NUSA DUA – Menteri Pertahanan Rymizard Ryacudu menyebut ada dua hal yang harus didapat dari konsolidasi 6 BUMN industri strategis.
Pertama, bagaimana NKRI mandiri dalam alutsista. Kedua, bagaimana industri pertahanan menunjang pertumbuhan ekonomi negara.
Hal itu disampaikan Rymizard Ryacudu saat memberi arahan sinergi industri strategis dalam negeri di Hotel Inaya Putri Bali, Nusa Dua.
Enam kluster industri pertahanan strategis dan teknologi tinggi BUMN itu antara lain PT Dahana (Persero), PT Pindad (Persero),
PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero), PT Len Industri (Persero), dan PT Industri Nuklir Indonesia (Persero).
“Kita tidak takut embargo. Kita buat. Kita sudah bisa buat kapal selam, tank, panser, pesawat, dan ke depan akan membuat pesawat tempur.
Artinya hampir seluruhnya kita sudah bisa buat. Di negara berkembang, salah satu yang menunjang perekonomian negara adalah industri pertahanan,” tegasnya.
Menurut Rymizard Ryacudu, rapat koordinasi NDHI membahas tentang produksi industri pertahanan untuk menjaga kedaulatan NKRI sekaligus yang dikomersialkan.
“Tidak ada masalah untuk itu. Kita kan kaya. Tinggal bagaimana kemauan kita. Jangan dikit-dikit merasa rendah diri. Kita harus bisa bersaing,” terangnya.
Rymizard Ryacudu menyebut timnya sudah terjun ke universitas-universitas, khususnya di dalam negeri untuk menemukan mahasiswa terbaik yang akan dilibatkan dalam proyek masa depan tersebut.
Ditanyai tentang produk-produk industri pertahanan strategis dan teknologi tinggi BUMN, Menhan menyebut sangat diminati oleh Filipina dan Malaysia.
“Tank-tank sudah dijual. Kapal sudah banyak yang beli. Yang baru-baru ini beli Filipina. Malaysia juga kepengen. Senegal juga. Yang dibeli kapal dan pesawat terbang,” jelas Rymizard Ryacudu.