29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:21 AM WIB

Menikah di Pengungsian, Dwipayana: Hanya Bawa Banten, Lupa Sandal

RadarBali.com – Luar biasa pengalaman hidup yang dirasakan I Gusti Bagus Krisan Dwipayana, 29 warga Desa Pering Sari, Kecamatan Selat, Karangasem.

Ketika sedang sibuk bersama keluarga mempersiapkan berbagai sarana untuk meminang sang calon istri, Ni Putu Anggaswari, asal dari Desa Riang Gede, Tabanan, tiba-tiba terdengar suara kentongan.

Sumber suara dari banjarnya. Suara itu membuat mereka panik, lalu mengungsi pada hari Jumat (22/9) sekitar pukul 21.30 lalu.

Dwipayana menuturkan, pada malam di mana mereka sedang mempersiapkan berbagai hal untuk meminang istrinya keesokan harinya (23/9), suasana mencengkam cukup terasa.

Isu Gunung Agung bakal meletus berseliweran. Apalagi, saat itu gempa juga kerap terjadi dengan getaran yang cukup besar.

Sehingga pada saat kentungan banjar berbunyi, semua keluarganya berhamburan untuk menyelamatkan diri.

“Waktu itu semua panik, jadi hanya menyelamatkan banten untuk nikahan saja. Sandal saja saya tidak pakai waktu mengungsi. Saya mengungsi ke rumah saudara di Sidemen. Dua jam kemudian saya dan keluarga mengungsi ke Kamasan, Klungkung,” bebernya pria yang bekerja di sebuah hotel di Kabupaten Badung itu.

Karena tidak mungkin kembali ke kampung halaman untuk melakukan pernikahan, dia yang dalam hari-harinya cukup kalut, kemudian memutuskan melangsungkan pernikahan di rumah saudaranya di Banjar Sangging, Desa Kamasan, Klungkung.

Pernikahan yang rencananya digelar pada hari Sabtu (30/9) besok terpaksa dimajukan menjadi hari Sabtu (23/9) dan berlangsung secara sederhana bersama keluarga terdekat.

Padahal dia mengaku sudah menyebar undangan kepada 150 rekannya jauh-jauh hari. “Abis ngidih (meminang, red) ke Tabanan, langsung ke Kamasan untuk melangsungkan pernikahan. Karena tidak mungkin ditunda, soalnya sudah nyedekin (pertemuan keluarga persiapan pernikahan, red),” ujar anak kedua dari pasangan I Gusti Ngurah Ardana, dan I Gusti Ayu Jelantik ini.

Meski pernikahannya tidak berlangsung sesuai harapan dan dalam suasana kalut, dia tetap bersyukur dan bahagia atas pernikahannya.

 Saat ini, dirinya memilih mengungsi di Denpasar bersama sang istri beserta orang tuanya. “Sekarang masih cuti karena sudah terlanjur ngambil cuti,” tandasnya. 

RadarBali.com – Luar biasa pengalaman hidup yang dirasakan I Gusti Bagus Krisan Dwipayana, 29 warga Desa Pering Sari, Kecamatan Selat, Karangasem.

Ketika sedang sibuk bersama keluarga mempersiapkan berbagai sarana untuk meminang sang calon istri, Ni Putu Anggaswari, asal dari Desa Riang Gede, Tabanan, tiba-tiba terdengar suara kentongan.

Sumber suara dari banjarnya. Suara itu membuat mereka panik, lalu mengungsi pada hari Jumat (22/9) sekitar pukul 21.30 lalu.

Dwipayana menuturkan, pada malam di mana mereka sedang mempersiapkan berbagai hal untuk meminang istrinya keesokan harinya (23/9), suasana mencengkam cukup terasa.

Isu Gunung Agung bakal meletus berseliweran. Apalagi, saat itu gempa juga kerap terjadi dengan getaran yang cukup besar.

Sehingga pada saat kentungan banjar berbunyi, semua keluarganya berhamburan untuk menyelamatkan diri.

“Waktu itu semua panik, jadi hanya menyelamatkan banten untuk nikahan saja. Sandal saja saya tidak pakai waktu mengungsi. Saya mengungsi ke rumah saudara di Sidemen. Dua jam kemudian saya dan keluarga mengungsi ke Kamasan, Klungkung,” bebernya pria yang bekerja di sebuah hotel di Kabupaten Badung itu.

Karena tidak mungkin kembali ke kampung halaman untuk melakukan pernikahan, dia yang dalam hari-harinya cukup kalut, kemudian memutuskan melangsungkan pernikahan di rumah saudaranya di Banjar Sangging, Desa Kamasan, Klungkung.

Pernikahan yang rencananya digelar pada hari Sabtu (30/9) besok terpaksa dimajukan menjadi hari Sabtu (23/9) dan berlangsung secara sederhana bersama keluarga terdekat.

Padahal dia mengaku sudah menyebar undangan kepada 150 rekannya jauh-jauh hari. “Abis ngidih (meminang, red) ke Tabanan, langsung ke Kamasan untuk melangsungkan pernikahan. Karena tidak mungkin ditunda, soalnya sudah nyedekin (pertemuan keluarga persiapan pernikahan, red),” ujar anak kedua dari pasangan I Gusti Ngurah Ardana, dan I Gusti Ayu Jelantik ini.

Meski pernikahannya tidak berlangsung sesuai harapan dan dalam suasana kalut, dia tetap bersyukur dan bahagia atas pernikahannya.

 Saat ini, dirinya memilih mengungsi di Denpasar bersama sang istri beserta orang tuanya. “Sekarang masih cuti karena sudah terlanjur ngambil cuti,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/