DENPASAR – Meski sempat kesal pasca hutan mangrove rusak, sikap Gubernur Bali Wayan Koster kepada Pelindo III Benoa, tampaknya, mulai melunak.
Justru Gubernur Koster mulai rajin melototi perkembangan pembangunan dermaga cruise Benoa. Koster meminta manajemen Pelindo III mengedepankan arsitektur yang sarat akan filosofi Bali.
“Bali memiliki banyak kearifan lokal, baik seni dan budaya. Berdasar sastra-sastra kuno berupa lontar yang sudah terbukti bahkan menjadi referensi membangun bagi masyarakat Bali.
Nilai-nilai ini yang harus dijadikan pijakan oleh Pelindo III,” ujar Gubernur Koster saat memimpin rapat bersama Pelindo III membahas rancangan pembangunan Dermaga Cruise Benoa di rumah jabatan Jayasabha, Denpasar.
Sesuai pasal 3 Perda No 5 Tahun 2005 tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan, bangunan di Bali wajib memiliki karakter arsitektur tradisional Bali.
“Sesuai yang dipaparkan tadi, rancangan pembangunan Dermaga Benoa memang sudah sepatutnya mengedepankan bangunan berkarakter Bali,
jaga keartistikannya agar menggambarkan seni budaya Bali. Banyak filosofi dari lontar-lontar yang bisa dijadikan referensi guna mendukung pembangunannya,” ungkap Gubernur Koster.
Lebih jauh, Gubernur Koster menegaskan agar desain Pelabuhan Benoa dirancang dengan konsep yang memikirkan jauh ke depan,
sehingga Dermaga Benoa nantinya bisa menjadi salah satu ikon yang terkemuka tak hanya di Bali, bahkan di Indonesia serta dunia.
“Masterplannya jangan setengah-setengah, harus menjadi ikonik, Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kota Denpasar mendukung sepenuhnya. Jadi harus benar-benar dirancang secara matang,” pintanya.
Arsitektur khas Bali akan menghiasi area Dumping I dan II, baru memasuki kedua area tersebut pengunjung akan disuguhi pemandangan kokohnya bangunan Candi Bentar yang sangat megah.
Candi Bentar area Dumping I akan dibangun sesuai ciri khas style Bebadungan dengan mengambil referensi Candi Bentar Puri Kesiman, dan area dumping II mengambil style Karangasem dengan referensi di Pura Sakenan.
Dari keseluruhan bangunan, yang paling menonjol dan diharapkan menjadi ikon Dermaga Benoa yakni pembangunan
patung Baruna Kencana yang mengambil filosofi Dewa Baruna sebagai berkah kesejahteraan, yang sedang duduk di atas Gajah Mina.
Patung inilah yang digadang-gadang bisa menjadi ikon baru bagi Bali ke depan. Banyak konsep filosofis yang diterapkan diseluruh area dermaga.
Di antaranya filosofis pengurip stana Dewa Wisnu, Dewa Brahma, Dewa Baruna, Lingga Yoni, Asta Dala dan sebagainya,
yang tidak hanya pada bangunan, tetapi juga warna tanaman yang disesuaikan arah mata angin sesuai kepercayaan Hindu.
Jenis tanaman yang akan menghiasi rancangan Hutan Kota di area dermaga, di antaranya tanaman pelindung, yakni bakau, tanaman upacara seperti kelapa,
tanaman keindahan yakni berbagai jenis bunga, tanaman buah di antaranya Sawo Kecik, dan berbagai tanaman hias yang akan menyejukan mata sebelum memasuki area pengunjung.