31.3 C
Jakarta
13 September 2024, 16:47 PM WIB

Teror Bom Meluas, 14 Negara Rilis Travel Advice, PHRI Bilang…

DENPASAR – Teror bom yang terjadi di Surabaya dan Riau berdampak buruk bagi branding Indonesia di dunia internasional.

Khawatir dengan kondisi warganegaranya di Indonesia, 14 negara resmi mengeluarkan status imbauan agar tidak melakukan perjalanan ke tempat-tempat berbahaya.

14 negara yang saat ini telah mengeluarkan status travel advisory adalah Inggris, Amerika Serikat, Australia, Hongkong, Singapura, Selandia Baru, Malaysia, Polandia, Irlandia, Kanada, Prancis, Filipina, Brasil dan Swiss.

Kondisi ini disadari maupun tidak berpotensi mengancam pariwisata Bali, mengingat besarnya kunjungan negara-negara tersebut ke Bali selama ini. Benarkah?

Dihubungi Selasa malam, Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati tidak terlalu mengkhawatirkan pengeluaran status advisory tersebut.

Dia mengklaim, dari hasil wawancara kecil-kecilan yang dilakukan internal PHRI, sejumlah tamu justru tidak perduli dengan adanya teror tersebut.

“Mereka tidak menghiraukan, karena mereka paham Bali lokasinya jauh,” kata Cok Ace sapaan akrabnya.

Namun, kata dia, kondisi ini tentu saja tetap ada pengaruhnya bagi pariwisata Bali. Dari laporan sejumlah anggota PHRI, sudah ada beberapa pembatalan kedatangan ke Bali akibat teror ini.

Hanya saja, dampak tersebut masih kecil yakni di bawah 5 persen. “Tidak seperti Gunung Agung kemarin,” tuturnya.

Dia berharap, teror yang terjadi di sejumlah wilayah bisa teratasi. Ini untuk menjawab, kepada dunia bahwa penanganan keamanan di Indonesia sangat baik.

Sehingga timbul kepercayaan untuk datang lagi ke Indonesia khususnya Bali. Tapi kalau aksi teror terus terjadi,

tidak menutup kemungkinan akan mengancam pariwisata Bali mengingat bisnis pariwisata merupakan bisnis yang sensitif menyangkut keamanan.

“Jangan sampai kondisi ini dimanfaatkan kompetitor untuk menyebarkan berita hoax, untuk tidak berkunjung ke Indonesia, khususnya Bali,” terang tokoh puri Ubud ini.

Dia pun mengimbau kepada hotel, untuk lebih meningkatkan kewaspadaan di lingkungan hotel.

Misalnya dengan melakukan penjagaan lebih ekstra serta memasang tambahan CCTV di sejumlah obyek vital hotel serta memperketat pemeriksaan kepada tamu hotel yang menginap.

“Ini untuk memaksimalkan keamanan. Kalau mereka dijelaskan pasti mengerti, ini juga demi keamanan dan kenyamanan tamu,” pungkasnya.

DENPASAR – Teror bom yang terjadi di Surabaya dan Riau berdampak buruk bagi branding Indonesia di dunia internasional.

Khawatir dengan kondisi warganegaranya di Indonesia, 14 negara resmi mengeluarkan status imbauan agar tidak melakukan perjalanan ke tempat-tempat berbahaya.

14 negara yang saat ini telah mengeluarkan status travel advisory adalah Inggris, Amerika Serikat, Australia, Hongkong, Singapura, Selandia Baru, Malaysia, Polandia, Irlandia, Kanada, Prancis, Filipina, Brasil dan Swiss.

Kondisi ini disadari maupun tidak berpotensi mengancam pariwisata Bali, mengingat besarnya kunjungan negara-negara tersebut ke Bali selama ini. Benarkah?

Dihubungi Selasa malam, Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati tidak terlalu mengkhawatirkan pengeluaran status advisory tersebut.

Dia mengklaim, dari hasil wawancara kecil-kecilan yang dilakukan internal PHRI, sejumlah tamu justru tidak perduli dengan adanya teror tersebut.

“Mereka tidak menghiraukan, karena mereka paham Bali lokasinya jauh,” kata Cok Ace sapaan akrabnya.

Namun, kata dia, kondisi ini tentu saja tetap ada pengaruhnya bagi pariwisata Bali. Dari laporan sejumlah anggota PHRI, sudah ada beberapa pembatalan kedatangan ke Bali akibat teror ini.

Hanya saja, dampak tersebut masih kecil yakni di bawah 5 persen. “Tidak seperti Gunung Agung kemarin,” tuturnya.

Dia berharap, teror yang terjadi di sejumlah wilayah bisa teratasi. Ini untuk menjawab, kepada dunia bahwa penanganan keamanan di Indonesia sangat baik.

Sehingga timbul kepercayaan untuk datang lagi ke Indonesia khususnya Bali. Tapi kalau aksi teror terus terjadi,

tidak menutup kemungkinan akan mengancam pariwisata Bali mengingat bisnis pariwisata merupakan bisnis yang sensitif menyangkut keamanan.

“Jangan sampai kondisi ini dimanfaatkan kompetitor untuk menyebarkan berita hoax, untuk tidak berkunjung ke Indonesia, khususnya Bali,” terang tokoh puri Ubud ini.

Dia pun mengimbau kepada hotel, untuk lebih meningkatkan kewaspadaan di lingkungan hotel.

Misalnya dengan melakukan penjagaan lebih ekstra serta memasang tambahan CCTV di sejumlah obyek vital hotel serta memperketat pemeriksaan kepada tamu hotel yang menginap.

“Ini untuk memaksimalkan keamanan. Kalau mereka dijelaskan pasti mengerti, ini juga demi keamanan dan kenyamanan tamu,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/