28.2 C
Jakarta
21 November 2024, 19:44 PM WIB

Pengungsi Menolak Relokasi Pengungsian ke Mess SMP 4 Mendoyo, Ini Alasannya

NEGARA – Masalah pasca banjir bandang di Jembrana terus bermunculan. Kali ini warga korban banjir bandang yang mengungsi di balai tempek  Kertasari, Lingkungan Bilukpoh Kangin, Kelurahan Tegalcangkring, menolak jika dipindah sementara ke mes sekolah menengah pertama (SMP) 4 Mendoyo. Warga beralasan mes sekolah jauh dari rumah ada, tempat kerja dan ternak mereka.

Infomasi yang dihimpun, salah warga yang saat ini masih bertahan di pengungsian karena rumahnya rusak berat dan tidak bisa di tempati. Jika dipindah ke pengungsian baru, mes sekolah, jaraknya terlalu jauh. “Sementara tidur di sini (pengungsian),” ujar Ni Gusti Biang Raka, 65.

Menurutnya, jarak tempat pengisian jauh dari rumah asalnya dan tidak bisa mengendarai motor. Sedangkan ternak sapi dan babi berada di dekat rumah asalnya. Karena itu, sementara memilih di tempat pengungsian daripada di tempat pengungsian baru atau di rumah warga yang dekat dengan rumahnya.

Bersama keluarga sudah mulai menempati tempat sementara. Bekas gudang pembuatan batako milik warga setempat yang diizinkan untuk ditempati. Tempat itu sudah mulai ia bersihkan sejak banjir bandang melanda. Setiap harinya sudah di tempat baru, tetapi belum bisa ditempati untuk tidur karena belum ada peralatan tidur. “Kalau tidur kami di posko,”  imbuhnya.

Senada diungkapkan Ni Nyoman Sadri, 75, yang masih bertahan di pengungsian karena rumahnya sudah tidak bisa ditempati lagi. Dengan kondisi usia yang sudah renta, lebih baik berada di rumah sederhana atau berada di rumah warga lain asalkan dekat dengan rumah asalnya di Lingkungan Bilukpoh Kangin.

Warga yang masih bertahan di pengungsian alai tempek Kertasari sebagai sebanyak 7 kepala keluarga (KK) degan jumlah 22 jiwa. Warga sebelumnya mengungsi, sudah ada yang tinggal di rumah kerabatnya, ada juga yang membuat badeng sementara. “Warga sementara masih ada yang bertahan di pengungsian,” ujar Kelian Tempek Kertasari I Made Suardiasa, selaku koodinator pengungsi.

Menurutnya, pemerintah kabupaten Jembrana sudah menyampaikan rencana untuk memindahkan pengungsi ke mes sekolah. Namun, sebagian besar warga menolak untuk pindah ke sekolah sebagai tempat pengungsian baru.

Warga menilai jarak mes dari rumah asal yang terdampak bencana terlalu jauh, karena warga yang memiliki ternak tidak bisa jauh dari ternaknya. Sedangkan setiap hari harus mengurus ternak. “Warga masih belum semua mau. Banyak yang menolak karena jaraknya jauh, ada yang mau tapi masih belum bisa memastikan,” ujarnya.

Karena itu warga masih berusaha mencari tempat tinggal sementara yang jaraknya dekat dengan rumah yang terdampak bencana. “Sementara, warga bertahan dulu di pengungsian sekarang,” terangnya.

Lokasi mes sekolah yang rencananya akan digunakan untuk relokasi sementara pengungsi, berada di SMPN 4 Mendoyo. Jarak dari pemukiman warga yang terdampak banjir di Lingkungan Bilukpoh Kangin, sekitar 2,3 kilometer ke arah barat.

Lurah Tegalcangkring I Gusti Ngurah Eka Armadi mengatakan, mengenai rencana relokasi sementara pengungsi ke mes sekolah memang sudah disampaikan kepada pengungsi, namun warga lebih banyak menolak karena jauh. Warga memilih tinggal di rumah kerabat dan tetangga yang masih bisa ditempati. “Alasan warga terlalu jauh dari rumah,” ujarnya ditemui di lokasi pengungsian balai tempek Kerta Sari.

Menurutnya, warga yang rumahnya sempat tertimbun material banjir sudah ada yang bersih, namun belum bisa ditempati karena listrik belum tersambung. Warga yang memang rumahnya tidak bisa ditempati karen rusak berat, sudah ditampung di rumah kerabat dan teman yang memiliki rumah atau kamar kosong.

Apabila tidak ada pengungsi yang direlokasi ke tempat pengungsian baru di mes SMPN 4 Mendoyo, untuk sementara dibatalkan. Saat ini, pihaknya masih komunikasi dengan warga yang masih di pengungsian.

Mengenai rencana relokasi pengungsian, sebelumnya disampaikan Bupati Jembrana I Nengah Tamba. Karena alasan kesehatan, bupati akan memindahkan pengungsi di balai tempek Kerta Sari ke mes sekolah karena dinilai lebih representatif untuk tempat tinggal sementara warga. Sementara untuk relokasi rumah permanen, sudah disediakan tanah milik provinsi Bali. (bas/rid)

NEGARA – Masalah pasca banjir bandang di Jembrana terus bermunculan. Kali ini warga korban banjir bandang yang mengungsi di balai tempek  Kertasari, Lingkungan Bilukpoh Kangin, Kelurahan Tegalcangkring, menolak jika dipindah sementara ke mes sekolah menengah pertama (SMP) 4 Mendoyo. Warga beralasan mes sekolah jauh dari rumah ada, tempat kerja dan ternak mereka.

Infomasi yang dihimpun, salah warga yang saat ini masih bertahan di pengungsian karena rumahnya rusak berat dan tidak bisa di tempati. Jika dipindah ke pengungsian baru, mes sekolah, jaraknya terlalu jauh. “Sementara tidur di sini (pengungsian),” ujar Ni Gusti Biang Raka, 65.

Menurutnya, jarak tempat pengisian jauh dari rumah asalnya dan tidak bisa mengendarai motor. Sedangkan ternak sapi dan babi berada di dekat rumah asalnya. Karena itu, sementara memilih di tempat pengungsian daripada di tempat pengungsian baru atau di rumah warga yang dekat dengan rumahnya.

Bersama keluarga sudah mulai menempati tempat sementara. Bekas gudang pembuatan batako milik warga setempat yang diizinkan untuk ditempati. Tempat itu sudah mulai ia bersihkan sejak banjir bandang melanda. Setiap harinya sudah di tempat baru, tetapi belum bisa ditempati untuk tidur karena belum ada peralatan tidur. “Kalau tidur kami di posko,”  imbuhnya.

Senada diungkapkan Ni Nyoman Sadri, 75, yang masih bertahan di pengungsian karena rumahnya sudah tidak bisa ditempati lagi. Dengan kondisi usia yang sudah renta, lebih baik berada di rumah sederhana atau berada di rumah warga lain asalkan dekat dengan rumah asalnya di Lingkungan Bilukpoh Kangin.

Warga yang masih bertahan di pengungsian alai tempek Kertasari sebagai sebanyak 7 kepala keluarga (KK) degan jumlah 22 jiwa. Warga sebelumnya mengungsi, sudah ada yang tinggal di rumah kerabatnya, ada juga yang membuat badeng sementara. “Warga sementara masih ada yang bertahan di pengungsian,” ujar Kelian Tempek Kertasari I Made Suardiasa, selaku koodinator pengungsi.

Menurutnya, pemerintah kabupaten Jembrana sudah menyampaikan rencana untuk memindahkan pengungsi ke mes sekolah. Namun, sebagian besar warga menolak untuk pindah ke sekolah sebagai tempat pengungsian baru.

Warga menilai jarak mes dari rumah asal yang terdampak bencana terlalu jauh, karena warga yang memiliki ternak tidak bisa jauh dari ternaknya. Sedangkan setiap hari harus mengurus ternak. “Warga masih belum semua mau. Banyak yang menolak karena jaraknya jauh, ada yang mau tapi masih belum bisa memastikan,” ujarnya.

Karena itu warga masih berusaha mencari tempat tinggal sementara yang jaraknya dekat dengan rumah yang terdampak bencana. “Sementara, warga bertahan dulu di pengungsian sekarang,” terangnya.

Lokasi mes sekolah yang rencananya akan digunakan untuk relokasi sementara pengungsi, berada di SMPN 4 Mendoyo. Jarak dari pemukiman warga yang terdampak banjir di Lingkungan Bilukpoh Kangin, sekitar 2,3 kilometer ke arah barat.

Lurah Tegalcangkring I Gusti Ngurah Eka Armadi mengatakan, mengenai rencana relokasi sementara pengungsi ke mes sekolah memang sudah disampaikan kepada pengungsi, namun warga lebih banyak menolak karena jauh. Warga memilih tinggal di rumah kerabat dan tetangga yang masih bisa ditempati. “Alasan warga terlalu jauh dari rumah,” ujarnya ditemui di lokasi pengungsian balai tempek Kerta Sari.

Menurutnya, warga yang rumahnya sempat tertimbun material banjir sudah ada yang bersih, namun belum bisa ditempati karena listrik belum tersambung. Warga yang memang rumahnya tidak bisa ditempati karen rusak berat, sudah ditampung di rumah kerabat dan teman yang memiliki rumah atau kamar kosong.

Apabila tidak ada pengungsi yang direlokasi ke tempat pengungsian baru di mes SMPN 4 Mendoyo, untuk sementara dibatalkan. Saat ini, pihaknya masih komunikasi dengan warga yang masih di pengungsian.

Mengenai rencana relokasi pengungsian, sebelumnya disampaikan Bupati Jembrana I Nengah Tamba. Karena alasan kesehatan, bupati akan memindahkan pengungsi di balai tempek Kerta Sari ke mes sekolah karena dinilai lebih representatif untuk tempat tinggal sementara warga. Sementara untuk relokasi rumah permanen, sudah disediakan tanah milik provinsi Bali. (bas/rid)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/