32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:21 PM WIB

PMI Bali Gandeng Wianta Foundation Gelar Donor Darah

DENPASAR, Radar Bali– Palang Merah Indonesia Provinsi Bali bekerja sama dengan Wianta Fundation menggelar donor darah yang diikuti 250 pendonor di Wantilan DPRD Bali. Kepala UTD PMI Provinsi Bali dr. I Gede Wiryana Patra Jaya mengatakan sejak pandemi Covid-19 jumlah pendonor darah terus menurun hingga 30% pada kurun waktu Maret -Desember 2020.

“Sebelum pandemi pemenuhan kebutuhan darah se-Bali mencapai angka 95% dari permintaan. Karena terjadi penurunan 30% jumlah pendonor, PMI hanya bisa memenuhi 70% dari permintaan,” ucapnya. Menurut Patra Jaya begitu pemerintah memberlakukan kehidupan normal baru (new normal life)  sekitar Juli-Agustus 2020 peminat donor darah sempat naik dan PMI bisa memenuhi 80% permintaan transfusi darah.

Kata dia kondisi menurun lagi ketika diberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) November-Desember 2020 sehingga minat pendonor turun lagi dan membuat stok darah kurang bagus hingga saat ini. Dia menambahkan setiap hari dibutuhkan sekitar 120 kantong darah, karena terjadi penurunan jumlah pendonor hanya terpenuhi 70% yakni 90 kantong. 

Ia mengajak masyarakat tidak takut menyumbang darah karena donor darah saat pandemi sangat aman, diberlakukan protokol dengan ketat, petugas telah divaksin, peralatan steril, dan pengaturan giliran pendonor agar tak terjadi penumpukan.

Patra Jaya mengatakan PMI melakukan rutinitas pengambilan darah, mengolah, menyimpan dan mendistribusikan, sedangkan untuk mencari pendonor memerlukan kerja sama dengan banyak mitra. Ia menyebut inisiatif Wianta Foundation disambut dengan baik, apalagi memberikan tali kasih berupa paket sembako kepada pendonor darah.

Saat ini PMI telah bekerja sama rutin donor dengan Pemprov Bali, Kodam IX Udayana, Polda Bali, dan sejumlah BUMN. Bahkan Pemprov Bali pada 28 Januari 2021 mengeluarkan surat edaran tentang gerakan gotong royong donor darah untuk kemanusiaan. 

Made Beratha, perwakilan dari Wianta Foundation mengatakan kegiatan dalam rangka 100 hari wafatnya maestro seni rupa Made Wianta ini merupakan bagian dari upaya untuk melanjutkan kepedulian pelukis asal Tabanan ini terhadap kegiatan sosial dan kemanusiaan semasa hidupnya.

“Sebagai seniman, kepedulian Pak Wianta terhadap masalah sosial kemasyarakatan dan lingkungan dilakukan secara nyata, juga dalam karya, seni instalasi, dan seni pertunjukan,” kata Beratha.

Kata dia ketika terjadi bom Bali, Wianta ikut donor darah dan menyambangi keluarga korban untuk memberikan santunan. Tragedi bom Bali 2002 itu juga menginspirasi Wianta melahirkan karya seni instalasi “Dreamland’ yang dipamerkan di Biennale Venezia pada 2003.

Sebelumnya, pada 1999 Wianta merespons kekerasan yang terjadi di berbagai wilayah melalui happening art “Art & Peace” di Pantai Padanggalak Sanur yang melibatkan 2 helikopter dan 2.000 penari yang membawa kain sepanjang 2.000 meter berisi pesan perdamaian para tokoh dari berbagai negara.

Wianta pernah pameran di California, AS, bertajuk “Art for AIDS” (1992) yang seluruh hasil penjualan karya disumbangkan untuk penelitian HIV-AIDS. Kemudian, bersama sejumlah seniman ia menggelar “Art for Flores” pengumpulan dana bagi korban bencana di Flores, NTT. 

Beratha mengatakan Wianta juga kerap membantu pembangunan pura, pameran amal untuk gereja, dan menyumbang ke masjid. “Selain menikmati karya-karya Pak Wianta, kami juga mengenang dan ingin melanjutkan kepeduliannya terhadap lingkungan dan kemanusiaan yang akan diwujudkan Wianta Foundation bersama para sahabat Forum Art & Peace,” ujarnya. 

DENPASAR, Radar Bali– Palang Merah Indonesia Provinsi Bali bekerja sama dengan Wianta Fundation menggelar donor darah yang diikuti 250 pendonor di Wantilan DPRD Bali. Kepala UTD PMI Provinsi Bali dr. I Gede Wiryana Patra Jaya mengatakan sejak pandemi Covid-19 jumlah pendonor darah terus menurun hingga 30% pada kurun waktu Maret -Desember 2020.

“Sebelum pandemi pemenuhan kebutuhan darah se-Bali mencapai angka 95% dari permintaan. Karena terjadi penurunan 30% jumlah pendonor, PMI hanya bisa memenuhi 70% dari permintaan,” ucapnya. Menurut Patra Jaya begitu pemerintah memberlakukan kehidupan normal baru (new normal life)  sekitar Juli-Agustus 2020 peminat donor darah sempat naik dan PMI bisa memenuhi 80% permintaan transfusi darah.

Kata dia kondisi menurun lagi ketika diberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) November-Desember 2020 sehingga minat pendonor turun lagi dan membuat stok darah kurang bagus hingga saat ini. Dia menambahkan setiap hari dibutuhkan sekitar 120 kantong darah, karena terjadi penurunan jumlah pendonor hanya terpenuhi 70% yakni 90 kantong. 

Ia mengajak masyarakat tidak takut menyumbang darah karena donor darah saat pandemi sangat aman, diberlakukan protokol dengan ketat, petugas telah divaksin, peralatan steril, dan pengaturan giliran pendonor agar tak terjadi penumpukan.

Patra Jaya mengatakan PMI melakukan rutinitas pengambilan darah, mengolah, menyimpan dan mendistribusikan, sedangkan untuk mencari pendonor memerlukan kerja sama dengan banyak mitra. Ia menyebut inisiatif Wianta Foundation disambut dengan baik, apalagi memberikan tali kasih berupa paket sembako kepada pendonor darah.

Saat ini PMI telah bekerja sama rutin donor dengan Pemprov Bali, Kodam IX Udayana, Polda Bali, dan sejumlah BUMN. Bahkan Pemprov Bali pada 28 Januari 2021 mengeluarkan surat edaran tentang gerakan gotong royong donor darah untuk kemanusiaan. 

Made Beratha, perwakilan dari Wianta Foundation mengatakan kegiatan dalam rangka 100 hari wafatnya maestro seni rupa Made Wianta ini merupakan bagian dari upaya untuk melanjutkan kepedulian pelukis asal Tabanan ini terhadap kegiatan sosial dan kemanusiaan semasa hidupnya.

“Sebagai seniman, kepedulian Pak Wianta terhadap masalah sosial kemasyarakatan dan lingkungan dilakukan secara nyata, juga dalam karya, seni instalasi, dan seni pertunjukan,” kata Beratha.

Kata dia ketika terjadi bom Bali, Wianta ikut donor darah dan menyambangi keluarga korban untuk memberikan santunan. Tragedi bom Bali 2002 itu juga menginspirasi Wianta melahirkan karya seni instalasi “Dreamland’ yang dipamerkan di Biennale Venezia pada 2003.

Sebelumnya, pada 1999 Wianta merespons kekerasan yang terjadi di berbagai wilayah melalui happening art “Art & Peace” di Pantai Padanggalak Sanur yang melibatkan 2 helikopter dan 2.000 penari yang membawa kain sepanjang 2.000 meter berisi pesan perdamaian para tokoh dari berbagai negara.

Wianta pernah pameran di California, AS, bertajuk “Art for AIDS” (1992) yang seluruh hasil penjualan karya disumbangkan untuk penelitian HIV-AIDS. Kemudian, bersama sejumlah seniman ia menggelar “Art for Flores” pengumpulan dana bagi korban bencana di Flores, NTT. 

Beratha mengatakan Wianta juga kerap membantu pembangunan pura, pameran amal untuk gereja, dan menyumbang ke masjid. “Selain menikmati karya-karya Pak Wianta, kami juga mengenang dan ingin melanjutkan kepeduliannya terhadap lingkungan dan kemanusiaan yang akan diwujudkan Wianta Foundation bersama para sahabat Forum Art & Peace,” ujarnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/