SINGARAJA– Pemerintah mulai mencairkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Bantuan itu mulai didistribusikan di Kantor Pos Singaraja, pada Rabu (7/9) pagi. Khusus pagi kemarin, baru warga di Kelurahan Kampung Anyar saja yang mendapat bantuan.
Kantor Pos Singaraja menyatakan data penerima BLT baru diterima pada Selasa (6/9) sore. Data itu diterima dari Kementerian Sosial. Total jumlah penerima lebih dari 40 ribu jiwa. Sehingga distribusi diprioritaskan di Kelurahan Kampung Anyar yang relatif lebih mudah dijangaku.
Total ada 420 orang warga di Kampung Anyar yang mendapat BLT. Mereka menerima uang tunai sebanyak Rp 500 ribu. Terdiri dari BLT BBM senilai Rp 300 ribu, serta Bantuan Pangan senilai Rp 200 ribu.
“Sesuai petunjuk dari pusat, masing-masing penerima itu mendapat BLT Rp 150 ribu sebulan. Jadi untuk tahap pertama dirapel bulan September dan Oktober. Selain itu mereka juga dapat bantuan pangan. Karena memang instruksinya BLT BBM dibagikan bersamaan dengan bantuan pangan,” kata Executive Manager Kantor Pos Singaraja, Muhammad Saiful Hadi.
Menurutnya warga akan menerima BLT BBM dalam dua tahap. Tahap pertama dibagikan pada bulan September. Sedangkan tahap kedua akan dibagikan pada bulan Desember mendatang.
Ia menargetkan proses distribusi BLT BBM tuntas dari waktu 14 hari kalender. Saiful Hadi optimistis proses distribusi bisa dituntaskan sesuai target. Sebab belajar dari distribusi sebelumnya, Kantor Pos Singaraja hanya butuh waktu selama 10 hari untuk distribusi. “Kami akan optimalkan sampai 19 titik pos layanan. Selain itu kami juga akan menjajagi warga lansia dan disabilitas. Jadi kami yang langsung datang ke sana, supaya bantuannya benar-benar sampai,” tegasnya.
Sementara itu, salah seorang penerima BLT, Komang Ardiani mengaku bantuan itu sangat dibutuhkan. Sebab harga komoditas terus mengalami peningkatan. Ardiani yang sehari-harinya berjualan canang sari itu menyebut harga bahan baku canang sudah naik lebih dulu, sebelum harga BBM naik.
Untuk harga bunga misalnya, dari Rp 10 ribu per keresek, kini melonjak jadi Rp 40 ribu per keresek. Sementara harga janur dari semula Rp 70 ribu per ikat, kini jadi Rp 90 ribu per ikat. Dia pun tak bisa berbuat banyak dengan kenaikan itu.
“Tidak mungkin mengurangi jumlah, karena saya kebanyakan melayani pelanggan. Terpaksa dikurangi jumlah bunganya. Kalau dulu pakai empat macam, sekarang jadi dua macam saja. Syukurnya pelanggan ngerti,” kata Ardiani. Ia pun berharap harga bunga dan janur tidak naik lagi pasca kenaikan harga BBM. Sebab hal itu akan berdampak besar pada pengusaha rumahan seperti dirinya. (eps)