32.6 C
Jakarta
25 April 2024, 15:36 PM WIB

Sulit dapat BBM Bersubsidi, Petani dan Nelayan Sempat Cekcok dengan Petugas SPBU

SAWAN – Sejumlah petani dan nelayan di Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, protes ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Giri Emas pada Senin (19/9) siang. Mereka protes gegara kesulitan mendapatkan akses membeli SPBU bersubsidi.

Peristiwa bermula saat pasokan BBM di SPBU tersebut kerap kosong. Sedangkan petani dan nelayan sudah antre dengan membawa jerigen. Petani membutuhkan BBM bersubsidi untuk menggerakkan traktor dan pompa air mereka.

Sementara nelayan butuh BBM untuk melaut. Sejak pagi warga datang dengan membawa jerigen dengan kapasitas lima liter. Namun, saat hendak membeli bensin, mereka ditolak oleh petugas setempat. Padahal warga sudah mengantongi surat keterangan dari perbekel setempat.

Tak pelak hal itu memicu emosi masyarakat yang mengantre. Mereka terlibat cek-cok dengan pengelola di SPBU setempat. Warga merasa tak dilayani kendati telah mengurus syarat administrasi.

Warga juga menuding bila SPBU lebih mengutamakan penjual bensin bersubsidi. Beruntung ketegangan itu cepat dicium aparat desa setempat.

Perbekel Giri Emas Wayan Saputra langsung datang ke lokasi dan menenangkan warga. Menurut Saputra, warga selama ini kesulitan mendapatkan BBM subsidi. Mereka harus bolak-balik datang ke SPBU, karena terbentur dengan aturan jumlah maksimal. Padahal petani butuh solar untuk untuk traktor, sedangkan nelayan butuh pertalite untuk melaut. Baik solar maupun pertalite, merupakan BBM bersubsidi.

“Katanya di SPBU ini petani dan nelayan boleh bebas beli BBM subsidi, sepanjang ada rekomendasi. Tapi kenyataannya dipersulit. Sudah harganya naik, carinya juga sulit. Makanya warga kami akhirnya emosi,” jelas Saputra.

Ia meminta agar pengelola SPBU mendahulukan masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan nelayan. Sebab secara faktual mereka membutuhkan BBM bersubsidi. Saputra juga telah berkoordinasi pada aparat kepolisian, untuk memastikan warganya mendapat BBM subsidi.

“Sementara ini diberi kebijakan bisa beli maksimal lima liter sehari. Warga kami sudah paham. Yang penting kebutuhan petani dan nelayan bisa dilayani. Nanti juga akan kami dukung dengan rekomendasi dari pemerintah desa,” tukas Saputra. (eps)

SAWAN – Sejumlah petani dan nelayan di Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, protes ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Giri Emas pada Senin (19/9) siang. Mereka protes gegara kesulitan mendapatkan akses membeli SPBU bersubsidi.

Peristiwa bermula saat pasokan BBM di SPBU tersebut kerap kosong. Sedangkan petani dan nelayan sudah antre dengan membawa jerigen. Petani membutuhkan BBM bersubsidi untuk menggerakkan traktor dan pompa air mereka.

Sementara nelayan butuh BBM untuk melaut. Sejak pagi warga datang dengan membawa jerigen dengan kapasitas lima liter. Namun, saat hendak membeli bensin, mereka ditolak oleh petugas setempat. Padahal warga sudah mengantongi surat keterangan dari perbekel setempat.

Tak pelak hal itu memicu emosi masyarakat yang mengantre. Mereka terlibat cek-cok dengan pengelola di SPBU setempat. Warga merasa tak dilayani kendati telah mengurus syarat administrasi.

Warga juga menuding bila SPBU lebih mengutamakan penjual bensin bersubsidi. Beruntung ketegangan itu cepat dicium aparat desa setempat.

Perbekel Giri Emas Wayan Saputra langsung datang ke lokasi dan menenangkan warga. Menurut Saputra, warga selama ini kesulitan mendapatkan BBM subsidi. Mereka harus bolak-balik datang ke SPBU, karena terbentur dengan aturan jumlah maksimal. Padahal petani butuh solar untuk untuk traktor, sedangkan nelayan butuh pertalite untuk melaut. Baik solar maupun pertalite, merupakan BBM bersubsidi.

“Katanya di SPBU ini petani dan nelayan boleh bebas beli BBM subsidi, sepanjang ada rekomendasi. Tapi kenyataannya dipersulit. Sudah harganya naik, carinya juga sulit. Makanya warga kami akhirnya emosi,” jelas Saputra.

Ia meminta agar pengelola SPBU mendahulukan masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan nelayan. Sebab secara faktual mereka membutuhkan BBM bersubsidi. Saputra juga telah berkoordinasi pada aparat kepolisian, untuk memastikan warganya mendapat BBM subsidi.

“Sementara ini diberi kebijakan bisa beli maksimal lima liter sehari. Warga kami sudah paham. Yang penting kebutuhan petani dan nelayan bisa dilayani. Nanti juga akan kami dukung dengan rekomendasi dari pemerintah desa,” tukas Saputra. (eps)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/