SINGARAJA– Dinas Kebudayaan Buleleng akhirnya memutuskan ikut serta dalam parade pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB). Pemerintah harus kerja keras mencari donatur dan menggeser sejumlah anggaran, agar dapat memberangkatkan seniman pada ajang parade.
Parade dan pawai pembukaan semula tidak tercantum dalam agenda PKB 2022. Sehingga pemerintah tidak merancang anggaran untuk kegiatan tersebut. Biasanya anggaran parade akan diambil dari dana bagi hasil Pajak Hotel dan Restoran (PHR) yang diberikan Pemkab Badung.
Nah, pada akhir April seluruh daerah mendadak diwajibkan mengirimkan kontingen untuk ikut dalam parade PKB 2022. Tak pelak Disbud Buleleng pun kelimpungan. Mereka akhirnya memutuskan bekerjasama dengan salah satu sanggar, untuk ikut dalam parade. Meski dengan anggaran yang pas-pasan.
Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng, Wayan Sujana mengatakan, pihaknya menggandeng Sanggar Manik Utara untuk mengikuti PKB. Mereka menyanggupi mengikuti kegiatan parade, meski dengan dana terbatas dan waktu persiapan yang minim.
Menurut Sujana Disbud Buleleng hanya berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 61,5 juta. Sebanyak Rp 40 juta diantaranya berasal dari anggaran gelar seni yang terpasang di Disbud Buleleng, dan Rp 21,5 juta lainnya merupakan dan corporate social responsibility (CSR) dari beberapa perusahaan. Ia mengaku dana itu sangat jauh dari ideal. Sebab parade melibatkan 140 orang seniman.
“Kalau dibilang cukup, ya sebenarnya pas-pasan. Dana itu hanya cukup untuk latihan, ongkos transportasi ke Denpasar, dan konsumsi saja. Kalau biaya rias, sewa pakaian, pembuatan properti pendukung, itu sudah nggak ada. Syukurnya dengan keterbatasan anggaran, Sanggar Manik Uttara mau ngayah,” kata Sujana.
Menurutnya penampilan Kontingen Buleleng pada parade, akan dibuka dengan Tari Tapak Dara. Selanjutnya diikuti dengan bebanrangan yang terdiri atas kober, tedung, dan gebogan. Selanjutnya mereka akan menampilkan garapan yang berjudul tirta ketipat dan tabuh baleganjur kreasi.
Garapan berjudul Tirta Ketipat merupakan sebuah fragmen tari kisah perjalanan Ki Barak Panji Sakti dari Gelgel Klungkung ke Bali Utara. Saat dalam perjalanan, pasukan beristirahat di wilayah Desa Wanagiri. Mendadak pasukan terkena gering.
Selanjutnya Ki Barak Panji Sakti menancapkan keris di wilayah tersebut. Setelah dicabut kemudian muncul mata air. Selanjutnya air itu yang dijadikan obat pada pasukan. “Kelak di lokasi itu didirikan Pura Tirta Ketipat,” jelas Sujana.
Untuk proses latihan, Sujana menyebut sudah tuntas. Para seniman hanya memiliki waktu selama sebulan menyiapkan diri. “Memang kejar-kejaran. Belum lagi anak-anak sedang persiapan ujian. Tapi bagaimana pun harus menampilkan yang terbaik. Kami sudah jajagi ke sana, dan mereka sudah siap,” demikian Sujana. (eps)