27.3 C
Jakarta
21 November 2024, 23:19 PM WIB

Pecah Rekor, Babi Mati Mendadak di Badung Tembus 1.074 ekor

MANGUPURA – Kabar mengejutkan datang dari peternak Badung. Berdasar data terbaru, kematian babi mendadak di Badung tembus angka 1.074 ekor.

Akibat musibah ini, peternak di Badung menderita kerugian hingga ratusan juta rupiah.

Salah satu peternak asal Banjar Semana, Desa Mambal, Kecamatan Abiansemal, Badung, Made Sudiarta, mengatakan, tidak bisa berbuat banyak lantaran indukan babi yang dipelihara sebanyak 25 ekor itu mati.

Kini kandang indukan kosong.  Ia  mengaku usaha peternakan babi miliknya hanya fokus pada indukan saja bukan penggemukan.

Anakan dari indukan itulah yang dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Atas peristiwa babi yang mati mendadak itu ia tidak bisa berbuat banyak.

Lantaran hingga saat ini peristiwa yang boleh kata disebut wabah itu belum ditemukan vaksinnya.

“Karena ternak babi mogok. Sekarang saya lebih banyak kerja di proyek, proyek yang mengerjakan style Bali atau ornamen ukiran Bali,” ucap Sudiarta.

Sebanyak  25 ekor indukan babi yang mati tersebut di antaranya ada yang lagi bunting dan ada yang sudah beranak serta ada yang siap jual.  

Bahkan untuk anakan yang sudah siap jual berjumlah kurang 50 ekor. “Dari indukan sampai anakan semuanya mati. Untuk anakan saja sudah saya kubur sekitar 50-an ekor,” terangnya.

Anakan babi atau bibit itu sudah siap jual  harga normal per ekor kisaran  Rp 700 – Rp 800 ribu. Belum lagi indukan yang sudah apkir dihargai Rp 23 ribu per kilogram.

“Kalau kerugian ratusan juta, belum lagi beli indukan dan pakannya. Bibit yang sudah siap jual juga habis,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan I Wayan Wijana mengatakan  sampai saat ini pihaknya belum mengetahui virus tersebut African Swine Fever (ASF) atau bukan.

Pasalnya, sampai saat ini hasil lab tersebut belum diumumkan. Bahkan untuk vaksinnya belum ada.

“Berdasar penjelasan dari Dirjen Peternakan Kementan, sampai saat ini memang belum ada vaksin maupun obatnya,” jelasnya.

Pihaknya  hanya bisa menghimbau peternak untuk  menerapkan biosecurity  yang dilaksanakan secara konsisten.

“Kita juga sambil menunggu pemerintah  pusat yang sedang melakukan uji coba terhadap vaksin yang baru dikembangkan.

Tentu kami berharap vaksin yang baru dikembangkan ini berhasil sehingga penyebaran penyakit babi ini bisa diatasi,” katanya.

Lebih lanjut, angka kemudian babi yang melanda peternak babi di Badung kian hari terus bertambah.

Sebelumnya ada sekitar 845 ekor babi mati mendadak dan kini angka kematian babi meningkat menjadi 1.074 ekor.

“Hasil lab sampai saat ini belum diumumkan. Data kematian babi hingga kini 1.074 ekor, ” ungkapnya.

Selain itu, ia mengimbau agar peternak tidak melakukan pembibitan atau pemeliharaan babi terlebih dulu. Pasalnya, virus tersebut masih menyebar dan belum ada vaksinnya.

“Memang dalam situasi seperti ini sebaiknya peternak jangan dulu memasukkan bibit baru ke kandang yang pernah terserang. Hal ini karena penyebaran penyakit masih berlangsung,” terangnya. 

MANGUPURA – Kabar mengejutkan datang dari peternak Badung. Berdasar data terbaru, kematian babi mendadak di Badung tembus angka 1.074 ekor.

Akibat musibah ini, peternak di Badung menderita kerugian hingga ratusan juta rupiah.

Salah satu peternak asal Banjar Semana, Desa Mambal, Kecamatan Abiansemal, Badung, Made Sudiarta, mengatakan, tidak bisa berbuat banyak lantaran indukan babi yang dipelihara sebanyak 25 ekor itu mati.

Kini kandang indukan kosong.  Ia  mengaku usaha peternakan babi miliknya hanya fokus pada indukan saja bukan penggemukan.

Anakan dari indukan itulah yang dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Atas peristiwa babi yang mati mendadak itu ia tidak bisa berbuat banyak.

Lantaran hingga saat ini peristiwa yang boleh kata disebut wabah itu belum ditemukan vaksinnya.

“Karena ternak babi mogok. Sekarang saya lebih banyak kerja di proyek, proyek yang mengerjakan style Bali atau ornamen ukiran Bali,” ucap Sudiarta.

Sebanyak  25 ekor indukan babi yang mati tersebut di antaranya ada yang lagi bunting dan ada yang sudah beranak serta ada yang siap jual.  

Bahkan untuk anakan yang sudah siap jual berjumlah kurang 50 ekor. “Dari indukan sampai anakan semuanya mati. Untuk anakan saja sudah saya kubur sekitar 50-an ekor,” terangnya.

Anakan babi atau bibit itu sudah siap jual  harga normal per ekor kisaran  Rp 700 – Rp 800 ribu. Belum lagi indukan yang sudah apkir dihargai Rp 23 ribu per kilogram.

“Kalau kerugian ratusan juta, belum lagi beli indukan dan pakannya. Bibit yang sudah siap jual juga habis,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan I Wayan Wijana mengatakan  sampai saat ini pihaknya belum mengetahui virus tersebut African Swine Fever (ASF) atau bukan.

Pasalnya, sampai saat ini hasil lab tersebut belum diumumkan. Bahkan untuk vaksinnya belum ada.

“Berdasar penjelasan dari Dirjen Peternakan Kementan, sampai saat ini memang belum ada vaksin maupun obatnya,” jelasnya.

Pihaknya  hanya bisa menghimbau peternak untuk  menerapkan biosecurity  yang dilaksanakan secara konsisten.

“Kita juga sambil menunggu pemerintah  pusat yang sedang melakukan uji coba terhadap vaksin yang baru dikembangkan.

Tentu kami berharap vaksin yang baru dikembangkan ini berhasil sehingga penyebaran penyakit babi ini bisa diatasi,” katanya.

Lebih lanjut, angka kemudian babi yang melanda peternak babi di Badung kian hari terus bertambah.

Sebelumnya ada sekitar 845 ekor babi mati mendadak dan kini angka kematian babi meningkat menjadi 1.074 ekor.

“Hasil lab sampai saat ini belum diumumkan. Data kematian babi hingga kini 1.074 ekor, ” ungkapnya.

Selain itu, ia mengimbau agar peternak tidak melakukan pembibitan atau pemeliharaan babi terlebih dulu. Pasalnya, virus tersebut masih menyebar dan belum ada vaksinnya.

“Memang dalam situasi seperti ini sebaiknya peternak jangan dulu memasukkan bibit baru ke kandang yang pernah terserang. Hal ini karena penyebaran penyakit masih berlangsung,” terangnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/