AMLAPURA- Temuan sapi positif Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Karangasem membuat sejumlah peternak was-was. Untuk mencegah penularan PMK lebih meluas, Pemkab Karangasem menutup tiga pasar hewan.
Salah seorang peternak sapi, Wayan Berata asal Untalan, Kecamatan Bebandem mengaku, pasca-adanya temuan PMK di Karangasem membuat sejumlah peternak sapi was-was. “Kami khawatir juga. Karena takutnya terkena. Makanya kami lakukan pembersihan kandang secara rutin,” ujarnya ditemui Senin kemarin (4/7).
Kekhawatiran para peternak sapi bukan tanpa alasan. Karena penyakit tersebut masih belum tersosialisasi secara masif di tataran peternak rakyat, sehingga ada kekhawatiran hewan piaraan mereka tertular PMK. “Kami khawatir rugi. Itu yang kami takutkan ketika terjangkit PMK ini. Kami berharap ini tidak menyebar,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Karangasem, I Gede Loka Santika dikonfirmasi mengungkapkan, sebagai langkah antisipasi dalam penyebaran PMK di Karangasem lebih meluas, pihaknya langsung menutup sementara tiga pasar hewan yang ada di Karangasem. “Tiga pasar hewan sapi di Karangasem kami tutup sementara selama dua minggu,” ungkapnya.
Tiga pasar hewan tersebut di antaranya Pasar Hewan di Kecamatan Bebandem, pasar hewan Rubaya di Kubu, dan pasar hewan di Desa Pempatan Kecamatan Rendang. “Selama dua minggu ditutup itu merupakan hasil keputusan rapat dengan Provinsi,” tandasnya.
Seperti diketahui Karangasem merupakan populasi ternak sapi yang cukup besar di Bali. Bahkan tiap tahunnya mengalami peningkatan. Saat ini populasi sapi di Karangasem mencapai 133 ribu ekor lebih.
Daerah di Karangasem dengan populasi sapi terbesar berada di Kecamatan Rendang. Seperti di Desa Pempatan, Menangga, Besakih, Nongan, Pesaban, & Desa Rendang. Populasi sapi Bali di Kecamatan Rendang setiap tahun naik. Mengingat lahan di daerah tersebut masih cukup luas. (zul)