26.9 C
Jakarta
27 April 2024, 3:36 AM WIB

Empat Hari di Kamp Pengungsian, Pengungsi Mulai Bertumbangan

RadarBali.com  – Enam hari menghuni tempat pengungsian membuat para pengungsi mulai bosan dan lelah.

Tidak sedikit juga pengungsi yang tumbang karena sakit. Pengungsi yang meninggal juga terus bertambah. Mulai dari bayi dalam kandungan hingga pengungsi usia lanjut atau lansia.  

Anggota Tim Kesehatan Pemprov Bali, dr. Made Yuniti, menyebut pengungsi yang meninggal rata-rata sudah lanjut usia.

“Selain sudah berusia lanjut, juga memiliki riwayat sakit seperti stroke sebelum datang ke tempat pengungsian,” ujar Yuniti saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali.

Sementara bayi dalam kandungan yang meninggal menurut Yuniti disebabkan banyak hal. Di antaranya infeksi dan ibu bayi jatuh.

Saat ibu bayi jatuh tidak mendapat topangan, sehingga plasenta bergeser. “Perjalanan jauh dan kondisi pengungsian juga bisa membuat pengungsi stres,” imbuhnya.

Yuniti menambahkan, tim kesehatan sudah menugaskan dokter lapangan yang didampingi minimal dua orang perawat.

Diperkirakan dokter provinsi dan kabupaten/kota yang bertugas di lapangan lebih dari 100 orang. Tidak hanya dokter umum, Dinas Kesehatan Pemprob Bali juga menugaskan dokter spesialis kejiwaan.

“Kami imbau pada pengungsi agar tetap menjaga kesehatan. Jika ada keluhan segera datang ke pos kesehatan periksa,” tegasnya.  

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, pengungsi yang meninggal dunia tidak bisa dikatakan korban dari Gunung Agung.

Katanya, pengungsi bisa dikatakan korban Gunung Agung jika sudah terjadi erupsi. “Meninggalnya perjalanan ke rumah sakit atau di tempat pengungsian disebabkan banyak faktor. Tidak mengungsi pun ada orang meninggal,” tandas Sutopo.

Jumlah pengungsi yang dicatat BNPB, sebanyak 96.086 jiwa tersebar di 430 titik. Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah karena belum semua pendataan selesai dilakukan.

RadarBali.com  – Enam hari menghuni tempat pengungsian membuat para pengungsi mulai bosan dan lelah.

Tidak sedikit juga pengungsi yang tumbang karena sakit. Pengungsi yang meninggal juga terus bertambah. Mulai dari bayi dalam kandungan hingga pengungsi usia lanjut atau lansia.  

Anggota Tim Kesehatan Pemprov Bali, dr. Made Yuniti, menyebut pengungsi yang meninggal rata-rata sudah lanjut usia.

“Selain sudah berusia lanjut, juga memiliki riwayat sakit seperti stroke sebelum datang ke tempat pengungsian,” ujar Yuniti saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali.

Sementara bayi dalam kandungan yang meninggal menurut Yuniti disebabkan banyak hal. Di antaranya infeksi dan ibu bayi jatuh.

Saat ibu bayi jatuh tidak mendapat topangan, sehingga plasenta bergeser. “Perjalanan jauh dan kondisi pengungsian juga bisa membuat pengungsi stres,” imbuhnya.

Yuniti menambahkan, tim kesehatan sudah menugaskan dokter lapangan yang didampingi minimal dua orang perawat.

Diperkirakan dokter provinsi dan kabupaten/kota yang bertugas di lapangan lebih dari 100 orang. Tidak hanya dokter umum, Dinas Kesehatan Pemprob Bali juga menugaskan dokter spesialis kejiwaan.

“Kami imbau pada pengungsi agar tetap menjaga kesehatan. Jika ada keluhan segera datang ke pos kesehatan periksa,” tegasnya.  

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, pengungsi yang meninggal dunia tidak bisa dikatakan korban dari Gunung Agung.

Katanya, pengungsi bisa dikatakan korban Gunung Agung jika sudah terjadi erupsi. “Meninggalnya perjalanan ke rumah sakit atau di tempat pengungsian disebabkan banyak faktor. Tidak mengungsi pun ada orang meninggal,” tandas Sutopo.

Jumlah pengungsi yang dicatat BNPB, sebanyak 96.086 jiwa tersebar di 430 titik. Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah karena belum semua pendataan selesai dilakukan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/