31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:53 AM WIB

Kisah Sisca Panggabean, Transpuan yang Pelihara Hewan-hewan Terlantar

 

Seorang transpuan di Singaraja, memelihara hewan-hewan peliharaan terlantar. Hewan itu dipungut dari sejumlah lokasi. Cita-citanya adalah membuat shelter atau penampungan hewan. Sayang biaya belum memadai.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

RIUH anjing menyalak terdengar nyaring. Anjing-anjing itu hendak diberi makan. Mereka terlihat tak sabar. Sebagian besar menggoyang-goyangkan ekor. Ada pula yang sibuk berkelahi dengan sesamanya.

 

Dari dalam rumah, Gede Panggabean, 49, datang membawa sebaskom nasi. Nasi-nasi tersebut telah dicampur dan diaduk dengan potongan jeroan, kaki, kepala, serta leher ayam. Segera saja hewan-hewan itu mengerubungi dia.

 

“Raju jangan berkelahi, yang akur. Nanti mami nggak kasih makan,” ujarnya dengan nada mengancam, saat mendapati salah satu anjingnya menggeram.

 

Gede Panggabean adalah salah seorang transpuan di Buleleng. Dia lebih dikenal dengan nama Sisca D. Panggabean. Masyarakat akrab dengan nama Mami Sisca.

 

Sudah beberapa tahun ini dia memungut hewan-hewan peliharaan yang terlantar. Utamanya anjing dan kucing. Sisca mulai memungut hewan peliharaan pada 2014 lalu.

 

Saat itu dia membawa obat ke salah satu Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang ia dampingi. Dalam perjalanan pulang, Sisca mendapati sekumpulan anak yang memukuli anak anjing.

 

Menurutnya anak anjing itu dalam posisi tidak berdaya. Lehernya diikat tali. Kulitnya juga dipenuhi dengan kudis. Dia pun langsung menghentikan peristiwa itu. Anjing tersebut langsung dia bawa pulang. Anjing itu diberi nama Goli dan masih hidup hingga kini.

 

Seiring berjalannya waktu, keinginannya memungut hewan terus bertambah. Hewan yang didapat rata-rata ia temukan dalam perjalanan. Saat ini ada 20 ekor hewan peliharaan yang dia pelihara di rumah. Terdiri dari 16 ekor anjing dan 4 ekor kucing.

 

Saking banyaknya hewan yang dipelihara, ia pun mengaku mulai kewalahan. Sehari dia harus menanak 3 kilogram beras. Masing-masing 1 kilogram, setiap pagi, siang, dan sore. Itu belum termasuk dog food dan cat food yang ia berikan sekali dalam sehari.

 

“Kalau dihitung-hitung, mungkin habis Rp 100 ribu sehari. Saya juga bingung dapat rejeki dari mana. Kadang ada yang bawa beras. Ya bersyukur saja,” cerita Sisca.

 

Lebih lanjut Sisca mengatakan, memelihara puluhan ekor hewan, memiliki konsekuensi tersendiri. Salah satunya aspek kesehatan hewan yang harus diperhatikan. Dia paling waspada dengan penyakit rabies. Sebab berpotensi menular dari hewan ke manusia.

 

Saban tahun ia selalu didatangi oleh petugas dari Dinas Pertanian Buleleng. “Belum lagi yang saya pungut, ada yang sakit, ya sudah kontak teman dokter hewan,” demikian Sisca. (*)

 

Seorang transpuan di Singaraja, memelihara hewan-hewan peliharaan terlantar. Hewan itu dipungut dari sejumlah lokasi. Cita-citanya adalah membuat shelter atau penampungan hewan. Sayang biaya belum memadai.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

RIUH anjing menyalak terdengar nyaring. Anjing-anjing itu hendak diberi makan. Mereka terlihat tak sabar. Sebagian besar menggoyang-goyangkan ekor. Ada pula yang sibuk berkelahi dengan sesamanya.

 

Dari dalam rumah, Gede Panggabean, 49, datang membawa sebaskom nasi. Nasi-nasi tersebut telah dicampur dan diaduk dengan potongan jeroan, kaki, kepala, serta leher ayam. Segera saja hewan-hewan itu mengerubungi dia.

 

“Raju jangan berkelahi, yang akur. Nanti mami nggak kasih makan,” ujarnya dengan nada mengancam, saat mendapati salah satu anjingnya menggeram.

 

Gede Panggabean adalah salah seorang transpuan di Buleleng. Dia lebih dikenal dengan nama Sisca D. Panggabean. Masyarakat akrab dengan nama Mami Sisca.

 

Sudah beberapa tahun ini dia memungut hewan-hewan peliharaan yang terlantar. Utamanya anjing dan kucing. Sisca mulai memungut hewan peliharaan pada 2014 lalu.

 

Saat itu dia membawa obat ke salah satu Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang ia dampingi. Dalam perjalanan pulang, Sisca mendapati sekumpulan anak yang memukuli anak anjing.

 

Menurutnya anak anjing itu dalam posisi tidak berdaya. Lehernya diikat tali. Kulitnya juga dipenuhi dengan kudis. Dia pun langsung menghentikan peristiwa itu. Anjing tersebut langsung dia bawa pulang. Anjing itu diberi nama Goli dan masih hidup hingga kini.

 

Seiring berjalannya waktu, keinginannya memungut hewan terus bertambah. Hewan yang didapat rata-rata ia temukan dalam perjalanan. Saat ini ada 20 ekor hewan peliharaan yang dia pelihara di rumah. Terdiri dari 16 ekor anjing dan 4 ekor kucing.

 

Saking banyaknya hewan yang dipelihara, ia pun mengaku mulai kewalahan. Sehari dia harus menanak 3 kilogram beras. Masing-masing 1 kilogram, setiap pagi, siang, dan sore. Itu belum termasuk dog food dan cat food yang ia berikan sekali dalam sehari.

 

“Kalau dihitung-hitung, mungkin habis Rp 100 ribu sehari. Saya juga bingung dapat rejeki dari mana. Kadang ada yang bawa beras. Ya bersyukur saja,” cerita Sisca.

 

Lebih lanjut Sisca mengatakan, memelihara puluhan ekor hewan, memiliki konsekuensi tersendiri. Salah satunya aspek kesehatan hewan yang harus diperhatikan. Dia paling waspada dengan penyakit rabies. Sebab berpotensi menular dari hewan ke manusia.

 

Saban tahun ia selalu didatangi oleh petugas dari Dinas Pertanian Buleleng. “Belum lagi yang saya pungut, ada yang sakit, ya sudah kontak teman dokter hewan,” demikian Sisca. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/