32.7 C
Jakarta
5 November 2024, 13:13 PM WIB

Tangkapan Berkurang, Nelayan Pilih Tak Melaut

AMLAPURA- Kondisi paceklik ikan yang terjadi sejak beberapa hari lalu membuat sejumlah nelayan di Pantai Ujung Pesisi, Desa Tumbu terpaksa libur melaut. Hasil tangkapan nelayan turun drastis.

 

Salah seorang nelayan Mustamar mengungkapkan, paceklik ikan sudah terjadi sejak enam hari lalu. Penurunan hasil tangkapan pun diakuinya jauh dari biasanya. Untuk menekan kerugian biaya operasional, para nelayan memutuskan untuk sementara menghentikan aktivitas menangkap ikan. “Beberapa kali hasil tangkapan sedikit,” tuturnya Minggu (17/4).

 

Biasanya, kata Mustamar, hasil tangkapan untuk sekali melaut antara 500 sampai 1.000 ekor. Namun, sejak beberapa hari terakhir, hasil tangakapan yang tak sampai 50 ekor. “Makanya ketimbang rugi mending saya istirahat dulu biar situasi normal,” paparnya.

 

Untuk sekali melaut, dirinya menghabiskan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite sebanyak 20 liter. Akibat kondisi ini membuat dirinya dan nelayan lain merugi total. “Tidak sebanding pengeluaran dan hasil yang didapat,” imbuhnya.

 

Hal yang sama juga disampaikan rekan Mustamar, yakni Muhamad Tahur. Kondisi seperti ini memang tak sekali dua kali dirasakan. Hanya saja, ia tidak mengetahui kenapa ikan cukup sulit didapat. “Padahal cuaca bagus,” akunya.

 

Terlebih imbuh dia, untuk mendapatkan bahan bakar, para nelayan mesti dibuat ribet. Sejak aturan baru yang tidak memperbolehkan pembelian BBM menggunakan jirigen, para nelayan terpaksa membeli bahan bakar dari jukungnya langsung. “Kami juga tidak tahu sampai kapan kondisi paceklik ikan. Sementara mengisi waktu saya isi dengan memperbaiki peralatan tangkap,” tandasnya.

 

AMLAPURA- Kondisi paceklik ikan yang terjadi sejak beberapa hari lalu membuat sejumlah nelayan di Pantai Ujung Pesisi, Desa Tumbu terpaksa libur melaut. Hasil tangkapan nelayan turun drastis.

 

Salah seorang nelayan Mustamar mengungkapkan, paceklik ikan sudah terjadi sejak enam hari lalu. Penurunan hasil tangkapan pun diakuinya jauh dari biasanya. Untuk menekan kerugian biaya operasional, para nelayan memutuskan untuk sementara menghentikan aktivitas menangkap ikan. “Beberapa kali hasil tangkapan sedikit,” tuturnya Minggu (17/4).

 

Biasanya, kata Mustamar, hasil tangkapan untuk sekali melaut antara 500 sampai 1.000 ekor. Namun, sejak beberapa hari terakhir, hasil tangakapan yang tak sampai 50 ekor. “Makanya ketimbang rugi mending saya istirahat dulu biar situasi normal,” paparnya.

 

Untuk sekali melaut, dirinya menghabiskan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite sebanyak 20 liter. Akibat kondisi ini membuat dirinya dan nelayan lain merugi total. “Tidak sebanding pengeluaran dan hasil yang didapat,” imbuhnya.

 

Hal yang sama juga disampaikan rekan Mustamar, yakni Muhamad Tahur. Kondisi seperti ini memang tak sekali dua kali dirasakan. Hanya saja, ia tidak mengetahui kenapa ikan cukup sulit didapat. “Padahal cuaca bagus,” akunya.

 

Terlebih imbuh dia, untuk mendapatkan bahan bakar, para nelayan mesti dibuat ribet. Sejak aturan baru yang tidak memperbolehkan pembelian BBM menggunakan jirigen, para nelayan terpaksa membeli bahan bakar dari jukungnya langsung. “Kami juga tidak tahu sampai kapan kondisi paceklik ikan. Sementara mengisi waktu saya isi dengan memperbaiki peralatan tangkap,” tandasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/