25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:06 AM WIB

Tak Mampu Tampung Siswa Baru, Gerokgak Butuh SMP Baru

SINGARAJA – Wilayah Kecamatan Gerokgak, kini membutuhkan sekolah baru. Sebab salah satu sekolah yang ada, sudah tak mampu menampung jumlah lulusan siswa. Sekolah itu adalah SMPN 2 Gerokgak.

 

Sekolah menengah itu terletak di Desa Sumberkima. Tiap tahun sekolah harus menampung hingga 400 orang siswa. Idealnya sekolah itu hanya menampung 352 orang siswa saja. Alhasil sebagian siswa terpaksa bersekolah di SMPN 4 Gerokgak agar mendapat akses pendidikan.

 

Masalah sebenarnya telah berlangsung sejak 2017 lalu. Namun tak kunjung selesai hingga kini. Pemerintah sempat berencana membangun SMP Satu Atap di Desa Pejarakan. Sayangnya rencana itu ditangguhkan hingga kini.

 

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, Made Astika tak menampik hal tersebut. Menurutnya kapasitas di SMPN 2 Gerokgak sudah sangat overload. Pada tahun ajaran 2022/2023 nanti, sekolah ini diproyeksikan menerima 425 orang siswa. Jauh lebih tinggi dari daya tampung ideal sebanyak 352 orang.

 

“Memang idealnya butuh sekolah baru. Kami masih berupaya memecah sekolah ini. Tentu butuh kajian teknis,” kata Astika.

 

Ia mengaku tengah menjajagi sejumlah lahan yang ada di wilayah tersebut. Baik itu di wilayah Desa Pemuteran, Desa Sumberkima, maupun Desa Pejarakan. Dengan harapan lahan itu memadai untuk fasilitas sekolah baru.

 

“Rencananya difungsikan jadi SMPN 6 Gerokgak. Karena setiap tahun, dari wilayah tiga desa itu (Pejarakan, Sumberkima, dan Pemuteran) ada 100 orang sampai 120 orang peserta didik yang tidak bisa ditampung,” imbuhnya.

 

Sebenarnya Disdikpora Buleleng telah menyiapkan strategi lain. Diantaranya menggandeng sekolah swasta di kawasan tersebut. Apalagi sekolah swasta juga tetap mendapat dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat. Namun masyarakat cenderung memilih menyekolahkan anaknya di sekolah negeri.

 

“Kami juga tidak paham alasannya kenapa. Akhirnya posisinya dilematis. Kalau tidak diterima, mereka drop out. Tapi kalau diterima, daya tampungnya jauh di atas ideal. Nanti pengaruhnya ke kualitas pembelajaran juga,” kata Astika.

 

Ia berjanji akan segera menuntaskan kajian tersebut. Nantinya hasil kajian akan diserahkan pada Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, sebagai acuan dalam mengambil kebijakan. (eps)

SINGARAJA – Wilayah Kecamatan Gerokgak, kini membutuhkan sekolah baru. Sebab salah satu sekolah yang ada, sudah tak mampu menampung jumlah lulusan siswa. Sekolah itu adalah SMPN 2 Gerokgak.

 

Sekolah menengah itu terletak di Desa Sumberkima. Tiap tahun sekolah harus menampung hingga 400 orang siswa. Idealnya sekolah itu hanya menampung 352 orang siswa saja. Alhasil sebagian siswa terpaksa bersekolah di SMPN 4 Gerokgak agar mendapat akses pendidikan.

 

Masalah sebenarnya telah berlangsung sejak 2017 lalu. Namun tak kunjung selesai hingga kini. Pemerintah sempat berencana membangun SMP Satu Atap di Desa Pejarakan. Sayangnya rencana itu ditangguhkan hingga kini.

 

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, Made Astika tak menampik hal tersebut. Menurutnya kapasitas di SMPN 2 Gerokgak sudah sangat overload. Pada tahun ajaran 2022/2023 nanti, sekolah ini diproyeksikan menerima 425 orang siswa. Jauh lebih tinggi dari daya tampung ideal sebanyak 352 orang.

 

“Memang idealnya butuh sekolah baru. Kami masih berupaya memecah sekolah ini. Tentu butuh kajian teknis,” kata Astika.

 

Ia mengaku tengah menjajagi sejumlah lahan yang ada di wilayah tersebut. Baik itu di wilayah Desa Pemuteran, Desa Sumberkima, maupun Desa Pejarakan. Dengan harapan lahan itu memadai untuk fasilitas sekolah baru.

 

“Rencananya difungsikan jadi SMPN 6 Gerokgak. Karena setiap tahun, dari wilayah tiga desa itu (Pejarakan, Sumberkima, dan Pemuteran) ada 100 orang sampai 120 orang peserta didik yang tidak bisa ditampung,” imbuhnya.

 

Sebenarnya Disdikpora Buleleng telah menyiapkan strategi lain. Diantaranya menggandeng sekolah swasta di kawasan tersebut. Apalagi sekolah swasta juga tetap mendapat dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat. Namun masyarakat cenderung memilih menyekolahkan anaknya di sekolah negeri.

 

“Kami juga tidak paham alasannya kenapa. Akhirnya posisinya dilematis. Kalau tidak diterima, mereka drop out. Tapi kalau diterima, daya tampungnya jauh di atas ideal. Nanti pengaruhnya ke kualitas pembelajaran juga,” kata Astika.

 

Ia berjanji akan segera menuntaskan kajian tersebut. Nantinya hasil kajian akan diserahkan pada Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, sebagai acuan dalam mengambil kebijakan. (eps)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/