30.9 C
Jakarta
24 April 2024, 10:12 AM WIB

Wow! Desa Kelating Produksi Sirup Kelor, Sebulan Produksi 2.000 Botol

TABANAN – Daun kelor kaya akan manfaat. Selain bisa dijadikan sayuran dan lauk pauk, daun kelor juga bisa dijadikan beragam olahan. Di antaranya untuk membuat sirup dan bedak wajah. Seperti itulah yang dilakukan salah satu badan usaha milik Desa Kelating, Kerambitan, Tabanan.

 

BUMDes Buana Kerti Desa Kelating, membuat olahan sirup sari kelor dan bedak wajah. Mereka memproduksi sirup dan bedah wajah lantaran melihat potensi di desa banyak tanaman kelor.

 

Juga melihat peluang baru, di mana belum banyak badan usaha yang bergerak dalam dalam mengolah daun kelor menjadi sirup dan bedak wajah.

 

Ketua BUMDes Buana Kerti Desa Kelating Gusti Agung Putu Indah Gayatri mengaku sirup kelor sejatinya sudah diproduksi dari tahun 2016 lalu. Semulanya produksi daun kelor menjadi sirup dan boreh ia lakukan di keluarganya.

 

Proses pembuatan daun kelor menggunakan bio dynamic teknologi dengan memanfaatkan bakteri baik atau zat-zat pada daun kelor yang untuk diolah. Sedangkan kajian proses cara pengolahan diberikan oleh LIPI.

 

“Bahkan kami sebelum dilakukan produksi pihaknya juga bekerja sama dengan Universitas Udayana, Universitas Nasional dan Universitas Warmadewa. Daun kelor tersebut dilakukan penelitian seberapa besar fungsi dan manfaat kelor,” terangnya.

 

Menurutnya daun kelor memiliki kandungan protein sangat tinggi, vitamin hingga kandungan asam amino esensial. Dari kandungan daun kelor inilah yang pihaknya olah misalnya menjadi sirup dicampur dengan herbal lainnya. Seperti kunyit, jahe dan daun sirih.

 

“Setelah daun kelor tercampur dengan cara dijus. Baru kemudian dimasukkan ke dalam gentong dan difermentasi selama satu bulan dengan menggunakan teknik mesin rumino hidrolitik,” bebernya.

 

Perjalanan usaha produksi kelor di keluarganya membuahkan hasil. Baru pada tahun 2020 lalu bekerjasama dengan BUMDes di desa yang mulai berdiri. Sehingga mampu memproduksi lebih banyak sirup kelor.

 

“Jadi sejak ada BUMDes kemudian ada modal, secara otomatis geliat usaha dan produksi kelor bertambah. Dalam sebulan rata-rata kami bisa produksi 2.000 botol ukuran 250 ml,” ungkapnya.

 

Melihat perkembangan pasar, ternyata daun kelor tidak cukup hanya diolah sebagai sirup dan boreh. Ternyata daun kelor juga dapat dimanfaatkan menjadi bedak wajah.

 

Bedak wajah pangsa pasar sebagian besar dari kalangan anak muda. Bedak wajah berbahan baku daun kelor ini mulai diproduksi oleh BUMDes baru Januari 2021 dan saat ini dalam proses perizinannya.

 

Meski telah mengolah daun kelor menjadi sirup, boreh dan bedak tidak setiap hari melakukan pengolahan melainkan seminggu sekali. Lantaran daun kelor sebelum diolah harus dikeringkan terlebih dahulu.

 

“Kita produksi seminggu sekali, dengan daun kelor kering yang diolah sekitar 125 kilogram,” ungkapnya.

 

Untuk pemasaran daun kelor yang diolah menjadi sirup, boreh dan bedak wajah dipasarkan melalui media online dan lumayan ramai ditengah pandemi Covid-19. Bahkan berkat kerja kerasnya memiliki reseller di beberapa daerah luar Bali. Seperti Lombok, Surabaya Jakarta dan 9 kabupaten/kota di Bali. Dengan rata-rata penjualan sebulan mencapai ribuan sirup kelor dan boreh.

Sementara untuk harga sirup sari kelor per botol Rp 75 ribu, boreh dengan ukuran 60 gram dijual seharga Rp 15 ribu dan bedak wajah  10 gram dijual Rp 10 ribu. 

 

“Hasil kerja BUMDes yang mengolah daun kelor dan kini juga mengolah pupuk organic telah mampu menyerap tenaga kerja di desa sebanyak 25 orang. Sedangkan untuk pengolahan kelor mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga,” pungkasnya.

TABANAN – Daun kelor kaya akan manfaat. Selain bisa dijadikan sayuran dan lauk pauk, daun kelor juga bisa dijadikan beragam olahan. Di antaranya untuk membuat sirup dan bedak wajah. Seperti itulah yang dilakukan salah satu badan usaha milik Desa Kelating, Kerambitan, Tabanan.

 

BUMDes Buana Kerti Desa Kelating, membuat olahan sirup sari kelor dan bedak wajah. Mereka memproduksi sirup dan bedah wajah lantaran melihat potensi di desa banyak tanaman kelor.

 

Juga melihat peluang baru, di mana belum banyak badan usaha yang bergerak dalam dalam mengolah daun kelor menjadi sirup dan bedak wajah.

 

Ketua BUMDes Buana Kerti Desa Kelating Gusti Agung Putu Indah Gayatri mengaku sirup kelor sejatinya sudah diproduksi dari tahun 2016 lalu. Semulanya produksi daun kelor menjadi sirup dan boreh ia lakukan di keluarganya.

 

Proses pembuatan daun kelor menggunakan bio dynamic teknologi dengan memanfaatkan bakteri baik atau zat-zat pada daun kelor yang untuk diolah. Sedangkan kajian proses cara pengolahan diberikan oleh LIPI.

 

“Bahkan kami sebelum dilakukan produksi pihaknya juga bekerja sama dengan Universitas Udayana, Universitas Nasional dan Universitas Warmadewa. Daun kelor tersebut dilakukan penelitian seberapa besar fungsi dan manfaat kelor,” terangnya.

 

Menurutnya daun kelor memiliki kandungan protein sangat tinggi, vitamin hingga kandungan asam amino esensial. Dari kandungan daun kelor inilah yang pihaknya olah misalnya menjadi sirup dicampur dengan herbal lainnya. Seperti kunyit, jahe dan daun sirih.

 

“Setelah daun kelor tercampur dengan cara dijus. Baru kemudian dimasukkan ke dalam gentong dan difermentasi selama satu bulan dengan menggunakan teknik mesin rumino hidrolitik,” bebernya.

 

Perjalanan usaha produksi kelor di keluarganya membuahkan hasil. Baru pada tahun 2020 lalu bekerjasama dengan BUMDes di desa yang mulai berdiri. Sehingga mampu memproduksi lebih banyak sirup kelor.

 

“Jadi sejak ada BUMDes kemudian ada modal, secara otomatis geliat usaha dan produksi kelor bertambah. Dalam sebulan rata-rata kami bisa produksi 2.000 botol ukuran 250 ml,” ungkapnya.

 

Melihat perkembangan pasar, ternyata daun kelor tidak cukup hanya diolah sebagai sirup dan boreh. Ternyata daun kelor juga dapat dimanfaatkan menjadi bedak wajah.

 

Bedak wajah pangsa pasar sebagian besar dari kalangan anak muda. Bedak wajah berbahan baku daun kelor ini mulai diproduksi oleh BUMDes baru Januari 2021 dan saat ini dalam proses perizinannya.

 

Meski telah mengolah daun kelor menjadi sirup, boreh dan bedak tidak setiap hari melakukan pengolahan melainkan seminggu sekali. Lantaran daun kelor sebelum diolah harus dikeringkan terlebih dahulu.

 

“Kita produksi seminggu sekali, dengan daun kelor kering yang diolah sekitar 125 kilogram,” ungkapnya.

 

Untuk pemasaran daun kelor yang diolah menjadi sirup, boreh dan bedak wajah dipasarkan melalui media online dan lumayan ramai ditengah pandemi Covid-19. Bahkan berkat kerja kerasnya memiliki reseller di beberapa daerah luar Bali. Seperti Lombok, Surabaya Jakarta dan 9 kabupaten/kota di Bali. Dengan rata-rata penjualan sebulan mencapai ribuan sirup kelor dan boreh.

Sementara untuk harga sirup sari kelor per botol Rp 75 ribu, boreh dengan ukuran 60 gram dijual seharga Rp 15 ribu dan bedak wajah  10 gram dijual Rp 10 ribu. 

 

“Hasil kerja BUMDes yang mengolah daun kelor dan kini juga mengolah pupuk organic telah mampu menyerap tenaga kerja di desa sebanyak 25 orang. Sedangkan untuk pengolahan kelor mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/