26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 5:21 AM WIB

Waspada, Kasus DBD Melonjak 3 Kali Lipat di Karangasem

 

AMLAPURA – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Karangasem mengalami lonjakan tajam di triwulan pertama tahun ini. Dibanding tahun lalu, peningkatannya tiga kali lipat. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Karangasem, I Gusti Bagus Putra Pertama ditemui Jumat kemarin (1/4).

 

Terhitung sejak bulan Januari hingga bulan Maret 2022, kasus DBD di Karangasem sudah menyentuh angka 177 kasus. Jumlah ini mengalami lonjakan tiga kali lipat di periode yang sama tahun lalu. Bahkan, hampir menyamai capaian kasus selama setahun di tahun 2021 lalu yang mencapai angka 185 kasus.

“Terjadi peningkatan tiga kali lipat kasus DBD pada triwulan 1 tahun ini,” kata Putra Pertama ditemui Jumat (1/4) lalu.

 

Naiknya kasus DBD ini merupakan siklus lima tahunan. Selain itu, faktor lain yang memicu peningkatan karena kondisi cuaca yang tidak menentu. Ketika terdapat banyak genangan di lingkungan sekitar, membuat jentik nyamuk aedes aegypti berkembang dan memiliki potensi kasus DBD berkembang.

 

“DBD ini kan siklus lima tahunan. Kalaupun kondisi cuaca tidak menentu, tapi polanya masih mengikuti. Ketika ditemukan satu kasus di satu lingkungan ini berpotensi menular ke yang lain,” jelasnya.

 

Kasus DBD paling tinggi terjadi di Kecamatan Karangasem. Dari 177 kasus di triwulan pertama tahun ini, jumlah kasus DBD di Kecamatan Karangasem mencapai 84 kasus. Dan selalu menjadi kecamatan tertinggi penyebaran DBD di Kabupaten Karangasem. “Kami memprediksi, kasus DBD di bulan September akan mengalamai kenaikan,” ujar pejabat asal Kecamatan Sidemen ini.

 

Putra menambahkan, hingga saat ini belum ditemukan pasien DBD di Karangasem yang meninggal. “Kalau tahun lalu ada satu orang. Untuk sekarang belum. Semoga tidak ya,” imbuhnya.

 

Untuk capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) di Karangasem mencapai 93 persen. Angka ini kata Putra Pertama masih di bawah target yang seharusnya bisa mencapai 95 persen ke atas. Misalnya, dari 100 rumah yang disurvei, seharusnya ada 95 rumah yang bebas jentik. “Kalau bisa 100 persen,” ucapnya.

 

Disinggung dengan melejitnya kasus DBD ini, belum dinyatakan sebagai Kasus Luar Biasa (KLB), Putra menyatakan ada banyak pertimbangan suatu kasus bisa dinyatakan KLB. “Tetapi langkah penanganannya masuk dalam KLB. Untuk dinyatakan KLB ini kan ada beberapa pertimbangan. Itu menjadi kewenangan bupati,” tambahnya. 

 

Langkah yang dilakukan seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), fogging dan sosialisasi kepada masyarakat untuk melakukan upaya 3M. Seperti menguras penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas. “Untuk fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa. Tapi tidak membunuh jentiknya. Makanya dilakukan abatisasi untuk membunuh jentiknya. Yang terpenting bisa membersihkan lingkungan,” tandasnya.

 

 

AMLAPURA – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Karangasem mengalami lonjakan tajam di triwulan pertama tahun ini. Dibanding tahun lalu, peningkatannya tiga kali lipat. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Karangasem, I Gusti Bagus Putra Pertama ditemui Jumat kemarin (1/4).

 

Terhitung sejak bulan Januari hingga bulan Maret 2022, kasus DBD di Karangasem sudah menyentuh angka 177 kasus. Jumlah ini mengalami lonjakan tiga kali lipat di periode yang sama tahun lalu. Bahkan, hampir menyamai capaian kasus selama setahun di tahun 2021 lalu yang mencapai angka 185 kasus.

“Terjadi peningkatan tiga kali lipat kasus DBD pada triwulan 1 tahun ini,” kata Putra Pertama ditemui Jumat (1/4) lalu.

 

Naiknya kasus DBD ini merupakan siklus lima tahunan. Selain itu, faktor lain yang memicu peningkatan karena kondisi cuaca yang tidak menentu. Ketika terdapat banyak genangan di lingkungan sekitar, membuat jentik nyamuk aedes aegypti berkembang dan memiliki potensi kasus DBD berkembang.

 

“DBD ini kan siklus lima tahunan. Kalaupun kondisi cuaca tidak menentu, tapi polanya masih mengikuti. Ketika ditemukan satu kasus di satu lingkungan ini berpotensi menular ke yang lain,” jelasnya.

 

Kasus DBD paling tinggi terjadi di Kecamatan Karangasem. Dari 177 kasus di triwulan pertama tahun ini, jumlah kasus DBD di Kecamatan Karangasem mencapai 84 kasus. Dan selalu menjadi kecamatan tertinggi penyebaran DBD di Kabupaten Karangasem. “Kami memprediksi, kasus DBD di bulan September akan mengalamai kenaikan,” ujar pejabat asal Kecamatan Sidemen ini.

 

Putra menambahkan, hingga saat ini belum ditemukan pasien DBD di Karangasem yang meninggal. “Kalau tahun lalu ada satu orang. Untuk sekarang belum. Semoga tidak ya,” imbuhnya.

 

Untuk capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) di Karangasem mencapai 93 persen. Angka ini kata Putra Pertama masih di bawah target yang seharusnya bisa mencapai 95 persen ke atas. Misalnya, dari 100 rumah yang disurvei, seharusnya ada 95 rumah yang bebas jentik. “Kalau bisa 100 persen,” ucapnya.

 

Disinggung dengan melejitnya kasus DBD ini, belum dinyatakan sebagai Kasus Luar Biasa (KLB), Putra menyatakan ada banyak pertimbangan suatu kasus bisa dinyatakan KLB. “Tetapi langkah penanganannya masuk dalam KLB. Untuk dinyatakan KLB ini kan ada beberapa pertimbangan. Itu menjadi kewenangan bupati,” tambahnya. 

 

Langkah yang dilakukan seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), fogging dan sosialisasi kepada masyarakat untuk melakukan upaya 3M. Seperti menguras penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas. “Untuk fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa. Tapi tidak membunuh jentiknya. Makanya dilakukan abatisasi untuk membunuh jentiknya. Yang terpenting bisa membersihkan lingkungan,” tandasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/