27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 7:37 AM WIB

Kehilangan Tangan karena Tersengat Listrik, Dion Menolak Menyerah

Gede Dion Adi Putra, 18, menunjukkan semangat juang tinggi. Dia kehilangan kedua tangannya, gara-gara tersengat listrik. Dia menolak menyerah pada keadaan. Kini dia berambisi menjadi seorang desain grafis yang andal.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

DION terlihat suntuk di depan komputer. Seorang staf di Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokom) Setda Buleleng, tampak mendampinginya. Lengannya lincah mengendalikan mouse. Hari itu dia mendapat tugas membuat sebuah desain baliho untuk peringatan Hari Kartini. Rencananya baliho itu akan dipasang pada simpang tiga Tugu Singa Ambara Raja.

 

Dion adalah salah seorang siswa di SMKN 2 Seririt. Dia kini menjalani masa magang di Bagian Prokom Setda Buleleng. Masa magang itu akan berlangsung selama 6 bulan mendatang.

Pelajar asal Desa Pangkungparuk merupakan salah seorang difabel. Dia kehilangan kedua tangannya saat masih berusia 15 tahun.

 

Kisah bermula saat dia bermain bulu tangkis di halaman rumahnya. Saat asyik bermain, shuttlecock yang dimainkan tersangkut di atap rumah. Dia berinisiatif mengambil bola itu dengan menggunakan pipa besi.

 

Tak disangka pipa itu menyentuh kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang membentang di atas rumahnya. Kedua tangannya melepuh hingga merusak jaringan saraf. Dia sempat dilarikan ke RS Santi Graha Seririt. Namun langsung dirujuk ke RS Sanglah Denpasar, karena luka bakarnya cukup parah.

 

Tim dokter di RS Sanglah Denpasar menyarankan agar tangan Gede Dion diamputasi. Sejak itu dia kehilangan kedua tangannya. Namun lengannya masih berfungsi normal. Kini dia mengoptimalkan lengannnya untuk kegiatan sehari-hari. Ia mengaku tak ada kendala berarti saat beraktivitas.

 

“Kalau aktivitas saya biasa. Cuma kalau makan pakai alat bantu. Agak sulit juga kalau pakai sepatu. Jadi harus dibantu,” ujar Dion.

 

Sejak magang di Bagian Prokom Setda Buleleng, dia kini tinggal di Sekretariat Buleleng Social Community – salah satu komunitas dan yayasan sosial di Buleleng. Kebetulan dia juga anak asuh dari Buleleng Social Community.

 

“Kalau harus bolak-balik ke Pangkungparuk, jauh juga. Hampir satu jam perjalanan. Sementara tinggal di BSC dulu. Kakak-kakak relawan juga ramai di sana,” ungkapnya.

 

Dion mengaku sudah tertarik dengan dunia desain grafis sejak masih SMP. Sehingga selepas SMP dia memutuskan melanjutkan pendidikan ke SMKN 2 Seririt. Kebetulan di sekolah itu terdapat jurusan multimedia yang bersinggungan langsung dengan bidang desain grafis.

 

Sehari-hari dia juga banyak mengeksplorasi kemampuan dalam merancang desain. “Kalau ada desain-desain yang baru itu, langsung ingin mencoba. Kadang lihat tutorial di YouTube juga,” katanya lagi.

 

Sementara itu Koordinator Buleleng Social Community, Eka Tirtayana mengungkapkan, Gede Dion merupakan anak asuh komunitas sejak tahun 2018 silam. Komunitas berusaha memfasilitasi sejumlah kebutuhan Dion. Termasuk sarana belajar secara daring.

 

“Semangat juangnya juga tinggi. Kebetulan dia suka dengan bidang desain dan grafis, jadi kami dorong ke sana. Kami berusaha memfasilitasi apa yang jadi kebutuhan Dion untuk meraih cita-citanya,” ujar Eka Tirtayana. (*)

Gede Dion Adi Putra, 18, menunjukkan semangat juang tinggi. Dia kehilangan kedua tangannya, gara-gara tersengat listrik. Dia menolak menyerah pada keadaan. Kini dia berambisi menjadi seorang desain grafis yang andal.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

DION terlihat suntuk di depan komputer. Seorang staf di Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokom) Setda Buleleng, tampak mendampinginya. Lengannya lincah mengendalikan mouse. Hari itu dia mendapat tugas membuat sebuah desain baliho untuk peringatan Hari Kartini. Rencananya baliho itu akan dipasang pada simpang tiga Tugu Singa Ambara Raja.

 

Dion adalah salah seorang siswa di SMKN 2 Seririt. Dia kini menjalani masa magang di Bagian Prokom Setda Buleleng. Masa magang itu akan berlangsung selama 6 bulan mendatang.

Pelajar asal Desa Pangkungparuk merupakan salah seorang difabel. Dia kehilangan kedua tangannya saat masih berusia 15 tahun.

 

Kisah bermula saat dia bermain bulu tangkis di halaman rumahnya. Saat asyik bermain, shuttlecock yang dimainkan tersangkut di atap rumah. Dia berinisiatif mengambil bola itu dengan menggunakan pipa besi.

 

Tak disangka pipa itu menyentuh kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang membentang di atas rumahnya. Kedua tangannya melepuh hingga merusak jaringan saraf. Dia sempat dilarikan ke RS Santi Graha Seririt. Namun langsung dirujuk ke RS Sanglah Denpasar, karena luka bakarnya cukup parah.

 

Tim dokter di RS Sanglah Denpasar menyarankan agar tangan Gede Dion diamputasi. Sejak itu dia kehilangan kedua tangannya. Namun lengannya masih berfungsi normal. Kini dia mengoptimalkan lengannnya untuk kegiatan sehari-hari. Ia mengaku tak ada kendala berarti saat beraktivitas.

 

“Kalau aktivitas saya biasa. Cuma kalau makan pakai alat bantu. Agak sulit juga kalau pakai sepatu. Jadi harus dibantu,” ujar Dion.

 

Sejak magang di Bagian Prokom Setda Buleleng, dia kini tinggal di Sekretariat Buleleng Social Community – salah satu komunitas dan yayasan sosial di Buleleng. Kebetulan dia juga anak asuh dari Buleleng Social Community.

 

“Kalau harus bolak-balik ke Pangkungparuk, jauh juga. Hampir satu jam perjalanan. Sementara tinggal di BSC dulu. Kakak-kakak relawan juga ramai di sana,” ungkapnya.

 

Dion mengaku sudah tertarik dengan dunia desain grafis sejak masih SMP. Sehingga selepas SMP dia memutuskan melanjutkan pendidikan ke SMKN 2 Seririt. Kebetulan di sekolah itu terdapat jurusan multimedia yang bersinggungan langsung dengan bidang desain grafis.

 

Sehari-hari dia juga banyak mengeksplorasi kemampuan dalam merancang desain. “Kalau ada desain-desain yang baru itu, langsung ingin mencoba. Kadang lihat tutorial di YouTube juga,” katanya lagi.

 

Sementara itu Koordinator Buleleng Social Community, Eka Tirtayana mengungkapkan, Gede Dion merupakan anak asuh komunitas sejak tahun 2018 silam. Komunitas berusaha memfasilitasi sejumlah kebutuhan Dion. Termasuk sarana belajar secara daring.

 

“Semangat juangnya juga tinggi. Kebetulan dia suka dengan bidang desain dan grafis, jadi kami dorong ke sana. Kami berusaha memfasilitasi apa yang jadi kebutuhan Dion untuk meraih cita-citanya,” ujar Eka Tirtayana. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/