29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:31 AM WIB

Pedagang Lama Pasar Senggol Gianyar Mengeluh Tak dapat Tempat Jualan

GIANYAR- Salah satu pedagang babi guling, Dewa Nyoman Gede Putrawan, 42, mengeluh tidak memperoleh tempat di pasar senggol Gianyar yang baru. Padahal, pedagang asal Banjar Sengguan Kawan, Kelurahan/Kecamatan Gianyar itu sudah puluhan tahun jualan di pasar senggol yang lama.

 

Keluhan Dewa Putrawan itu disampaikan kepada salah satu anggota DPRD di Kantor DPRD Gianyar. “Undian berlangsung Minggu (13/3). Saya tidak mendapat undangan,” kata Putrawan, Senin (14/3). 

 

Dewa Putrawan mengatakan, sebelum Pasar Umum Gianyar direvitalisasi dan berubah nama menjadi Pasar Rakyat Gianyar, dia secara turun temurun berjualan di pasar senggol sebagai pedagang babi guling. Diawali oleh ibunya yang berjualan tahun 1985. Setelah tahun 2000, kemudian digantikan oleh istrinya. 

 

Dikarenakan adanya revitalisasi, ia pun bersama pedagang senggol lainnya harus pindah ke Gor Kebo Iwa Gianyar. “Dari dulu di sana jualan nasi babi guling. Terdaftar di sana atas nama Babi Guling Desak Nyoman Ratni. Sebelum revitalisasi pasar, sudah berjualan di pasar lama sejak tahun 1985,” ungkapnya.

 

Karena renovasi, dirinya pindah ke GOR Kebo Iwa sesuai arahan desa adat selaku pengelola Pasar Senggol. Namun, saat berjualan di GOR Kebo Iwa tidak sesuai harapan.

 

Lantaran ada kebijakan PPKM akibat pandemi covid-19 dari pemerintah pusat, dia hanya memiliki waktu berjualan sangat singkat. Yakni dari pukul 16.00-20.00. Akibatnya, pendapatannya per hari, paling banyak Rp 600 ribu. “Lebih sering hanya dapat Rp 200 ribu. Pendapatan itu sangat jauh dari modalnya. Modal beli babi dan nasi per hari sampai Rp 2,5 juta,” keluhnya.

 

Di GOR, dia hanya sempat jualan selama lima hari saja. “Saya pindah dari GOR karena seringan rugi. Hari pertama dapat Rp 600 ribu, hari kedua Rp 400, dan hari ketiga Rp 200, dan esok harinya dapat Rp 200 ribu lagi,” ujarnya.

 

Akibat sering rugi, dia pun memilih peruntungan baru, yakni pindah ke tempat lain. Dengan membuka lapak di areal setra Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar.

 

Dewa Putrawan tak pernah menduga, pilihannya untuk memperbaiki pendapatan, justru tidak direspon positif pihak pengelola pasar senggol. Saat pengundian tempat pada Minggu, 13 Maret 2022, dirinya kaget tidak terdaftar. “Saat pengundian dihadiri oleh pengurus sama Bendesa. Pengundian di GOR jam delapan pagi. Saya tunggu kurang lebih 2 jam. Tapi tahu-tahunya tidak terdaftar,” ujarnya.

 

Di tempat pengundian, dia sempat bertanya alasan tidak terdaftar sebagai peserta. “Alasannya karena saya tidak pernah berjualan. Saya sudah berikan alasan pindah sementara, tapi alasan yang saya sampaikan tidak diterima,” ujarnya. 

 

Dewa Putrawan mengatakan, yang dicoret dari daftar bukan hanya dirinya. Namun ada juga pedagang lainnya. Namun pedagang lain tidak mau memperpanjang masalah karena alasan takut. “Tapi saya akan terus memperjuangkan. Karena jawaban yang saya dapatkan tidak bisa diterima. Kalau alasannya tak pernah jualan. Kok saat mau mencoret tidak koordinasi dulu,” ujarnya penuh tanya. 

 

Dirinya akan nekat jualan di tempat baru begitu pasar senggol baru dibuka. “Makanya, begitu nanti pasar senggol dibuka di Pasar Rakyat Gianyar tanggal 17 Maret nanti, saya akan tetap jualan ke sana,” pungkasnya.

 

GIANYAR- Salah satu pedagang babi guling, Dewa Nyoman Gede Putrawan, 42, mengeluh tidak memperoleh tempat di pasar senggol Gianyar yang baru. Padahal, pedagang asal Banjar Sengguan Kawan, Kelurahan/Kecamatan Gianyar itu sudah puluhan tahun jualan di pasar senggol yang lama.

 

Keluhan Dewa Putrawan itu disampaikan kepada salah satu anggota DPRD di Kantor DPRD Gianyar. “Undian berlangsung Minggu (13/3). Saya tidak mendapat undangan,” kata Putrawan, Senin (14/3). 

 

Dewa Putrawan mengatakan, sebelum Pasar Umum Gianyar direvitalisasi dan berubah nama menjadi Pasar Rakyat Gianyar, dia secara turun temurun berjualan di pasar senggol sebagai pedagang babi guling. Diawali oleh ibunya yang berjualan tahun 1985. Setelah tahun 2000, kemudian digantikan oleh istrinya. 

 

Dikarenakan adanya revitalisasi, ia pun bersama pedagang senggol lainnya harus pindah ke Gor Kebo Iwa Gianyar. “Dari dulu di sana jualan nasi babi guling. Terdaftar di sana atas nama Babi Guling Desak Nyoman Ratni. Sebelum revitalisasi pasar, sudah berjualan di pasar lama sejak tahun 1985,” ungkapnya.

 

Karena renovasi, dirinya pindah ke GOR Kebo Iwa sesuai arahan desa adat selaku pengelola Pasar Senggol. Namun, saat berjualan di GOR Kebo Iwa tidak sesuai harapan.

 

Lantaran ada kebijakan PPKM akibat pandemi covid-19 dari pemerintah pusat, dia hanya memiliki waktu berjualan sangat singkat. Yakni dari pukul 16.00-20.00. Akibatnya, pendapatannya per hari, paling banyak Rp 600 ribu. “Lebih sering hanya dapat Rp 200 ribu. Pendapatan itu sangat jauh dari modalnya. Modal beli babi dan nasi per hari sampai Rp 2,5 juta,” keluhnya.

 

Di GOR, dia hanya sempat jualan selama lima hari saja. “Saya pindah dari GOR karena seringan rugi. Hari pertama dapat Rp 600 ribu, hari kedua Rp 400, dan hari ketiga Rp 200, dan esok harinya dapat Rp 200 ribu lagi,” ujarnya.

 

Akibat sering rugi, dia pun memilih peruntungan baru, yakni pindah ke tempat lain. Dengan membuka lapak di areal setra Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar.

 

Dewa Putrawan tak pernah menduga, pilihannya untuk memperbaiki pendapatan, justru tidak direspon positif pihak pengelola pasar senggol. Saat pengundian tempat pada Minggu, 13 Maret 2022, dirinya kaget tidak terdaftar. “Saat pengundian dihadiri oleh pengurus sama Bendesa. Pengundian di GOR jam delapan pagi. Saya tunggu kurang lebih 2 jam. Tapi tahu-tahunya tidak terdaftar,” ujarnya.

 

Di tempat pengundian, dia sempat bertanya alasan tidak terdaftar sebagai peserta. “Alasannya karena saya tidak pernah berjualan. Saya sudah berikan alasan pindah sementara, tapi alasan yang saya sampaikan tidak diterima,” ujarnya. 

 

Dewa Putrawan mengatakan, yang dicoret dari daftar bukan hanya dirinya. Namun ada juga pedagang lainnya. Namun pedagang lain tidak mau memperpanjang masalah karena alasan takut. “Tapi saya akan terus memperjuangkan. Karena jawaban yang saya dapatkan tidak bisa diterima. Kalau alasannya tak pernah jualan. Kok saat mau mencoret tidak koordinasi dulu,” ujarnya penuh tanya. 

 

Dirinya akan nekat jualan di tempat baru begitu pasar senggol baru dibuka. “Makanya, begitu nanti pasar senggol dibuka di Pasar Rakyat Gianyar tanggal 17 Maret nanti, saya akan tetap jualan ke sana,” pungkasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/