AMLAPURA – Banjir yang menerjang wilayah Kecamatan Selat pada Senin (17/10), mengakibatkan ribuan bibit ayam petelor mati. Akibat kejadian itu, pemilik I Nyoman Putu asal Geriana Kauh, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat merugi hingga ratusan juta rupiah.
Dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Putu mengatakan bibit ayam petelur itu baru ia pelihara sekitar 14 hari. Ayam-ayam tersebut dipelihara dalam satu kandang yang terletak di Banjar Pegubugan, Desa Duda. “Total yang terendam banjir ada seribu ekor,” kata Putu.
Ia pun syok atas kejadian yang mengakibatkan ribuan ayam yang ia pelihara di kandang seluas tiga are itu mati sia-sia. “Hanya 400 ekoran yang bisa diselamatkan,” imbuhnya.
Ia mengaku, menggeluti usaha ternak ayam petelur baru dilakoni setahun terakhir. Berbekal permodalan dari kredit usaha rakyat (KUR) yang ia akses, dia pun mencoba peruntungan dalam usaha tersebut.
Sayangnya, kejadian ini membuat ia dan sang istri merugi kisaran Rp 100 jutaan. “Debit air cukup besar. Air yang meluap di jalan itu masuk ke kandang dan merendam seluruh kandang,” jelasnya.
Padahal imbuh Putu, sekitar pukul 03.00 pagi, ia dan sang istri masih berada di kandang. Namun karena kondisi banjir mulai meningkat, ia pun memutuskan untuk pulang ke rumah tanpa melakukan langkah evakuasi ayam miliknya itu.
“Sekitar jam 04.00 pagi saya bermaksud menengok, namun karena debit air semakin besar saya tidak jadi ke kandang. Beberapa saat saya kembali, kandang sudah terendam,” tuturnya.
Derasnya aliran banjir tersebut, diduga terjadi karena alur sungai yang mengalir disebelah barat kandangnya tersumbat material, sehingga air meluap dan mengalir ke jalan dan meluber hingga ke kandang miliknya. “Semoga ada perhatian atau semacam bantuan dari pemerintah,” harap dia. (zulfika rahman/radar bali)