit sampah yang ada di rumah tangga.

“Sehingga TPST bukan hanya menjadi lokasi pemilahan tetapi juga memproduksi rumah kompos yang bisa diserap atau dijual,” pungkasnya.

SUKASADA – Idealnya setiap desa dan kelurahan punya satu TPST (tempat pengelolaan sampah terpadu. Di Buleleng sendiri dari 149 desa yang ada baru terbangun 40 TPST. Dengan jumlah yang aktif hanya baru 13 TPST.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng Putu Ariadi Pribadi tak menampik jika di Buleleng banyak TPST yang tidak aktif. Akar masalahnya pada pengelolaan saja. Di antaranya tenaga pemilahan yang sulit dan biaya operasional. 

Dengan pengaktifkan TPST Kayuputih Asri pihaknya sangat mengapresiasi dan mensupport. Ini sejalan dengan pengelolaan sampah berbasis sumber. Di mana Desa Kayu Putih merupakan daerah pariwisata bisa untuk mewujudkan wilayahnya yang bersih.

“Kami di dinas terus memberikan pendampingan bagaimana upaya TPST yang dimiliki di desa bisa beroperasi kembali secara optimal. Kemudian mendorong pembentukan bank sampah unit. Selain itu siap memberikan fasilitas penanganan sampah,” ujar Putu Ariadi, ketika di TPST Kayu Putih, Kamis (27/8).

Dengan aktifnya TPST Kayu Putih maka dapat menampung sampah organik dan pemilihan. Juga mengurangi beban kerja di TPA Bengkala.

“Sehingga yang kami angkut hanya sampah residu saja ke TPA. Mudah-mudahan dengan sistem ini berjalan sampah yang dimiliki volumenya sedikit dan ini merupakan indikator dalam mengelola sampah,” tandasnya.

Perbekel Desa Kayu Putih Gede Gelgel Ariawan mengatakan TPST di desanya tidak aktif akar masalahnya pada pengelolaan saja. Maka tak heran menyebabkan TPST tersebut yang lama berdiri tak beroperasi. Sehingga sampah harus dialihkan ke TPA Bengkala.

Dulunya TPST Kayu Putih Asri yang berdiri sejak tahun 2012 lalu mengelola sampah yang berasal dari 70 villa yang ada di Desa Kayu Putih, Sukasada. Selain itu mengelola sampah rumah tangga.

“Nah ini yang coba pihaknya cari solusi. Agar TPST kembali aktif.  Kami sudah sepakat membenahi dan bangkitkan kembali TPST desa Kayu Putih tahun ini. Baik mencakup soal anggaran, peralatan termasuk edukasi pengelolaan sampah agar mampu bernilai ekonomi. Kemudian bagaimana menghasilkan pupuk yang berkualitas, tidak bercampur dengan sampah plastik,” ungkapnya.

Selanjutnya untuk mendukung pengolahan pupuk kompos pada TPST. Pihaknya akan mendorong pengolahan sampah yang nantinya langsung dilakukan pemilahan sampah berbasis pada sumber sampah. Mulai dari unit-unit sampah yang ada di rumah tangga.

“Sehingga TPST bukan hanya menjadi lokasi pemilahan tetapi juga memproduksi rumah kompos yang bisa diserap atau dijual,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/