NEGARA- Kasus gigitan anjing rabies meningkat tajam awal bulan April ini. Sebanyak sepuluh kasus gigitan anjing rabies terjadi, sehingga menambah kasus gigitan sejak bulan Januari menjadi 48 kasus.
Dari jumlah kasus gigitan tersebut rata-rata setiap ada kasus gigitan dari satu anjing positif rabies minimal dua orang korban gigitan, bahkan bisa lima orang korban. Sehingga sudah ada ratusan orang yang sudah menjadi korban gigitan.
Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet pada Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Widarsa mengatakan, kasus gigitan anjing rabies memang meningkat tajam dalam empat bulan terakhir ini. Dari 48 kasus yang terjadi, terbanyak sementara bulan Januari sebanyak 15 kasus. Bulan Februari sebanyak 11 kasus dan bulan Maret sebanyak 13 kasus.
Pada awal bulan April ini, dari hasil laboratorium 5 dan 7 April sudah terjadi 10 kasus gigitan anjing rabies, hingga akhir bulan April ini bisa naik lagi jika ada kasus gigitan hewan penular rabies. Jumlah desa yang masuk zona merah rabies juga naik menjadi 27 desa. “Meningkatnya kasus rabies ini sudah kami respon dengan meningkatkan vaksinasi anjing di zona merah,” jelasnya, didampingi sub koordinator kesehatan hewan I Gusti Ngurah Bagus Rai Mulyawan, Jumat (8/4).
Karena jumlah kasus gigitan tersebut, Jembrana masih tertinggi di Bali untuk kasus gigitan anjing rabies. Karena itu, pemrintah pusat melalui APBN mengalokasikan anggaran untuk vaksin sebanyak 20.500 dosis, termasuk operasional vaksinasi. Dalam vaksinasi yang gencar dilakukan, tidak hanya melibatkan tim dari Bidang Keswan dan Kesmavet. Tetapi juga dari dokter hewan swasta dan tim pendukung yang bekerja.
Jumlah vaksin tersebut sebenarnya masih kurang dari estimasi jumlah anjing di Jembrana yang diperkirakan sebanyak 46.955 ekor, baik anjing rumahan, anjing berpemilik yang diliarkan dan anjing liar. Namun dengan jumlah vaksin yang ada, akan dimaksimalkan untuk mengantisipasi dan meminimalisir kasus gigitan rabies di Jembrana.
Mengenai anjing liar, pihaknya tidak mengetahui jumlah pastinya. Namun dari lokasi, sebagian besar anjing liar berada di pinggir hutan, pinggir pantai dan sekitar. Aning liar inilah yang rawan menjadi penular rabies pada anjing rumahan atau anjing berpemilik yang diliarkan. “Anjing liar biasanya dibuang pemiliknya, akhirnya beranak pinak,” jelasnya.
Vaksinasi yang sudah digelar sejak seminggu terkahir, sudah ada ribuan anjing tervasin. Misalnya di Desa Yehembang yang sudah selesai divaksin dari total estimasi sebanyak 2047 ekor, divaksin sebanyak 1436 ekor. Kemudian mulai Jumat kemarin di Desa Tukadaya, estimasi populasinya sebanyak 954 ekor. “Tukadaya masih proses vaksinasi,” ujarnya.
Sementara itu dari sisi jumlah korban gigitan hewan penular rabies, ribuan orang sudah menjadi korban. Jika dibandingkan dalam tiga tahun terakhir, tahun 2022 ini merupakan kasus tertinggi. Berdasarkan data dari dinas kesehatan Jembrana, dari bukan Januari – Maret tahun 2022 ini sudah ada 1.077 orang dan penggunaan var 2417 dosis.
“Dari jumlah kasus gigitan HPR, terutama anjing belum tentu semua positif rabies. Jumlah kasus itu sesuai jumlah kejadian gigitan,” kata I Gede Ambara Putra, kepala Bidang Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Jembrana.