AMLAPURA-Kasus tewasnya Warga Negara Asing (WNA) SIngapura keturunan India Lodhavia Ashish Vinod, 46, saat bermain rafting di Tukad Telagawaja menuai sorotan dari PHRI Karangasem.
PHRI meminta, atas kasus yang dikhawatirkan bisa berdampak negative bagi kelangsungan pariwisata Bali, khususnya Karangasem, itu pihaknya meminta agar pengelola rafting lebih serius dan professional.
“Kedepanya peningkatan professionalisme dalam pengelolaan Rafting dan juga Wisata alam lainya harus terus dilakukan,” pinta Ketua PHRI Karangasem I Wayan Kariasa SH, Sabtu (28/12).
Bagi Kariasa, keselamatan wisatawan menjadi hal utama yang harus di perhatikan.
“Standarnya harus diperhatikan dan benar benar dilaksanakan,” tambahnya.
Pasalnya, jika kasus ini kembali terulang dan sering terjadi, maka hal ini akan berdampak terhadap citra Pariwisata di Bali dan juga Karangasem pada khususnya.
Selain itu, Kariasa pun berharap, agar tidak terjadi kasus serupa, pihaknya mendorong agar setiap pengelola rufting memiliki sistem pertolongan pertama dan menyediakan tenaga untuk evakuasi ke rumah sakit. “Mestinya ada ambulans yang stand bay di sana,”tandasnya.
Sementara itu, secara terpisah, Ketua Asosuasi Rafting Telagawaja I Nengah Perdana Putra alias Matek mengatakan kalau semua prosudur standar sudah dilakukan.
Matek malah mengajak Koran ini untuk ikut ke lapangan memantau kegiatan pemberian brifing sebelum terjun ke sungai.
Semua juga diakuinya sudah sesuai prosudur. Sementara soal ambulance memang belum ada.
Dirinnya juga berharap PHRI Karangasem bisa membantu begitu juga dengan pemerintah agar bisa ada ambulance yang standby di lokasi.
Selama ini tercatat ada tiga kali wisatawan asing yang meninggal dunia saat rafting.
Rafting telagawaja sendiri memang dikenal cukup berbahaya karena medanya yang cukup berat.
Namun hal ini menantang bagi wisatawan asing yang memang suka tantangan alam.