29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:01 AM WIB

Jelang Demo Besar Tolak Omnibus di Bali, Muncul Poster Jarah dan Bakar

DENPASAR – Menjelang demonstrasi besar-besaran menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja pada Kamis (22/10) besok, ternyata muncul poster gelap yang ditempel di sejumlah tiang listrik di kawasan Renon, Denpasar, Rabu (21/10). Ajakan ini cukup provokatif, mengajak kerusuhan, di antaranya: Serang, Hancurkan, Jarah dan Bakar. 

Poster itu seolah-olah mengatasnamakan Aliansi Bali Tidak Diam. Pada bagian bawah juga mencatut beberapa nama organisasi, antara lain BEM PM Udayana, LBH Bali, BEM Undiknas, Serikat Demokratik Mahasiswa Nasional, Front Mahasiswa Nasional, Pembaru Bali, Seruni Bali, Politeknik Negeri Bali, FSPM Bali, dan AMP KK Bali.

Ajakan provokatif itu dituliskan di atas lembaran berukuran A4 berwarna. Dan ditempel di beberapa titik di sekitar lapangan Renon, Denpasar. Dari pemantauan di lokasi, selebaran itu tertempel di tiang listrik di depan gedung keuangan, timur lapangan Renon, di depan Kantor Dinas Kebudayaan Porvinsi Bali, dan juga di depan kantor DPD Partai Demokrat, Timur Lapangan Renon. 

Sontak saja, poster gelap itu menggemparkan kanal media sosial masyarakat Bali.

Terkait munculnya poster gelap tersebut, Presiden BEM Unud, Dewa Gede Satya Ranasika Kusuma langsung menyatakan bahwa poster tersebut bukan dibuat pihaknya maupun Aliansi Bali Tidak Diam. Diketahui, BEM Unud memang bagian dari Aliansi Bali Tidak Diam.

Satya mengatakan, Aliansi Bali Tidak Diam memang berencana menggelar demonstrasi pada 22 Oktober 2020. Dan pihaknya memang membuat poster ajakan aksi tersebut sejak Selasa (20/10). Namun, isi poster yang dibuat Aliansi Bali Tidak Diam berbeda dengan poster gelap yang diduga dilakukan pihak lain untuk mendiskreditkan gerakan menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.

“Hal yang perlu diketahui adalah ciri-ciri dari poster yang dibuat dan disebarkan oleh Aliansi Bali Tidak Diam hanya terdiri atas 2 warna yaitu hitam dan putih dan tidak pernah ada narasi ajakan melakukan aksi kerusuhan seperti poster yang dituduhkan kepada kami Aliansi Bali Tidak Diam,” tegas Satya bersama juru bicara Aliansi Bali Tidak Diam, Abror Toriq Tanjila alias Tobel, Rabu (21/10).

Yang aneh, kata dia, poster dari aliansi Bali Tidak Diam baru 1 jam dipasang pada Selasa (20/10) sudah banyak yang dilepas dan sengaja dirusak oleh oknum-oknum tidak dikenal. Sedangkan poster gelap yang diduga dibuat pihak lain untuk mendiskreditkan gerakan tolak Omnibus Law masih utuh.

“Terbukti dari poster-poster aliansi Bali Tidak Diam dirobek-robek setelah dilepas dari lemnya,” lanjutnya.

Akibat hal tersebut dan mulai banyak perdebatan yang timbul, pihak aliansi Bali Tidak Diam menyatakan dengan tegas bahwa pihaknya tidak pernah mencetak satu pun poster yang berwarna selain warna hitam dan putih.

“Kami tidak pernah melakukan dan menginisiasi aksi kerusuhan. Mengecam dan mengutuk oknum yang menginisiasi dan mengeksekusi pelepasan dan pengerusakan poster asli aliansi Bali Tidak diam,” tegasnya.

DENPASAR – Menjelang demonstrasi besar-besaran menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja pada Kamis (22/10) besok, ternyata muncul poster gelap yang ditempel di sejumlah tiang listrik di kawasan Renon, Denpasar, Rabu (21/10). Ajakan ini cukup provokatif, mengajak kerusuhan, di antaranya: Serang, Hancurkan, Jarah dan Bakar. 

Poster itu seolah-olah mengatasnamakan Aliansi Bali Tidak Diam. Pada bagian bawah juga mencatut beberapa nama organisasi, antara lain BEM PM Udayana, LBH Bali, BEM Undiknas, Serikat Demokratik Mahasiswa Nasional, Front Mahasiswa Nasional, Pembaru Bali, Seruni Bali, Politeknik Negeri Bali, FSPM Bali, dan AMP KK Bali.

Ajakan provokatif itu dituliskan di atas lembaran berukuran A4 berwarna. Dan ditempel di beberapa titik di sekitar lapangan Renon, Denpasar. Dari pemantauan di lokasi, selebaran itu tertempel di tiang listrik di depan gedung keuangan, timur lapangan Renon, di depan Kantor Dinas Kebudayaan Porvinsi Bali, dan juga di depan kantor DPD Partai Demokrat, Timur Lapangan Renon. 

Sontak saja, poster gelap itu menggemparkan kanal media sosial masyarakat Bali.

Terkait munculnya poster gelap tersebut, Presiden BEM Unud, Dewa Gede Satya Ranasika Kusuma langsung menyatakan bahwa poster tersebut bukan dibuat pihaknya maupun Aliansi Bali Tidak Diam. Diketahui, BEM Unud memang bagian dari Aliansi Bali Tidak Diam.

Satya mengatakan, Aliansi Bali Tidak Diam memang berencana menggelar demonstrasi pada 22 Oktober 2020. Dan pihaknya memang membuat poster ajakan aksi tersebut sejak Selasa (20/10). Namun, isi poster yang dibuat Aliansi Bali Tidak Diam berbeda dengan poster gelap yang diduga dilakukan pihak lain untuk mendiskreditkan gerakan menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.

“Hal yang perlu diketahui adalah ciri-ciri dari poster yang dibuat dan disebarkan oleh Aliansi Bali Tidak Diam hanya terdiri atas 2 warna yaitu hitam dan putih dan tidak pernah ada narasi ajakan melakukan aksi kerusuhan seperti poster yang dituduhkan kepada kami Aliansi Bali Tidak Diam,” tegas Satya bersama juru bicara Aliansi Bali Tidak Diam, Abror Toriq Tanjila alias Tobel, Rabu (21/10).

Yang aneh, kata dia, poster dari aliansi Bali Tidak Diam baru 1 jam dipasang pada Selasa (20/10) sudah banyak yang dilepas dan sengaja dirusak oleh oknum-oknum tidak dikenal. Sedangkan poster gelap yang diduga dibuat pihak lain untuk mendiskreditkan gerakan tolak Omnibus Law masih utuh.

“Terbukti dari poster-poster aliansi Bali Tidak Diam dirobek-robek setelah dilepas dari lemnya,” lanjutnya.

Akibat hal tersebut dan mulai banyak perdebatan yang timbul, pihak aliansi Bali Tidak Diam menyatakan dengan tegas bahwa pihaknya tidak pernah mencetak satu pun poster yang berwarna selain warna hitam dan putih.

“Kami tidak pernah melakukan dan menginisiasi aksi kerusuhan. Mengecam dan mengutuk oknum yang menginisiasi dan mengeksekusi pelepasan dan pengerusakan poster asli aliansi Bali Tidak diam,” tegasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/