33.9 C
Jakarta
24 November 2024, 16:16 PM WIB

Koma di RS Buleleng, Ortu Terbentur Biaya, Berjuang Agar Bisa Operasi

Ketut Adisri Karnida, bayi berusia 3 bulan kini tengah berjuang melawan penyakit pencernaan. Bayi itu tengah dirawat dalam kondisi koma di RSUD Buleleng.

Orang tua sang bayi kini tengah berusaha mencari dana, dengan harapan buah hati mereka dapat dioperasi dan sehat kembali.

 

EKA PRASETYA, Singaraja

PUTU Budayasa, 40, terduduk lemas di depan Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Buleleng.

Matanya masih sembab. Ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Terkadang air matanya menetes kembali.

Tiap kali petugas medis keluar dari ruang perawatan, wajah Budayasa terlihat penuh harap. Berharap petugas medis membawa kabar baik perkembangan kesehatan putrinya.

Sudah tiga hari terakhir Budayasa dan istrinya, Sang Ayu Komang Sugiani, 37, tak bisa tidur lelap. Pasangan suami istri ini dilanda sedih.

Sebab anak keempat mereka, Ketut Adisri Karnida, yang baru berusia 3 bulan, tengah menjalani perawatan di Ruang NICU RSUD Buleleng.

Adisri dilarikan ke RSUD Buleleng pada Kamis (25/4) lalu. Orang tuanya memutuskan membawa sang bayi ke rumah sakit, lantaran sang bayi terus menerus menangis seharian.

Perutnya juga terlihat kembung. Sesekali nafas sang putri mengalami sesak. Menurut Komang Sugiani, ia menyadari sang bayi mengalami masalah pencernaan ketika baru berusia 10 hari.

Saat itu perut sang bayi mengalami kembung. Setelah bayi berusia sebulan, Sugiani dan suaminya memutuskan membawa putri mereka ke dokter spesialis.

“Waktu itu dibilang ada masalah pencernaan. Sempat juga saya bawa ke RSUD,” jelasnya. Ketika berusia 1,5 bulan Sugiani mendapati kondisi pencernaan bayinya kian bermasalah.

Bayi tidak lancar saat buang air besar. Biasanya bayi akan buang air besar tiap 5 hari sekali. Itu pun harus dirangsang dulu dengan obat-obatan. Feses yang keluar pun kental.

Sekitar sepekan sebelum dibawa ke RSUD Buleleng, sang bayi sempat buang air besar tiap hari. Namun kondisinya cair.

Hingga pada Kamis, perut bayi kembali kembung hingga pusarnya menonjol. Ditambah lagi bayi sempat mengalami sesak nafas dan tersedak saat diberikan ASI.

“Langsung dibawa ke UGD. Awalnya masuk ruang sakura. Tapi tidak berhenti-henti nangis. Setelah nangis lama,

tahu-tahu tersedak dan kejang-kejang, langsung tidak ada suara lagi. Setelah itu langsung dibawa ke ruangan ini (NICU, Red),” ceritanya.

Ia menyebut dokter menyarankan agar bayi segera dioperasi. Karena mengalami penyakit gangguan pencernaan yang disebut hisprung.

Hanya saja pihak keluarga kebingungan. Karena tak punya cukup biaya. Sugiani hanya sebagai ibu rumah tangga yang merawat 4 anak.

Sementara Putu Budayasa hanya menggantungkan hidup dari bekerja sebagai buruh di perusahaan mebel.

Informasi itu akhirnya sampai ke Dinas Sosial Buleleng. Siang kemarin (27/3) Kepala Dinas Sosial Buleleng I Putu Kariaman Putra melihat langsung kondisi bayi.

Menurut Kariaman, Dinsos akan berusaha memfasilitasi biaya pengobatan bayi tersebut. Caranya, menggalang bantuan melalui komunitas sosial yang ada di Buleleng.

“Di Buleleng ini kan sudah ada forum komunikasi pemerhati sosial. Kami sampaikan masalahnya pada forum itu,

ternyata responnya cukup tinggi. Sekarang biaya yang terkumpul sudah mendekati kebutuhan biaya untuk operasi,” kata Kariaman.

Selain itu Dinsos juga akan memfasilitasi pembuatan jaminan sosial berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang pembiayaan dibantu lewat APBD Buleleng.

“Kami juga akan komunikasi terus dengan orang tua bayi untuk tahu perkembangannya seperti apa. Sehingga apa yang dibutuhkan dan sekiranya bisa kami bantu, akan kami upayakan,” tegas Kariaman. (*)

Ketut Adisri Karnida, bayi berusia 3 bulan kini tengah berjuang melawan penyakit pencernaan. Bayi itu tengah dirawat dalam kondisi koma di RSUD Buleleng.

Orang tua sang bayi kini tengah berusaha mencari dana, dengan harapan buah hati mereka dapat dioperasi dan sehat kembali.

 

EKA PRASETYA, Singaraja

PUTU Budayasa, 40, terduduk lemas di depan Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Buleleng.

Matanya masih sembab. Ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Terkadang air matanya menetes kembali.

Tiap kali petugas medis keluar dari ruang perawatan, wajah Budayasa terlihat penuh harap. Berharap petugas medis membawa kabar baik perkembangan kesehatan putrinya.

Sudah tiga hari terakhir Budayasa dan istrinya, Sang Ayu Komang Sugiani, 37, tak bisa tidur lelap. Pasangan suami istri ini dilanda sedih.

Sebab anak keempat mereka, Ketut Adisri Karnida, yang baru berusia 3 bulan, tengah menjalani perawatan di Ruang NICU RSUD Buleleng.

Adisri dilarikan ke RSUD Buleleng pada Kamis (25/4) lalu. Orang tuanya memutuskan membawa sang bayi ke rumah sakit, lantaran sang bayi terus menerus menangis seharian.

Perutnya juga terlihat kembung. Sesekali nafas sang putri mengalami sesak. Menurut Komang Sugiani, ia menyadari sang bayi mengalami masalah pencernaan ketika baru berusia 10 hari.

Saat itu perut sang bayi mengalami kembung. Setelah bayi berusia sebulan, Sugiani dan suaminya memutuskan membawa putri mereka ke dokter spesialis.

“Waktu itu dibilang ada masalah pencernaan. Sempat juga saya bawa ke RSUD,” jelasnya. Ketika berusia 1,5 bulan Sugiani mendapati kondisi pencernaan bayinya kian bermasalah.

Bayi tidak lancar saat buang air besar. Biasanya bayi akan buang air besar tiap 5 hari sekali. Itu pun harus dirangsang dulu dengan obat-obatan. Feses yang keluar pun kental.

Sekitar sepekan sebelum dibawa ke RSUD Buleleng, sang bayi sempat buang air besar tiap hari. Namun kondisinya cair.

Hingga pada Kamis, perut bayi kembali kembung hingga pusarnya menonjol. Ditambah lagi bayi sempat mengalami sesak nafas dan tersedak saat diberikan ASI.

“Langsung dibawa ke UGD. Awalnya masuk ruang sakura. Tapi tidak berhenti-henti nangis. Setelah nangis lama,

tahu-tahu tersedak dan kejang-kejang, langsung tidak ada suara lagi. Setelah itu langsung dibawa ke ruangan ini (NICU, Red),” ceritanya.

Ia menyebut dokter menyarankan agar bayi segera dioperasi. Karena mengalami penyakit gangguan pencernaan yang disebut hisprung.

Hanya saja pihak keluarga kebingungan. Karena tak punya cukup biaya. Sugiani hanya sebagai ibu rumah tangga yang merawat 4 anak.

Sementara Putu Budayasa hanya menggantungkan hidup dari bekerja sebagai buruh di perusahaan mebel.

Informasi itu akhirnya sampai ke Dinas Sosial Buleleng. Siang kemarin (27/3) Kepala Dinas Sosial Buleleng I Putu Kariaman Putra melihat langsung kondisi bayi.

Menurut Kariaman, Dinsos akan berusaha memfasilitasi biaya pengobatan bayi tersebut. Caranya, menggalang bantuan melalui komunitas sosial yang ada di Buleleng.

“Di Buleleng ini kan sudah ada forum komunikasi pemerhati sosial. Kami sampaikan masalahnya pada forum itu,

ternyata responnya cukup tinggi. Sekarang biaya yang terkumpul sudah mendekati kebutuhan biaya untuk operasi,” kata Kariaman.

Selain itu Dinsos juga akan memfasilitasi pembuatan jaminan sosial berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang pembiayaan dibantu lewat APBD Buleleng.

“Kami juga akan komunikasi terus dengan orang tua bayi untuk tahu perkembangannya seperti apa. Sehingga apa yang dibutuhkan dan sekiranya bisa kami bantu, akan kami upayakan,” tegas Kariaman. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/