31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:55 AM WIB

Pemerintah Siap Gratiskan Pementasan, Belum Banyak Sanggar Mendaftar

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Bung Karno baru diresmikan pada Rabu (30/3) lalu. Usai diresmikan, masih ada pekerjaan rumah yang lebih besar. Yakni memanfaatkan ruang tersebut secara berkelanjutan. Terutama Panggung Singa Ambara Raja. Sayangnya belum banyak sanggar dan komunitas yang siap pentas di panggung tersebut.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

RTH Bung Karno kini menjadi ikon baru di kawasan Kota Singaraja. Bukan semata-mata soal keberadaan Patung Bung Karno dan Kawasan Soekarno Heritage yang ada di sekitarnya. Ada pula panggung terbuka Singa Ambara Raja di sisi barat RTH.

 

Panggung ini begitu luas. Sayang belum banyak komunitas yang tampil di panggung tersebut. Panggung itu baru digunakan untuk pementasan teater dan pementasan musik dalam rangkaian peringatan HUT Kota Singaraja.

 

Kini sudah dua pekan berlalu sejak RTH diresmikan. Pemerintah pun mulai pusing untuk mengisi pementasan di ruang tersebut. Sebab belum banyak komunitas maupun sanggar yang benar-benar siap pentas di sana.

 

Dinas Kebudayaan Buleleng, belum lama ini mengundang sanggar dan komunitas di Kabupaten Buleleng. Tercatat ada 47 sanggar, sekaa, dan komunitas yang hadir. Mereka diundang untuk mengisi acara di RTH Bung Karno.

 

Sejauh ini, baru dua komunitas saja yang menyatakan kesiapannya. Yakni Sanggar Seni Manik Uttara yang siap pentas pada bulan Mei mendatang, serta Komunitas Dalang Cilik yang akan pentas pada Juni mendatang.

 

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Nyoman Wisandika mengatakan, pihaknya sengaja mengumpulkan seluruh sanggar dan komunitas. Dengan harapan mereka siap melakukan pementasan di RTH Bung Karno.

 

“Kami sudah siapkan waktu untuk pementasan. Rencananya rutin siap Sabtu sore. Karena ada panggung yang begitu megah, kami tawarkan kepada sekaa, sanggar, maupun komunitas untuk mengisi,” kata Wisandika.

 

Menurutnya sekaa dan sanggar tak dipungut biaya untuk pentas di sana. Disbud Buleleng juga berjanji akan memboyong sejumlah aset gamelan ke RTH Bung Karno. Sehingga dapat digunakan oleh sekaa-sekaa yang akan pentas.

 

“Misalnya mau ada pementasan gong kebyar. Silahkan gunakan perangkat gamelan kami. Supaya rekan-rekan dari sanggar juga nggak kesulitan bawa. Pakaian tari yang jadi aset kami, juga siap kami pinjamkan,” katanya.

 

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng Gede Melandrat mengaku, pemanfaatan RTH pasca peresmian akan menjadi tantangan tersendiri. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan Buleleng untuk mengisi ruang di RTH.

 

“Sekaa tidak usah berpikir akan dipungut biaya. Yang penting pentas saja dulu. Biaya listrik kami fasilitasi, untuk sound system kami akan upayakan dengan instansi terkait yang punya fasilitas itu,” kata Melandrat.

 

Sementara ini sekaa dan sanggar didorong untuk menggunakan panggung pada Sabtu sore. Namun bila ada yang ingin menggunakan di waktu-waktu lain, DLH mengaku siap menampung. “Yang penting koordinasi saja dengan kami di DLH selaku pemilik aset, dan Disbud yang menaungi sanggar dan komunitas. Kalau mau latihan, pentas kenaikan tingkat di sanggar, silahkan gunakan panggung tersebut,” demikian Melandrat. (*)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Bung Karno baru diresmikan pada Rabu (30/3) lalu. Usai diresmikan, masih ada pekerjaan rumah yang lebih besar. Yakni memanfaatkan ruang tersebut secara berkelanjutan. Terutama Panggung Singa Ambara Raja. Sayangnya belum banyak sanggar dan komunitas yang siap pentas di panggung tersebut.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

RTH Bung Karno kini menjadi ikon baru di kawasan Kota Singaraja. Bukan semata-mata soal keberadaan Patung Bung Karno dan Kawasan Soekarno Heritage yang ada di sekitarnya. Ada pula panggung terbuka Singa Ambara Raja di sisi barat RTH.

 

Panggung ini begitu luas. Sayang belum banyak komunitas yang tampil di panggung tersebut. Panggung itu baru digunakan untuk pementasan teater dan pementasan musik dalam rangkaian peringatan HUT Kota Singaraja.

 

Kini sudah dua pekan berlalu sejak RTH diresmikan. Pemerintah pun mulai pusing untuk mengisi pementasan di ruang tersebut. Sebab belum banyak komunitas maupun sanggar yang benar-benar siap pentas di sana.

 

Dinas Kebudayaan Buleleng, belum lama ini mengundang sanggar dan komunitas di Kabupaten Buleleng. Tercatat ada 47 sanggar, sekaa, dan komunitas yang hadir. Mereka diundang untuk mengisi acara di RTH Bung Karno.

 

Sejauh ini, baru dua komunitas saja yang menyatakan kesiapannya. Yakni Sanggar Seni Manik Uttara yang siap pentas pada bulan Mei mendatang, serta Komunitas Dalang Cilik yang akan pentas pada Juni mendatang.

 

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Nyoman Wisandika mengatakan, pihaknya sengaja mengumpulkan seluruh sanggar dan komunitas. Dengan harapan mereka siap melakukan pementasan di RTH Bung Karno.

 

“Kami sudah siapkan waktu untuk pementasan. Rencananya rutin siap Sabtu sore. Karena ada panggung yang begitu megah, kami tawarkan kepada sekaa, sanggar, maupun komunitas untuk mengisi,” kata Wisandika.

 

Menurutnya sekaa dan sanggar tak dipungut biaya untuk pentas di sana. Disbud Buleleng juga berjanji akan memboyong sejumlah aset gamelan ke RTH Bung Karno. Sehingga dapat digunakan oleh sekaa-sekaa yang akan pentas.

 

“Misalnya mau ada pementasan gong kebyar. Silahkan gunakan perangkat gamelan kami. Supaya rekan-rekan dari sanggar juga nggak kesulitan bawa. Pakaian tari yang jadi aset kami, juga siap kami pinjamkan,” katanya.

 

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng Gede Melandrat mengaku, pemanfaatan RTH pasca peresmian akan menjadi tantangan tersendiri. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan Buleleng untuk mengisi ruang di RTH.

 

“Sekaa tidak usah berpikir akan dipungut biaya. Yang penting pentas saja dulu. Biaya listrik kami fasilitasi, untuk sound system kami akan upayakan dengan instansi terkait yang punya fasilitas itu,” kata Melandrat.

 

Sementara ini sekaa dan sanggar didorong untuk menggunakan panggung pada Sabtu sore. Namun bila ada yang ingin menggunakan di waktu-waktu lain, DLH mengaku siap menampung. “Yang penting koordinasi saja dengan kami di DLH selaku pemilik aset, dan Disbud yang menaungi sanggar dan komunitas. Kalau mau latihan, pentas kenaikan tingkat di sanggar, silahkan gunakan panggung tersebut,” demikian Melandrat. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/