RadarBali.com – Proyek Pasar Badung terancam setelah Gunung Agung statusnya dinaikkan menjadi awas. Kesulitan paling mendasar adalah mendatangkan pasir dari Kubu atau Selat, Karangasem.
Solusinya, PT. Nindya Karya sebagai pemenang tender pembangunan Pasar Badung tahap I terpaksa mendatangkan material beton dari Lumajang, Jawa Timur.
“Biasanya beton kami datangkan dari Karangasem. Tapi, karena kesulitan mendapat material beton dari kawasan Gunung Agung, terpaksa mendatangkan dari Lumajang,” ujar Manajer Produksi PT. Nindya Karya Wilayah VII, Bali, NTB, dan NTT, Hari Dwi Husodo.
Proyek tahap I ini seharusnya selesai 22 Desember 2017 ini. “Kami tidak ingin mendapat semprit dari Pemkot Denpasar . Terpaksa mendatangkan material dari luar meski ada kenaikan biaya. Tapi, secara keseluruhan masih aman,” paparnya.
Tahap I yang dikerjakan meliputi basement, lantai dasar, lantai I, dan dak lantai II. Hari Dwi Husodo menjamin proyek Pasar Badung selesai sesuai target yang telah ditentukan.
“Sampai saat ini pengerjannya baru 16 persen. Kalau bekerja keras, target bisa kita lewati,” paparnya. Proyek pengerjaan Pasar Badung mendapat perhatian Walikota Denpasar Rai Mantra.
Bersama rombongan organisasi perangkat daerah (OPD), walikota langsung berkeliling dan meninjau pengerjaan dua proyek sekaligus.
Pembangunan tahap I Pasar Badung dan penataan bantaran Tukad Badung. Selesai memantau proyek, Rai Mantra mengatakan bahwa pihaknya akan terus mengevaluasi dan mengawasi proses pengerjaan pasar terbesar di Bali ini agar selesai sesuai dengan target.
“Saat ini pengerjaan sudah mencapai 16 persen, sesuai dengan perencanaan dan janji kontraktor itu optimis, mudah-mudahan tidak ada halangan atau hal-hal di luar dari kemampuan kami,” terang Rai Mantra.
Untuk diketahui pembangunan Pasar Badung menghabiskan dana Rp 75 miliar lebih, bersumber dari dana APBD sebesar Rp 12 miliar lebih dan dari APBN sebesar Rp 62 milyar lebih.
Jadi jumlah nilai kontrak sebesar Rp 75 milyar lebih dengan waktu pelaksanaan 150 hari kalender.