Kerja ke luar negeri (LN), merupakan impian bagi sejumlah orang. Sayangnya bekerja ke luar negeri tak selalu mudah. Ada tantangan bahasa, proses pengajuan dokumen yang panjang, biaya, hingga ancaman penipuan. Di Desa Tunjung, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) berdiri menjadi perantara bagi mereka yang ingin bekerja di negeri rantau.
Eka Prasetya, Buleleng
DESA Tunjung di Kecamatan Kubutambahan, punya cara tersendiri menangani pemuda-pemuda produktif di desa mereka. Saat lapangan pekerjaan di tanah kelahiran tak memadai, pihak desa menyediakan alternative lain. Yakni bekerja ke luar negeri.
Pihak desa menggandeng Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tunjung Mekar sebagai fasilitator program. Sehingga proses keberangkatan bekerja ke luar negeri dilakukan melalui jalur yang legal.
Program tersebut dirintis sejak 2018 lalu. Idenya sederhana saja. Lapangan pekerjaan di desa sangat terbatas. Kehidupan masyarakat sangat bergantung dengan lahan pertanian dan kebun. Sektor jasa dan perdagangan juga tidak banyak menggeliat.
Alhasil banyak angkatan kerja yang memilih bekerja di luar desa. Ada yang bekerja di pusat kecamatan, di pusat kabupaten, ada pula yang bekerja di luar kabupaten. Seperti di Kintamani, Gianyar, Badung, dan Denpasar.
Ketua BUMDes Tunjung Mekar, Dewa Made Rupawan akhirnya punya ide. Yakni menyalurkan angkatan kerja, mencari penghasilan ke luar negeri. Maklum saja, Rupawan merupakan alumni pekerja kapal pesiar. Dia sempat menyambung hidup di kapal pesiar Dolphin Cruise Line selama 5 tahun.
“Saya dulu memang orang kapal (pesiar). Saya lihat Filipina itu kan maju karena devisa tenaga kerja mereka di luar negeri banyak masuk ke dalam negeri. Saya akhirnya berpikir, kenapa tidak bisa dilakukan di desa. Kan nanti ada uang dari luar negeri yang masuk di desa,” kata Rupawan.
Ia kemudian menggandeng sejumlah anak lulusan SMA dan SMK. Mereka dilatih kemampuan berbahasa Inggris. Saat dirasa siap, mereka dikirim ke agen penyalur tenaga kerja untuk menjalani seleksi. Bila terkendala dana, mereka dianjurkan mengajukan pinjaman tanpa agunan melalui BUMDes. Plafon pinjaman mencapai Rp 50 juta dengan bunga 1 persen sebulan.
Saat ini ada dua agen yang telah diajak bekerjasama. Yakni Sri Dewi Baruna yang berbasis di Tabanan dan The Marine yang berbasis di Denpasar. Mereka diberangkatkan pada kapal pesiar dengan rute di Benua Amerika dan Benua Eropa.
“Sebenarnya ada juga program penyaluran pekerja migran ke Jepang. Tapi kami tidak memberikan pendampingan bahasa. Karena terkendala sumber daya yang bisa bahasa Jepang,” katanya.
Lebih lanjut Dewa Rupawan menuturkan, para pekerja migran bisa mengembalikan pinjaman dalam waktu singkat. Biasanya pinjaman akan dikembalikan dalam waktu 3-4 bulan setelah keberangkatan.
“Tergantung yang berangkat saja. Ada yang langsung mau menyelesaikan, ada yang pelan-pelan. Tapi dalam sekali keberangkatan itu sudah lunas. Tidak ada yang macet,” ungkapnya.
Sementara itu, Perbekel Tunjung I Made Sadia menuturkan, saat ini ada 30 orang warga yang difasilitasi bekerja ke luar negeri. Menurut Sadia seluruh pekerja yang diberangkatkan, bekerja secara legal. Pihak desa berusaha memfasilitasi, sehingga mereka benar-benar aman saat berangkat. Dengan harapan kesejahteraan keluarga akan meningkat di kemudian hari.
“Aspek paling penting kan keamanan mereka. Jangan sampai berangkat (kerja ke luar negeri) secara ilegal. Kalau bisa berangkat dengan legal, tentu akan lebih nyaman bekerja. BUMDes siap memfasilitasi kredit lunak, supaya mereka tidak terlalu terbebani dengan pembiayaan,” demikian Sadia.
Asal tahu saja, BUMDes Tunjung Mekar merupakan salah satu BUMDes dengan omzet terbesar di Kabupaten Buleleng. BUMDes ini memiliki unit usaha simpan pinjam, pengelolaan air bersih, serta toko. Pada tahun buku 2019, omzet yang tercatat mencapai Rp 2,05 miliar dengan laba bersih sebesar Rp 490,49 juta. (*)