32.1 C
Jakarta
20 April 2024, 15:02 PM WIB

Sebelum Arak-arakan Ogoh-ogoh, Pemuda Ngaku Deg-degan Swab Antigen

GIANYAR- Sebelum mengarak ogoh-ogoh, pemuda dites swab antigen pada Selasa (1/3). Biaya swab difasilitasi gratis oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Pemuda sempat merasakan deg-degan dengan hasil diterima.

 

Ketua Sekaa Teruna Tunjung Mekar Banjar Bedil, Desa/Kecamatan Sukawati Kadek Riski Setyawan mengatakan, pihaknya bersyukur hasil tes terhadap anggota yang bertugas mengarak ogoh-ogoh negatif. “Astungkara sudah diswab tadi (kemarin) hasilnya negatif,” ujar Setyawan Selasa (1/3).

 

Sebelum hidung mereka dicolok, sejumlah pemuda mengaku sempat deg-degan dengan hasilnya. “Kalau kondisi mereka semua fit. Sesuai anjuran ada 25 anggota yang terdaftar untuk ngarap. Tapi yang namanya hasil tes kita nggak tahu. Makanya sempat deg-degan juga, syukur hasilnya negatif,” ujar Setyawan. 

 

Untuk teknis pengarakan ogoh-ogoh, hanya akan di lingkungan Banjar adat saja. Ogoh-ogoh yang diarak berwajah seram dengan memanfaatkan material alami berupa daun pisang kering alias kraras. 

 

Pengarakan ogoh-ogoh kali ini serba terbatas. Namun tetap disyukuri. Sebab Nyepi tahun sebelumnya sama sekali tidak boleh mengarak ogoh-ogoh. “Mudah-mudahan kondisi terus membaik, sehingga tahun depan bisa seperti dulu lagi. Ramai tumpah ruah, meluapkan ekspresi seperti belum pandemi,” ucapnya.

 

Sementara itu, Perbekel Sukawati, Dewa Gede Dwi Putra mengatakan pemuda yang dites swab di Sukawati sebanyak 325 orang. Pelaksanaan dilakukan oleh tim medis Puskesmas Sukawati I. “25 pemuda masing-masing Banjar. Di desa Sukawati, ada 13 Banjar seluruhnya ngarap ogoh-ogoh,” jelasnya. 

 

Perbekel berharap pemuda mentaati protokol kesehatan selama mengarak ogoh-ogoh. “Teknis pengarakan sesuai petunjuk saja. Diharapkan hanya sekitar wilayah Banjar adat. Kepada Kelihan dan Ketua Sekaa Teruna kami sudah wanti-wanti agar taat prokes saat pengarakan,” tegasnya.

 

Terkait pengamanan saat Nyepi, desa adat dan dinas bersinergi. Melibatkan para pecalang untuk siaga berpatroli. “Patroli akan dilakukan dengan jalan kaki atau naik sepeda gayung,” pungkasnya.

 

Sementara itu, khusus Banjar Palak, Desa/Kecamatan Sukawati, batal mengarak ogoh-ogoh. Sebab ogoh-ogoh yang dibuat pada 2020 setinggi 6-7 meter. Dikhawatirkan ketinggian bisa membentur kabel listrik.

 

Ketua Pemuda, Bajar Palak, I Gede Manik Aditya Budi Suta mengaku sudah membahas beberapa kali terkait masalah ini. Namun tidak kunjung ditemukan solusi. “Karena dipandang riskan, bahkan kabel melintang tidak hanya satu. Sementara ogoh-ogoh kami cukup tinggi dan besar,” ujarnya. 

 

Ia menuturkan, ogoh-ogoh yang diberikan nama Kumbakarna ini sudah dibuat sejak 2020 untuk persiapan pawai desa Sukawati yang dipusatkan di luar banjar Palak. Namun karena covid-19 pawai pun dibatalkan. Tinggi ogoh-ogoh sekitar 6-7 meter, jika diusung, maka tingginya akan bertambah.

 

“Kami sempat mengukur tinggi ogoh-ogoh dengan kabel. Kami tidak tahu itu kabel milik PLN atau Telkom, yang jelas titiknya cukup banyak,” pungkasnya.

 

GIANYAR- Sebelum mengarak ogoh-ogoh, pemuda dites swab antigen pada Selasa (1/3). Biaya swab difasilitasi gratis oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Pemuda sempat merasakan deg-degan dengan hasil diterima.

 

Ketua Sekaa Teruna Tunjung Mekar Banjar Bedil, Desa/Kecamatan Sukawati Kadek Riski Setyawan mengatakan, pihaknya bersyukur hasil tes terhadap anggota yang bertugas mengarak ogoh-ogoh negatif. “Astungkara sudah diswab tadi (kemarin) hasilnya negatif,” ujar Setyawan Selasa (1/3).

 

Sebelum hidung mereka dicolok, sejumlah pemuda mengaku sempat deg-degan dengan hasilnya. “Kalau kondisi mereka semua fit. Sesuai anjuran ada 25 anggota yang terdaftar untuk ngarap. Tapi yang namanya hasil tes kita nggak tahu. Makanya sempat deg-degan juga, syukur hasilnya negatif,” ujar Setyawan. 

 

Untuk teknis pengarakan ogoh-ogoh, hanya akan di lingkungan Banjar adat saja. Ogoh-ogoh yang diarak berwajah seram dengan memanfaatkan material alami berupa daun pisang kering alias kraras. 

 

Pengarakan ogoh-ogoh kali ini serba terbatas. Namun tetap disyukuri. Sebab Nyepi tahun sebelumnya sama sekali tidak boleh mengarak ogoh-ogoh. “Mudah-mudahan kondisi terus membaik, sehingga tahun depan bisa seperti dulu lagi. Ramai tumpah ruah, meluapkan ekspresi seperti belum pandemi,” ucapnya.

 

Sementara itu, Perbekel Sukawati, Dewa Gede Dwi Putra mengatakan pemuda yang dites swab di Sukawati sebanyak 325 orang. Pelaksanaan dilakukan oleh tim medis Puskesmas Sukawati I. “25 pemuda masing-masing Banjar. Di desa Sukawati, ada 13 Banjar seluruhnya ngarap ogoh-ogoh,” jelasnya. 

 

Perbekel berharap pemuda mentaati protokol kesehatan selama mengarak ogoh-ogoh. “Teknis pengarakan sesuai petunjuk saja. Diharapkan hanya sekitar wilayah Banjar adat. Kepada Kelihan dan Ketua Sekaa Teruna kami sudah wanti-wanti agar taat prokes saat pengarakan,” tegasnya.

 

Terkait pengamanan saat Nyepi, desa adat dan dinas bersinergi. Melibatkan para pecalang untuk siaga berpatroli. “Patroli akan dilakukan dengan jalan kaki atau naik sepeda gayung,” pungkasnya.

 

Sementara itu, khusus Banjar Palak, Desa/Kecamatan Sukawati, batal mengarak ogoh-ogoh. Sebab ogoh-ogoh yang dibuat pada 2020 setinggi 6-7 meter. Dikhawatirkan ketinggian bisa membentur kabel listrik.

 

Ketua Pemuda, Bajar Palak, I Gede Manik Aditya Budi Suta mengaku sudah membahas beberapa kali terkait masalah ini. Namun tidak kunjung ditemukan solusi. “Karena dipandang riskan, bahkan kabel melintang tidak hanya satu. Sementara ogoh-ogoh kami cukup tinggi dan besar,” ujarnya. 

 

Ia menuturkan, ogoh-ogoh yang diberikan nama Kumbakarna ini sudah dibuat sejak 2020 untuk persiapan pawai desa Sukawati yang dipusatkan di luar banjar Palak. Namun karena covid-19 pawai pun dibatalkan. Tinggi ogoh-ogoh sekitar 6-7 meter, jika diusung, maka tingginya akan bertambah.

 

“Kami sempat mengukur tinggi ogoh-ogoh dengan kabel. Kami tidak tahu itu kabel milik PLN atau Telkom, yang jelas titiknya cukup banyak,” pungkasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/