DENPASAR – Musibah gempa yang menimpa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan provinsi sekitarnya, tampaknya, masih berpotensi berlanjut.
Sepanjang hari Senin (20/8) hari ini, setidaknya tercatat empat kali gempa dengan magnitude antara 5.0 – 5.2 SR.
Sementara Minggu (19/8) kemarin, tercatat kurang lebih 9 kali gempa dengan magnitude antara 5.0 – 7.0 SR.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di akun twitter menjelaskan,
gempa yang terjadi sejak kemarin hingga hari ini berasal dari sesar naik Flores di utara Pulau Lombok dan Sumbawa.
“Sumber gempa dari Sesar Naik Flores. Intensitas guncangan gempa dirasakan di Lombok Timur & Lombok Utara VI-VII MMI,” terang Sutopo Purwo Nugroho di akun twitter.
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dr Daryono di akun twitter bmkg menjelaskan, gempa Lombok Timur merupakan gempa baru.
Munculnya aktivitas gempa baru dengan pusat di ujung timur Pulau Lombok berkekuatan 6,9 SR diduga akibat trigger statis (static stress) dari rangkaian gempa kuat di Lombok berkekuatan 6,4; 7,0; 6,3; dan 5,9 SR yang terjadi sebelumnya.
“Menariknya, rekahan (rupture) batuan yang ditimbulkan kedua gempa tersebut masih terjadi pada satu sistem sesar yang sama
yaitu masih dalam kerangka sistem Sesar Naik Flores. Ini tampak jelas dari mekanisme pusat gempa yang terjadi,” papar Daryono.
Menurutnya, dalam ilmu seismologi, aktivitas kedua gempa kuat semacam ini disebut ‘gempa kembar’ (doublet earthquakes) mengingat kekuatannya tidak terpaut besar, lokasi dan kedalamannya yang berdekatan, serta terjadi dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama.