33.7 C
Jakarta
22 September 2024, 17:10 PM WIB

Proteksi Harga di Petani, Warga Bali Didorong Beli Beras Lokal

SINGARAJA – Pemerintah mendorong warga membeli beras dari petani lokal di Buleleng. Upaya itu diharapkan bisa melindungi harga di tingkat petani.

Terlebih lagi produksi beras di Kabupaten Buleleng mengalami surplus pada bulan Mei lalu. Data yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, produksi gabah di Kabupaten Buleleng pada bulan Mei mencapai 38 ribu ton.

Mengingat bulan ini merupakan masa panen raya. Masa panen raya selama pandemi covid-19 pun menyebabkan dampak secara sistemik bagi petani. Harga gabah di tingkat petani, karena terjadi produksi yang berlebih.

Maklum saja, pada masa panen raya biasanya pembeli gabah petani datang hingga dari luar daerah. Biasanya pembeli datang dari Negara bahkan Banyuwangi.

Namun, pada masa pandemi ini, pembeli membatasi akses mereka ke Buleleng. Dampaknya beberapa petani memutuskan menunda panen.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Setda Buleleng Ni Made Rousmini mengatakan, pemerintah sudah menyusun sejumlah skema untuk menjaga para petani.

Salah satunya memberdayakan lembaga Lumbung Pangan Masyarakat (LPM). Total ada 13 LPM yang diberikan dana stimulant sebesar Rp 300 juta. Dana itu akan digunakan menyerap gabah petani.

Selanjutnya LPM akan melakukan penggilingan gabah. Beras hasil penggilingan selanjutnya akan disalurkan ke toko-toko. Perusahaan Daerah (PD) Swatantra pun telah menyanggupi menyerap beras hasil penggilingan petani.

“Kemarin juga kan Pak Bupati sudah menyerahkan beras ke relawan covid di desa. Itu 100 persen beras lokal. Sekarang LPM juga kami gerakkan menyerap gabah petani,” kata Rousmini.

Tak hanya itu, pemerintah juga mendorong agar warga membeli beras lokal. Sehingga harga gabah di tingkat petani dapat terjaga.

Untuk tahap awal, pemerintah telah meminta Aparatur Sipil Negara (ASN) menyerap beras lokal secara berkala tiap bulannya.

“Kami harap seluruh masyarakat juga melakukan langkah yang sama. Kualitas beras lokal kita nggak kalah kok.

Seperti penyosohan (penggilingan gabah) di Desa Alasangker itu kan, berasnya bagus dan merknya juga sudah diakui,” tegas Rousmini.

SINGARAJA – Pemerintah mendorong warga membeli beras dari petani lokal di Buleleng. Upaya itu diharapkan bisa melindungi harga di tingkat petani.

Terlebih lagi produksi beras di Kabupaten Buleleng mengalami surplus pada bulan Mei lalu. Data yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, produksi gabah di Kabupaten Buleleng pada bulan Mei mencapai 38 ribu ton.

Mengingat bulan ini merupakan masa panen raya. Masa panen raya selama pandemi covid-19 pun menyebabkan dampak secara sistemik bagi petani. Harga gabah di tingkat petani, karena terjadi produksi yang berlebih.

Maklum saja, pada masa panen raya biasanya pembeli gabah petani datang hingga dari luar daerah. Biasanya pembeli datang dari Negara bahkan Banyuwangi.

Namun, pada masa pandemi ini, pembeli membatasi akses mereka ke Buleleng. Dampaknya beberapa petani memutuskan menunda panen.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Setda Buleleng Ni Made Rousmini mengatakan, pemerintah sudah menyusun sejumlah skema untuk menjaga para petani.

Salah satunya memberdayakan lembaga Lumbung Pangan Masyarakat (LPM). Total ada 13 LPM yang diberikan dana stimulant sebesar Rp 300 juta. Dana itu akan digunakan menyerap gabah petani.

Selanjutnya LPM akan melakukan penggilingan gabah. Beras hasil penggilingan selanjutnya akan disalurkan ke toko-toko. Perusahaan Daerah (PD) Swatantra pun telah menyanggupi menyerap beras hasil penggilingan petani.

“Kemarin juga kan Pak Bupati sudah menyerahkan beras ke relawan covid di desa. Itu 100 persen beras lokal. Sekarang LPM juga kami gerakkan menyerap gabah petani,” kata Rousmini.

Tak hanya itu, pemerintah juga mendorong agar warga membeli beras lokal. Sehingga harga gabah di tingkat petani dapat terjaga.

Untuk tahap awal, pemerintah telah meminta Aparatur Sipil Negara (ASN) menyerap beras lokal secara berkala tiap bulannya.

“Kami harap seluruh masyarakat juga melakukan langkah yang sama. Kualitas beras lokal kita nggak kalah kok.

Seperti penyosohan (penggilingan gabah) di Desa Alasangker itu kan, berasnya bagus dan merknya juga sudah diakui,” tegas Rousmini.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/