31.9 C
Jakarta
26 April 2024, 16:59 PM WIB

Produksi Cabai Tinggi di Buleleng, tapi Picu Inflasi

SINGARAJA– Kabupaten Buleleng jadi salah satu daerah penghasil cabai di Bali. Produksi cabai jauh lebih tinggi dari tingkat konsumsi. Ironisnya, cabai kini jadi pemicu inflasi di Buleleng. Hingga memaksa pemerintah menyiapkan strategi khusus untuk mengendalikan harga cabai.

 

Kini luas tanam cabai di Buleleng mencapai 1.390 hektare, dengan jumlah produksi sebanyak 114,5 ton. Setahun produksi itu menjadikan Buleleng sebagai salah satu daerah penghasil cabai di Bali. Sementara tingkat konsumsi cabai hanya 12,3 ton setahun. Itu berarti ada surplus hingga 102,2 ton setahun. Meski suplai melimpah, toh harga cabai di Buleleng masih meroket.

 

Ditengarai cabai yang ditanam petani Buleleng dijual ke luar daerah. Belakangan cabai yang sudah sempat dikirim ke luar daerah, dikirim lagi ke Buleleng. Ongkos distribusi yang meningkat, membuat harga ikut melonjak.

 

“Memang produksi cabai kita melimpah. Sedangkan konsumsi per kapita kita rendah. Tapi ketika masuk pasar, harganya langsung naik. Kemungkinan karena kebutuhan luar daerah tinggi, jadi dijual ke sana,” kata Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Nyoman Sumiarta, saat ditemui di Lobi Atiti Wisma Kantor Bupati Buleleng, Selasa kemarin (23/8).

 

Kini pemerintah pun menyiapkan strategi. Yakni membuka lahan percontohan cabai di seluruh desa dan kelurahan. Setiap desa/kelurahan ditargetkan menanam minimal 10 are cabai. Dengan penanaman itu, diprediksi mampu menghasilkan 15 ton cabai per tahun. Jumlah itu sudah cukup untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Buleleng.

 

“Jadi nanti yang di lahan percontohan, bisa langsung disuplai ke masyarakat. Entah itu secara langsung atau lewat BUMDes. Jadi konsumen bisa ketemu harga yang lebih murah. Kalau memang over produksi, PD Swatantra siap menyerap,” ujarnya.

 

Di sisi lain Sekkab Buleleng Gede Suyasa menyebut inflasi yang dipicu cabai harus diintervensi pemerintah. Caranya mendorong seluruh pegawai di Pemkab Buleleng menanam cabai di rumah masing-masing. Setiap orang diharapkan menanam tiga sampai lima batang pohon cabai menggunakan polybag. “Kelihatannya sedikit. Tapi kalau dilakukan ramai-ramai, dampaknya masif. Minimal bisa konsumsi sendiri, dan kami yakin itu efektif menanggulangi kenaikan harga. Supaya jangka panjang, tahun ini inflasi kita bisa terkendali,” kata Suyasa. (eps)

 

SINGARAJA– Kabupaten Buleleng jadi salah satu daerah penghasil cabai di Bali. Produksi cabai jauh lebih tinggi dari tingkat konsumsi. Ironisnya, cabai kini jadi pemicu inflasi di Buleleng. Hingga memaksa pemerintah menyiapkan strategi khusus untuk mengendalikan harga cabai.

 

Kini luas tanam cabai di Buleleng mencapai 1.390 hektare, dengan jumlah produksi sebanyak 114,5 ton. Setahun produksi itu menjadikan Buleleng sebagai salah satu daerah penghasil cabai di Bali. Sementara tingkat konsumsi cabai hanya 12,3 ton setahun. Itu berarti ada surplus hingga 102,2 ton setahun. Meski suplai melimpah, toh harga cabai di Buleleng masih meroket.

 

Ditengarai cabai yang ditanam petani Buleleng dijual ke luar daerah. Belakangan cabai yang sudah sempat dikirim ke luar daerah, dikirim lagi ke Buleleng. Ongkos distribusi yang meningkat, membuat harga ikut melonjak.

 

“Memang produksi cabai kita melimpah. Sedangkan konsumsi per kapita kita rendah. Tapi ketika masuk pasar, harganya langsung naik. Kemungkinan karena kebutuhan luar daerah tinggi, jadi dijual ke sana,” kata Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Nyoman Sumiarta, saat ditemui di Lobi Atiti Wisma Kantor Bupati Buleleng, Selasa kemarin (23/8).

 

Kini pemerintah pun menyiapkan strategi. Yakni membuka lahan percontohan cabai di seluruh desa dan kelurahan. Setiap desa/kelurahan ditargetkan menanam minimal 10 are cabai. Dengan penanaman itu, diprediksi mampu menghasilkan 15 ton cabai per tahun. Jumlah itu sudah cukup untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Buleleng.

 

“Jadi nanti yang di lahan percontohan, bisa langsung disuplai ke masyarakat. Entah itu secara langsung atau lewat BUMDes. Jadi konsumen bisa ketemu harga yang lebih murah. Kalau memang over produksi, PD Swatantra siap menyerap,” ujarnya.

 

Di sisi lain Sekkab Buleleng Gede Suyasa menyebut inflasi yang dipicu cabai harus diintervensi pemerintah. Caranya mendorong seluruh pegawai di Pemkab Buleleng menanam cabai di rumah masing-masing. Setiap orang diharapkan menanam tiga sampai lima batang pohon cabai menggunakan polybag. “Kelihatannya sedikit. Tapi kalau dilakukan ramai-ramai, dampaknya masif. Minimal bisa konsumsi sendiri, dan kami yakin itu efektif menanggulangi kenaikan harga. Supaya jangka panjang, tahun ini inflasi kita bisa terkendali,” kata Suyasa. (eps)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/