DENPASAR – Setelah lama menjadi wacana, akhirnya nama Rumah Sakit (RS) pertama di Bali yang didirikan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno yaitu RS Sanglah berubah nama menjadi RS. Prof dr I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah yang merupakan tokoh dokter di Bali.
Perubahan nama tersebut berlaku pada tanggal 7 Juli 2022 berdasarkan Surat Perizinan Berusaha Berbasis Riziko ditandatangani oleh Menteri Kesehatan dan Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Dikonfirmasi salah satu anak Prof Ngoerah, yakni Anak Agung Susruta Ngurah Putra kemarin (14/7) membenarkan berita tersebut. Dia mengatakan bahwa proses perubahan ini tidak terjadi begitu saja, tapi diusulkan sejak tahun 2007. Saat itu dari RS Sanglah menghubungi pihak keluarga untuk meminta biodata alm Prof Ngoerah. Sayangnya, setelah diberikan biodata lengkap tidak ada kelanjutan lagi. Nah, pada tahun proses 2020, dari DPRD dan Gubernur Bali Wayan Koster kembali menindaklanjuti rencana tersebut sehingga disetujui oleh pusat. ” Jadi karena mengambang diproses kembali oleh Bapak Gubernur Bali Wayan Koster,” ucapnya.
Prof Ngoerah bernama lengkap I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah yang lahir di Denpasar, 31 Maret 1922 dan meninggal 18 September 2001. Susruta menerangkan bahwa kiprah Prof Ngoerah dibidang kedokteran sangat banyak dan panjang. Dimulai dari pendidikan dokter dan menjadi orang yang keempat berprofesi dokter di Bali serta dokter spesialis pertama di Bali.
Kemudian, dia juga berperan dalam pendirian RS Sanglah dan RS Wangaya. Prof Ngoerah juga pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan Rektor Universitas Udayana dua periode. “Beliau (Prof Ngoerah) merintis pendirian RS Sanglah yang sempat mangkrak mulai 1956 sampai akhirnya diresmikan oleh Bung Karno 30 Desember 1959,” ujarnya.
Selain itu, dalam karir Prof Ngoerah juga pernah menjadi salah satu dokter Kepresidenan Soekarno di Bali. Susruta ingat pesan ayahnya bahwa dokter tidak boleh membedakan status sosial dan ekonomi. Jangan mengabaikan pasien miskin. Dokter harus mengutamakan dan menghormati kesetaraan hak pasien meski pasien tersebut kurang mampu. ” Tujuan dari didirikan RS Sanglah saat itu untuk menjadikan rumah sakit internasional dan tidak membeda-bedakan pasien,” jelasnya.
Dalam pengabdianya sebagai dokter, Prof Ngoerah tidak pernah mematok tarif bagi pasiennya. Bahkan, dia menggratiskan bagi warga yang tidak memiliki uang. Menurut Susruta, dia sering melihat pasien yang datang membawa pisang atau ayam sebagai imbalannya. ” Kalau Bapak ya terima saja. Tidak mematok harga bagi pasien yang tidak mampu. Saya sering lihat ada yang bawa pisang atau ayam dibarter,” kenang Susruta. (feb)Â
Â